Monday, May 22, 2017

Tentang Siapa Yang Berpulang Duluan

Malam itu kami tiba pada suatu perbincangan yang sedikit berbeda. Topik ajaib semacam ini dilontarkan pertama kali oleh pak suami, tumben, hihi.

"Bener loh, bunda kalau jualan-jualan gitu juga harus diseriusin." Kata Ayah

"Hmm, kenapa gitu yah?" Tanyaku penasaran. Aku sangat ingin tahu kenapa tiba-tiba si ayah ngomongin itu.

"Ya kan nanti kalau ayah udah ngga ada, gmn? Kan tetep harus stabil, harus bisa mandiri. " Lanjut ayah.

"Kan nanti ada warisan dari ayah. Hehe" lanjutku sambil bercanda.

"Haha, warisan apa. Hutang iya kali. Hihi. Kan ayang tau ya hutang-hutang ayah, selamat ya. Hihi" Lanjutnya menanggapi candaanku.

"Iya sih, yah. Ya mungkin kalau nanti kaya gitu, bisa jadi aku harus cari kerjaan di luar, dan mungkin haidar harus dititipin. Da rejeki mah insyaallah ada, tinggal nyari caranya." Jawabku santai, sambil berpikir.

Kemudian aku jadi teringat pada seorang tokoh fiksi di novel Sabtu Bersama Bapak. Sosok bapak yang setelah divonis hidupnya tak lama, segera mempersiapkan wejangan-wejangan untuk anaknya berupa rekaman video yang bisa ditonton setiap hari Sabtu. Sosok bapak itu juga mengatur agar sang istri nantinya bisa mandiri setelah kepergiannya.

Tokoh fiksi, yang semacam itu entah ada di dunia nyata atau tidak. Tapi menginspirasi, dan mengingatkan kita untuk memperhatikan hal-hal sepeninggal kita.

* * *

Kini giliranku yang bertanya,
"Nah, kalau misalnya yang duluan itu bunda, gimana? Tinggal cari lagi yang lain aja, ya?" Kataku sambil tertawa pasrah.

" ... " aku lupa apa jawabannya, kayanya cuma ditanggepin dengan ketawa hehe.

* * *

Well, cukup ajaib ketika pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Maksudnya, usia pernikahan kami belum genap 2,5 tahun, masih lucu-lucunya. Tapi candaan semacam itu (kematian, menikah lagi), sejujurnya dalem banget.

Saya kalau belum terkondisikan, mungkin baper banget sama pertanyaan sendiri.  Hihi. Iya lah namanya juga suami istri ya. Saya jadi ingat pernyataan seseorang : kalau perempuan ditinggal mati suaminya, mungkin sulit untuk segera mencari pasangan baru, karena ketika perempuan sudah cinta dengan seseorang, tak mudah menggantinya dengan yang lain. Sedangkan kalau laki-laki yang ditinggal mati istrinya, mungkin lebih cepat mencari yang baru karena laki-laki memang perlu ada yang ngurusin. Bener ga sih ? Hehe

Overall, itu ngingetin aku sih supaya cinta kita pada makhluk itu tidak berlebihan, sesuai porsinya saja. Kalau misal aku yang meninggal duluan, terus suami aku nyari istri yang lain, sedih ngga? Misal ternyata istrinya nanti lebih baik dari aku, lebih cantik, lebih rajin, lebih shaleh? Kalau sekarang dipikir mah ya sedih, hihi. Tapi kalau kita udah meninggal, ya boro-boro sedih karena hal begituan, ya ngga?

Belum lagi saya kepikiran sama bidadari yang nungguin suami saya di surga sana. Rasanya aku ko semakin kaya remah rangginang gitu kalau dibandingin bidadari surga bermata jelita itu. Hihi.

Mumpung masih hidup, dan Allah kasih kita kesempatan untuk terus belajar dan perbaiki diri, lakukan aja yang terbaik. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk jadi wanita terbaik yang bisa nandingin bidadari surga. *ciyee saingan. Kapan-kapan kita belajar bareng ya tentang saingan kita ini haha.

Jodoh mah rejeki masing-masing. Doa'anya semoga nanti bisa tetap berkumpul di surga Nya Allah.

Aamiin.

Selasa, 22 Mei 2017
Hajah Sofyamarwa R.
Saingan Bidadari Surga (wannabe) hehe

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day6

No comments:

Post a Comment