Thursday, June 29, 2017

Aliran Rasa (Level 1) Komunikasi Produktif

Assalamu'alaikumwrwb :)

Alhamdulillah tantangan kelas bunda sayang mengenai komunikasi produktif di level 1 ini sudah terlewati.

Pada tantangan level 1 ini, Dari 10 hari yang harus dilalui, saya baru berhasil menyelesaikan 7 hari saja. Jadi saya belum berhasil mendapatkan badge kelulusan di bulan Juni ini.

ALIRAN RASA

#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#BundaSayang
#IIP
#KuliahBunsayIIP
#aliranrasalevel1

Wednesday, June 21, 2017

Kumpulan Tulisan 30 Days Writing Challenge Jilid 6 hajah #30DWC

Alhamdulillah Tantangan menulis 30 hari jilid ke 6 sudah rampung :)

Meskipun ini kali kedua saya ikut, ternyata ngga serta merta membuat saya selalu tepat waktu dalam menulis, banyak juga tantangannya hehe.

Kali ini saya mengambil peran sebagai guardian yang bertugas merekap kumpulan link teman-teman dalam satu squad. Lebih menantang di banding sebagai controller pada periode sebelumnya, karena menjadi guardian perlu lebih rajin melihat grup, melaporkannya setiap hari dan mengatur hal lainnya.

Mohon maaf atas segala kekurangan ya squad 2. Terimakasih banyak semua inspirasinya. Semoga teman-teman bisa mengambil manfaat dari semua prosea ini xoxo

Di bawah ini kumpulan tulisan saya selama #30DWC di jilid 6.

Day 1 : Salesman PT Salem Mandiri Jaya (SMJ), Electronic Pulse Massager, dan Buku Motivasi http://www.hajahsofya.com/2017/05/pt-salem-mandiri-jaya-smj-electronic.html

Day 2 : Ibu adalah Madrasah, Kata Siapa? http://www.hajahsofya.com/2017/05/ibu-adalah-madrasah-kata-siapa.html

Day 3 : Mencintai Pemilik Cinta http://www.hajahsofya.com/2017/05/mencintai-pemilik-cinta.html

Day 4 : Perhatikan Apa Yang Kau Wariskan http://www.hajahsofya.com/2017/05/perhatikan-apa-yang-kau-wariskan.html

Day 5 : Jadi Harus Bersyukur http://www.hajahsofya.com/2017/05/jadi-harus-bersyukur.html

Day 6 : Tentang Siapa Yang Berpulang Duluan http://www.hajahsofya.com/2017/05/tentang-siapa-yang-berpulang-duluan.html

Day 7 : Iman Seharga Gorengan http://www.hajahsofya.com/2014/08/iman-seharga-gorengan.html

Day 8 : Komunikasi Keluarga, Positif dan Konstruktif http://www.hajahsofya.com/2017/05/komunikasi-keluarga-positif-dan.html

Day 9 : Ketika Abdullah Mencandai Bunda Asma http://www.hajahsofya.com/2017/05/ketika-abdullah-mencandai-ibunda-asma.html?m=1

Day 10 : Masjid Penuh, Masjid Kosong http://www.hajahsofya.com/2017/05/masjid-penuh-masjid-kosong.html

Day 11 : Ramadhan Bersama Balita http://www.hajahsofya.com/2017/05/ramadhan-bersama-balita.html

Day 12 : Menghafal Quran di Waktu Sempit http://www.hajahsofya.com/2017/05/menghafal-quran-di-waktu-sempit.html

Day 13 : Inspirasi dari Hafiz Indonesia 2017 http://www.hajahsofya.com/2017/05/inspirasi-dari-hafiz-indonesia-2017.html

Day 14 : Flashdisk Kurma : Duplikasi Pahala http://www.hajahsofya.com/2017/05/flashdisk-kurma-duplikasi-pahala.html

Day 15 : Day 0 Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-0-komunikasi-produktif-bunda-sayang.html

Day 16 : Day 1 Komunikasi Produktif Level 1 http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-1-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 17 : Day 2 : Komunikasi Produktif [Level 1] http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-2-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 18 :

Day 19 : Melampaui Keterbatasan http://www.hajahsofya.com/2017/06/melampaui-keterbatasan.html

Day 20 : Ketika Harap dan Cemas Jadi Satu http://www.hajahsofya.com/2017/06/ketika-harap-dan-cemas-jadi-satu.html

Day 21 : Rumah Kita http://www.hajahsofya.com/2017/06/rumah-kita.html

Day 22 : Day 3 : Komunikasi Produktif [Level 1] http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-3-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 23 : Day 4 : Komunikasi Produktif [Level 1] http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-4-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 24 :

Day 25 :

Day 26 : Day 5 : Komunikasi Produktif [Level 1] http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-5-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 27 : Tentang Menitipkan Anak http://www.hajahsofya.com/2017/06/menitipkan-anak.html

Day 28 : Day 6 : Komunikasi Produktif [Level 1] http://www.hajahsofya.com/2017/06/day-6-komunikasi-produktif-level-1.html

Day 29 : Ritual Ruwatan Si Anak Berambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng http://www.hajahsofya.com/2017/06/ritual-ruwatan-si-anak-berambut-gimbal.html

Day 30 : Beruntung http://www.hajahsofya.com/2017/06/beruntung.html

Saturday, June 17, 2017

Ketika Merasa Ibadah Banyak Diskonnya

Seiring berjalannya waktu, kita mungkin mengalami penambahan ilmu pengetahuan. Tambahan ilmu itu, bisa jadi memperkuat landasan kita / hujjah kita dalam beramal, atau memperbaiki yang salah dari amalan kita sebelumnya.

Hamparan ilmu yang ada di muka bumi ini, sudah tentu tidak kita pahami semua. Satu hal mesti kita pahami (dari yang saya tahu), adalah, setiap amalan harus ada dalilnya, ada hujjah nya. Dalilnya pun harus yang benar, dan dengan cara memahami yang benar.

Saya akan membahasnya dari kasus yang saya alami, kebanyakan perkara ibadah. Ini pengalaman pribadi, yang menunjukkan betapa menerima suatu ilmu baru itu tidak serta-merta begitu saja. Ada pergolakan batin yang perlu dituntaskan.

1. Shalat Saat Bepergian (Safar)
Sebelum menikah:
- saya tahu allah kasih kita rukhsah dalam perjalanan, dan Allah seneng kalo kita ngambil rukhsah, tapi bingung aplikasiinnya.
- saya tahu bahwa shalat bisa di jamak dan di qashar.
- saya tau nya safar itu ada minimal jarak, dalam kota mah bukan safar.
- saya hanya menjamak qashar kalau bepergian jauh saat mudik/keluar kota (misal bandung-garut, bandung-wonosobo-jogja).
- saya merasa "kopet" pisan kalau bepergian dalam kota shalatnya harus di jamak/qashar. Saya merasa masjid banyak, dan ada ketenangan tersendiri kalau bisa menyimpang ke masjid saat dalam perjalanan (misal sedang naik motor, atau lagi jalan kaki)

Setelah menikah:
- ternyata hujjah yang benar adalah bahwa ketika kita meniatkan bepergian, itu safar, maka boleh jamak qashar
- jamak qashar itu rukhsah yang allah kasih dan allah seneng kalo kita lakuin, maka ya lakukanlah.
- masih suka ada rasa waswas ketika akhirnya mengambil rukhsah shalat yang di jamak qashar : masih merasa "ko kopet amat, malas amat solat normal  sempurna pas adzan", dan "belum yakin bener kalo allah bener2 seneng ketika kita ngelakuin itu."
- dapat cerita dari bang aad, katanya beliau juga termasuk rukhsah hunter, karena beliau sering mobile, maka memang sering jamak qashar.
- akhirnya sekarang saya jamak qashar kalau saat mau pergi terbayang agenda akan padat di luar, dan sulit kalau harus nyimpang-nyimpang.

2. I'tikaf 10 hari ramadhan
Sebelum menikah :
- Saya tahunya itikaf itu ngga mesti full 10 hari, selang seling di malam ganjil aja juga boleh. Suka itikaf di masjid deket rumah, ke salman, biofarma annur, pusdai, habib, atau mesjid lain.

Setelah menikah :
- baru ngeh itikaf itu termasuk ibadah, dan ibadah itu punya aturannya. Ngga boleh ditambah atau dikurang2.
-itikaf rasulullah itu 10 hari full di masjid, jadi kalau cuma sehari dua hari, itungannya bukan itikaf, tapi mabit atau belajar itikaf.
- tapi jadinya saya ngga itikaf sama sekali, gimana hayo? Sekarang bocil baru 1, nanti kalau 2, 3,4 dst, gmn, ngga itikaf terus ?

3. Hafal quran itu, perlu ga sih?
Sebelum nikah :
- Saya tahu itu perlu, punya niatan kesana,  meskipun keyakinan dan aksinya belum kuat.
- saya juga mau kalau anak saya kelak jadi penghafal quran, sembari saya juga.

Setelah menikah :
- sampai detik ini saya tetap berharap anak saya bisa jadi penghafal quran yang keinginannya tumbuh dari diri sendiri
- pasangan merasa itu bukan prioritas utama, jadi tidak di programkan.

Sampai sini dulu ya, nanti kalau ada lagi aku share
Semoga allah membimbing kita selalu.

Wassalamu'alaikum wrwb.

Hajah Sofyamarwa R.
Sabtu 17 Juni 2017

Friday, June 16, 2017

Beruntung

[Beruntung]

Sudah kali kedua aku menemanimu dalam sesi sharingmu. Tak tahu, mungkin sudah ratusan telinga pernah melahap kisah perjuangan cintamu. Dua setengah tahun menikah tak membuatku berhenti tertarik mendengar kembali kisahmu. Aku selalu penasaran dengan perubahan cara pandangmu setiap waktunya.

Berkali kali menjalani proses taaruf dan tetap teguh berjuang, itulah kamu. Sementara aku, tidak pernah teruji dengan proses taaruf selain padamu, maka kupikir aku bukanlah pejuang sepertimu, dalam hal itu.

Kau berkata, bahwa menikah itu tetap perlu kecenderungan, biar bagaimanapun kita manusia dan wajar sajalah. Bersama itu, harus selalu ada naungan besar bernama niat yang tulus hanya karena Allah.

Hingga saat ini, terkadang masih kutemukan betapa kau merasa bersyukur bisa menikahiku, padahal aku tahu pasti, bukan aku yang terbaik, tapi hatimu yang penuh kesyukuran. Kau tidak sempurna, begitupun aku. Kita hanya seperti komposisi dari adonan untuk saling melengkapi.

Aku jadi ingin tertawa kalau ingat salah satu kriteria pasangan yang dulu kuharapkan, yang tak ada padamu. Ya, cukup kutertawakan saja mengingat bahwa itu sama sekali bukan hal yang penting.

Tentang niat yang lurus karena Allah, kau yang membuatnya begitu nyata saat ini. Dalam perjalanan ketika ego dan perasaanku begitu ganas mendominasi, kau selalu mengembalikanku pada yang utama. Membuatku begitu kesal pada awalnya, namun begitu bersyukur pada akhirnya.

Aku bersyukur Allah lah yang mempertemukan kita. Bukan karena apa-apa, ikhtiarku begitu kecil dibanding pengetahuanNya. Ketika aku menjadi pasanganmu, sejatinya bukan karena ilmu menikahku sudah mantap, tapi semata-mata kebaikan Allah untukku. Teringat sebuah frasa dari kakakku, bahwa aku seperti orang yang sudah lengkap menyiapkan perbekalan, namun selalu lupa membawa tas nya. Ya, begitulah. Aku beruntung menjadi istrimu.

Kamis, 15 Juni 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid6 #day30
*posted first at instagram

Thursday, June 15, 2017

Ritual Ruwatan Si Anak Berambut Gimbal di Dataran Tinggi Dieng

Kok rambut kamu ngga gimbal? Kan kamu anak Dieng!

Begitulah candaan kami, saya dan sepupu-sepupu, saat berkunjung ke kampung halaman orangtua kami di Wonosobo, Jawa Tengah. Lokasinya yang  cukup dekat dengan Dieng membuat kami cukup sering berwisata kesana, dan sudah menganggap Dieng adalah bagian dari kampung halaman kami.

Dataran tinggi Dieng secara administratif berada di wilayah Kota Banjaran, Jawa Tengah. Udaranya yang sejuk, serta pemandangan yang alami masih menjadi daya tarik tersendiri para wisatawan.

Dibalik keindahan alamnya itu, ada fenomena menarik tentang anak-anak yang rambutnya menempel seperti model rambut Bob Marley. Rambutnya gimbal/gembel, menempel satu sama lain dan tak bisa dihilangkan dengan sekedar keramas saja. Tak hanya secara fisik, biasanya hal tersebut dibarengi dengan sikap tertentu yang agak aneh bagi anak--anak. Dengan suatu ritual tertentu, rambut gimbal mereka baru bisa hilang. Keinginan mereka harus terpenuhi dulu, baru pemotongan rambut gimbal bisa berhasil dan sikap mereka pun kembali normal.

Menarik ya?

Ritual Ruwatan Potong Rambut Gimbal

Dalam tradisi Jawa Kuna, ruwat dikenal dengan konsep lukat dengan arti dihapuskan, dibatalkan, dilepaskan, dibersihkan, disucikan (Zoetmulder, 1982:611-612 dalam Febriari, 2014).

Ruwatan adalah ritual sakral dengan tujuan untuk membebaskan, membersihkan seseorang dari sesuatu yang dipandang tidak baik atau buruk serta jahat. Dalam ruwatan juga ada harapan, keinginan, agar orang terhindar dari malapetaka yang akan menimpa kepada mereka apalagi ada kepercayaan dan keyakinan bahwa diri seseorang yang memiliki karakteristik tertentu seperti rambut gembel akan riskan dengan malapetaka tersebut, untuk mencegah hal tersebut maka diperlukan adanya ritual ruwatan. (Febriari, 2014)

Khusus tanggal 1 Sura saja ritual ruwatan pemotongan rambut gimbal dilaksanakan. Didampingi kedua orangtuanya, anak-anak itu mengenakan pakaian khusus seperti beskap untuk laki-laki, dan kebaya untuk perempuan. Menariknya, ritual ini melibatkan seluruh masyarakat di Pegunungan Dieng Banjarnegara. Mereka semua bersama-sama membentuk kepanitiaan dan berembug untuk membagi-bagi tugasnya.

Ritual ruwatan diawali dengan doa memohon perlindungan Allah, sungkeman pada orangtua, siraman, memotong rambut gimbal, pemberian permintaan sesuai keinginan anak gimbal yang sedang diruwat, dan diakhiri dengan makan bersama serta memperebutkan sesaji oleh masyarakat dan peserta ritual.

Begitu menakjubkan kebudayaan yang muncul dari hasil berpikir manusia. Terkadang manusia modern menganggap hal tersebut sekedar peninggalan kuno dari leluhur yang mengandung hal tak masuk akal atau tak sesuai dengan perkembangan jaman modern saat ini. Memang secara kasat mata, ritual yang dilakukan terkesan kuno, namun ternyata mereka memiliki alasan alasan kuat mengapa mereka melakukan ini atau melakukan itu. Ada esensi mendalam yang ternyata berkaitan dengan kebertuhanan dan penjagaan alam sebagai salah satu tugas manusia di muka bumi.

Di samping itu, kita tetap perlu menempatkan budaya sesuai porsinya, tanpa perlu mengganggu prinsip keimanan masing-masing.

Mari belajar dan menggali esensi dari menariknya budaya-budaya di Indonesia!

Kamis, 15 Juni 2017
Hajah Sofyamarwa R.

Pustaka :
Febrari. 2014. Budaya Ritual Ruwatan Bagi Masyarakat Dieng. http://febryarifan.blogspot.co.id/2015/02/budaya-ritual-ruwatan-bagi-masyarakat.html?m=1

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day29

Wednesday, June 14, 2017

Day 7 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Sudah memasuki hari ke 7 tantangan bunda sayang tentang komunikasi produktif.

Pagi itu dimulai agenda bicara kami sesuai jadwal, selasa kamis jam 5.30. Kami memulainya dengan (tetap) saling bertanya, mau bicarain apa. Haha. Sayapun akhirnya membicarakan tugas bunsay saya, dan minta agar setiap postingan saya diberi komentar. Jadi tidak sekedar baca, tapi beri feedback. Semalam sebelumnya, saya sudah mengajak ngobrol yang isinya curahan hati karena agenda rutinan kami sempat pending selama kami menginap di rumah orangtua kami. Kami juga membahas beberapa hal yang perlu diluruskan terkait hari-hari sebelumnya. alhamdulillah nya pagi bisa terlaksana lagi.

Setelah itu kami membahas buku berjudul al ishlah lagi sampai pukul 7 pagi, untuk nantinya diberikan pada adik adik binaan kami.

Tak lama haidar yang terbangun sambil menangis. Sudah biasa, kalau masih ada hajat yang belum selesai (misal masih ngantuk atau ingin mimi), haidar memang bangun dengan menangis. Haidar akan bangun dengan tertawa ketika hajatnya terpenuhi, dan saya menyambutnya dengan canda dan tawa.

Pagi itu ketika haidar bangun dan menangis, saya segera ambil posisi menyusuinya. Hanya karena ayahnya haidar iseng, bilang "sok nangis, nangis." Maka haidar tambah menangis. Spontan saya manyun (literally manyun beneran), untuk mengkomunikasikan bahwa saya tidak suka perlakuan yang seperti itu.

Saya bilang bahwa kalau haidar bangun pagi dengan menangis, biasanya seharian itu juga mood nya bikin bundanya emosi jiwa. Hehe. Ayah protes : "Ih ko manyun" saya jawab "Iya lah manyun, ayahnya gitu." Clear ya pesannya, to the point hehe.

Sehabis itu saya memandikan haidar, dan benar benar mengusahakan agar haidar fun banget selama mandi. Untuk mandi saja kan seringnya "nggamau!" Jadi perlu effort lebih. Alhamdulillah berhasil dan saya pun emang ngga bete, jadi saat selesai pun menyapa ayah seperti biasa.

Dalam kondisi netral itu, langsung saya sampaikan : "Ayah jangan seperti itu, karena yang di rumah seharian bareng haidar kan bunda,  jadi awal bangun tidur jangan dibuat ngga nyaman. ayah kan seharian kerja di luar, jadi ngga ngerasain gimana kalau haidar rewel. Kalau haidar gitu, bunda nya bisa emosi seharian."

Setelah itu kamipun ketawa bersama. Alhamdulillah pesan tersampaikan.

Malam hari nya kami berbuka puasa bareng bersama teh fufu dan kang canun, karena suami diminta sharing terkait perjuangan taaruf nya yang fenomenal. Hehe xp

Anyway, berjalan lancar alhamdulillah.

* * *

Saya mulai menemukan pola, pada waktu semacam apa cara komunikasi saya kurang produktif.

Komunikasi tidak produktif antara saya dan pasangan akan muncul ketika saya memendam rasa terlalu lama. Kesulitan mencari timing yang tepat, membuat saya menahan diri, dan tetiba meletup sewaktu waktu. Dari situ akan merembet ke cara komunikasi yang negatif dengan bahasa tubuh yang kurang baik (kaidah 7-38-55). Selain itu, saat mengobrol sebaiknya bisa mengontrol kadar ke-baper-an, lebih santai saja.

Sedangkan terhadap anak, komunikasi tidak produktif akan terjadi ketika (1) saya terlalu lama membersamai anak tanpa jeda, sementara harus melakukan pekerjaan rumah, (2) tetiba ada masalah dengan suami.

Solusinya, jeda aktivitas membersamai anak dengan hal yang kita sukai, kerjakan pekerjaan rumah dengan lebih cepat, dan ketika menghadapi suatu masalah dengan suami, tetap tenang dan tidak perlu bumbu baper.

* * *

Dilakukan pada hari selasa, 13 juni 2017
Dituliskan pada hari rabu, 14 juni 2017

Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjiid6 #30dwchajah #day28

#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2

Tuesday, June 13, 2017

Day 6 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Akhir pekan lalu, saya sudah ada agenda sehari bersama al quran bersama beberapa kawan. Hampir sama dengan acara tahun sebelumnya saat saya masih single, ada targetan untuk menyelesaikan tilawah dan hapalan sekian halaman. Bedanya, kali ini acara nya menginap, dari pukul 12 siang hingga pukul 12 siang keesokan harinya.

Karena saya masih belum yakin, maka saya mencoba sharing pada suami. Mencoba mencari waktu yang tepat, maka ketika suami sedang di luar, saya memberi pesan via whatsapp :
"Nanti pulangnya ngobrol yaaa"
Ya, saya perlu mengkondisikan dulu agar suami pun siap.

Singkat cerita, saya membulatkan tekad untuk berangkat dan ikut acara tersebut.

Selama acara HP saya dimatikan, jadi tidak ada laporan progress komunikasi dengan pasangan lagi ya hehe.

Sampai di sana, alhamdulillah ada kamar bermain untuk anak-anak. Pemilik rumahnya juga punya anak kecil, jadi haidar juga ada teman main. Saya juga bisa mulai mengejar target interaksi dengan quran, tilawah dan hafalan.

Alhamdulillah menghadapi haidar disana saya bisa menjalankan poin-poin komunikasi produktif dengan cukup baik. Misalnya menunjukkan empati ketika haidar berebut mainan dengan teman, emosi terkendali, bicara dengan intonasi yang ramah, memberikan pujian dengan jelas saat haidar mau makan.

Pelajaran yang bisa saya ambil selama ini, adanya aktivitas menarik pada anak membuat anak senang. Kalau bosan atau tidak ada kejadian seru, anak akan menangis (yang kadang tak kita mengerti, malah membuat kita emosi).

Semoga kita bisa membersamai anak dan menghadirkan aktivitas-aktivitas menarik untuk anak kita :)

Biar bundanya juga sehat hepi yaa ;) hihi

Dilakukan sabtu, 10 Juni 2017
Ditulis Selasa 13 juni 2017

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day28

Tentang Menitipkan Anak

Dari dulu sampai sekarang, menitipkan anak adalah suatu hal yang biasa. Saya mungkin membahasnya secara luas dulu. Entah titip selama ayah bunda kerja pada keluarga/pengasuh, titip sementara, titip ikut bekerja ke kota (misal dari desa), atau menitipkannya di sekolah untuk belajar.

Semakin menjadi menarik pembahasannya di masa kini, karena muncul wacana ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Mengenai hal itu, tidak saya bahas panjang, karena yang harus kita pahami adalah tiap kondisi keluarga berbeda. Maka terkadang tidak ada yang lebih baik, namun mana yang lebih cocok dengan kondisi khas masing-masing.

Saya pribadi saat ini masih fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga dengan balita berusia hampir 2 tahun. Belum pernah menitipkan anak seharian pada mertua atau ortu, karena selain anak belum dekat dengan mereka, lokasi rumah cukup jauh, dan tidak ada alasan urgent untuk saya titipkan, kan saya di rumah. Hehe.

Namun anak saya hampir setiap hari harus bermain ke rumah uyut nya yang lokasinya 3 rumah dari rumah tinggal saya saat ini. Supaya aki dan ema uyutnya ada "co'oan" (mainan). Jadi ya walaupun saya ibu rumah tangga, saya pun "menitipkan" anak saya.

Loh ngapain?
Insyaallah menyenangkan orangtua itu ada pahalanya. Haidar juga pasti belajar sesuatu di sana. Saya pun merasa lebih bisa leluasa membereakan rumah atau me time sendiri. Bagi ibu ibu pasti tahu rasanya mengurus anak dan rumah seperti apa, memang ada kalanya butuh waktu jeda.

Saya mencoba menganalisis latar belakang saya pribadi dan suami, untuk jadi bahan pertimbangan keputusan-keputusan kami. Saya dibesarkan dari ibu yang tidak bekerja di ranah publik, sementara suami dibesarkan oleh ibu yang bekerja. Semasa kecil ibu saya dibantu oleh asisten rumah tangga, sedangkan suami saya, selama ibu bekerja, beliau diasuh oleh kakek dan neneknya. Sejak kecil, saya tidak pernah diperbolehkan menginap di rumah saudara, sementara saudara-saudara saya sering menginap di rumah saya.

Untuk membuat kesimpulan, ternyata banyak faktor yang terlibat. Saya pribadi sejak awal memang ingin memegang anak sendiri, yang dalam perjalanannya  selain bahagia, pasti mengalami kebosanan juga, wajar. Tapi ada lemungkinan suatu saat nanti saya perlu bekerja dan menitipkan anak juga, siapa yang tahu. Saya hanya perlu mencari tahu lagi pengalaman-pengalaman orang lain dan mencari role model yang mendekati kebutuhan keluarga kami nantinya.

Sedikit merenung, mari belajar lagi tentang bagaimana para shalafusshaleh mendidik anak-anaknya

Para sahabat-sahabat yg shaleh pun suka menitipkan anaknya pada orang shaleh. Mungkin saat ini kita sebut "magang", saat anak kita titipkan pada seseorang yang memiliki keahlian khusus atau karakter khusus.

Sebaik baiknya orangtua, ada kalanya kita tidak didengar oleh anak kita, karena anak kita sudah tahu "cacat diri kita". Kita pun memang bukan superman yang bisa segala hal.

Menitipkan anak yg dicontohkan para orang orang shaleh yang di bahas disini, maksudnya menitip dididik iman islamnya.

Contoh:
1. Rasulullah sewaktu kecil juga yatim piatu, kemudian diasuh orang lain. Hasilnya, tetap bisa bagus, maka perlu dipelajari faktor-faktor.

2. Ibu anas bin malik (ummu sulaim) "menghadiahkan" anaknya, Anas, ke rasulullah. Anas dibiarkan untuk harus ikut membantu rasulullah juga. Efek pendidikannya terbukti baik, tentu saja, dididik oleh rasulullah.

Maka benarlah nasihat ini,
"Carilah tetangga sebelum mencari rumah. Beli lingkungan sebelum beli rumah."
Jangan sekedar beli rumah dulu baru ngecek tetangganya, karena kita perlu lingkungan yang baik untuk pembiasaan kita, dan pembiasaan tumbuh kembang anak kita. Mau tidak mau anak kita akan bergaul dengan tetangga.

Jaman sekarang tidak hanya yang dekat rumah, kita bisa kenal dengan yang rumah nya jauh melalui media sosial. Jadi seberulnya sangat bisa kita "magang"kan anak-anak kita.

Saya pribadi berharap punya anak yang shaleh, yang tidak dikungkung selalu di dalam rumah, tapi bisa mengenali lingkungannya dan bersosialisasi dengan baik, maka harus didukung dengan lingkungan yang baik.

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day27

Monday, June 12, 2017

Day 5 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Alhamdulillah, hari kemarin yang cukup menantang saat saya sedang diserang flu, sudah berlalu. Saya memulai pagi ini dengan mengajak haidar berjalan jalan ke luar rumah menghirup udara pagi.

Kondisi lebih fit, mood lebih bagus, tekad untuk memperbaiki komunikasi dengan haidar lebih terpatri. Semua berjalan lancar bahkan ketika haidar jatuh dan mendadak sedikit rewel.

Saya mencoba berusaha menunjukkan empati, dilanjutkan dengan mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Berusaha mencari ulat, dan syukurnya ulatnya muncul juga hihi.

Terkadang di setiap lancarnya urusan, akan datang tantangan. Tantangannya muncul justru dari kami sendiri, ayah dan bundanya. Kami perlu memutuskan tentang siapa yang harus ke rumah mertua untuk mengambil baju-baju yang sudah kering. Berusaha sebaik mungkin berbicara dengan kaidah clear and clarify, tapi ketika salah satu sudah mengeluarkan emosi, energi nya terasa oleh yang lain, dan terasa ada sedikit kendala. Hal itu berujung pada emosi yang berlebihan pada haidar, yang mudah-mudahan terhitung sebagai bentuk pendidikan dari orangtuanya.

Karena setan sedang terbelenggu di bulan ramadhan, dan nafsu saya sedang bisa dikendalikan (he he), saya pun memilih untuk tidak terlarut. Saya mencoba melupakan yang terjadi, dan menggali-gali kebaikan pasangan dan kemudian saya tuangkan dalam sebuah puisi. Hehe. Efeknya menurut saya bagus. Setelah itu saya juga lebih bisa mengendalikan diri.

Siang harinya, saya ke Edu Global School di Jl Kalimantan untuk menghadiri acara penutupan mentoring. Haidar turut serta, dan bermain seru di kolam kura-kura. Memainkan bola yang saya bawa, haidar bermain bersama salah satu adik mentor saya (shabrina). Insyaallah fotonya nanti saya update ya. ;)

Sore harinya pulang dijemput suami, ada sedikit cerita tentang kami yang harus kembali ke Samsung Center untuk mengambil baterai yang tertinggal. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30 sementara saya ada jadwal mengisi acara kegiatan pesantren kilat di masjid rumah. Tapi saya tetap mensuggest suami untuk balik lagi saja, karena saya memprioritaskan kebutuhan beliau.  Saya mampir sebentar membeli cokelat untuk dibagikan pada peserta. Qadarullah, singkat cerita jalanan macet, saya pun terlambat dan tidak bisa mengisi karena acara sudah selesai. Saya baru di pertengahan jalan memutuskan bilang "ayah kalau mau ngebut, gapapa ya, biar aku keburu ke mesjidnya". Ternyata dari situ saya baru tahu kalau ternyata suami saya lupa kalau saya ada agenda sore itu, dan salah mengira dikira acaranya malam.

Alhamdulillah tapi semua masih terkendali. Karena fokus tantangan ini ada di diri saya sebagai peserta kelas bunsay, saya berani menyatakan diri saya "under my control" pada hari ini.

Magrib setelah shalat, saya dan pasangan mulai mendiskusikan yang terjadi di hari itu, saya pikir ini waktu yang tepat. Sayangnya hanya sebentar dan tidak tuntas, kepotong iklan (haidar udah manggil. Hehe.)
Saya merasa perlu mengkomunikasikan apa yang saya rasakan, yang menurut saya perlu diperbaiki, perlu diklarifikasi, dan tentang bentuk pendidikan yang perlu disepakati.

Mudah mudahan kami mau meluangkan waktu untuk mendiskusikannya di lain waktu :)

Terjadi pada hari Jumat, 9 Juni 2017
Ditulis pada 12 Juni 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day26

#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2



Saturday, June 10, 2017

Kuliner Khas Wonosobo

Udara yang sejuk dan dingin menjadi salah satu ciri khas kota ini, Wonosobo. Terletak di jawa tengah, berdekatan dengan banyumas. Pemandangannya masih asri, dan belum terlalu ramai dengan hiruk pikuk perkotaan. Tapi kota kecil ini menjadi salah satu destinasi para wisatawan.

Belum ke Wonosobo kalau belum makan mie ongklok, begitu katanya. Sudah pernah mencobanya?

Kuliner ini sebetulnya sangat sederhana. Mie kuning dan sayur sosin disajikan dengan siraman kuah kental dan bawang goreng. Sajian ini biasa dilengkapi dengan tempe kemul dan sate ayam berbumbu kacang.

* * *

Carica papaya

Friday, June 9, 2017

Day 4 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Alhamdulillah Allah kasih saya pengalaman baru, sakit saat ramadhan bersama sang balita :)

Meskipun berucap hamdallah itu mudah dituliskan, namun pada kenyataannya ternyata penuh drama.

Setelah 3 hari haidar demam dan sulit makan, keesokan harinya saya bersin-berain tak berhenti dengan sekujur badan yang lemas. Tak bisa dipungkiri, jadi malas melakukan apapun. Padahal sakit saya hanya flu, tapi ya begitu kalau sudah flu ngefek ke semuanya. Inginnya tidur saja supaya ngga terasa dan bersin-bersin.

Astaghfirullah semoga Allah mengampuni.

* * *
Hari ke 4 tantangan komunikasi produktif dilakukan di rumah orangtua saya di margahayu raya.

Komunikasi terhadap pasangan :
Kondisi tidak fit sejujurnya membuat teori yang mau diaplikasikan jadi mentah kembali. Kaidah 7-38-55 komunikasi terhadap pasangan yang saya lakukan sepertinya berhasil menyampaikan pesan bahwa saya sedang sakit dan tidak mood, tapi pesannya sungguh negatif. Ya, intonasi dan body language saya belum bisa saya kendalikan.

Contoh kasus 1 :
Pada saat suami sedang bersiap mandi, saya menyusui haidar lalu tertidur. Ketika bangun saat masih belum sadar betul, suami bilang yang kurang lebih intinya begini : Ini haidar celananya basah belum diganti? Dingin loh.

Karena masih setengah sadar saya hanya tidak ingat betul redaksi yang digunakan. Pesan yang saya tangkap saat itu hanya: saya baru bangun, terus tiba tiba dibilang hal semacam itu, saya agak ngambek. Hehe. Maksudnya kan kalau tahu istrinya sedang sakit, bisa tolong digantikan aja gitu ya langsung celananya.

Setelah mengganti celana, saya mengambil kaus kaki suami ke atas dan kesadaran saya mulai terkumpul betul. Saya kembali normal hehe.

Komunikasi terhadap anak :
Dengan kondisi tidak fit, alhamdulillah masih bisa menjalankan kaidah KISS. Tapi kaidah intonasi yang ramah hanya bertahan di awal-awal. Saya sedang ingin membereskan dapur sampai rapi, tapi haidar sedang ingin digendong terus, saya lama lama hilang kesabaran. Ngga sampai marah sih, tapi tegas hehe. Tapi setelah itu haidar masih terus menangis dan honestly timbul rasa stress di diri saya. Hari ke 4 ini haidar menangis terus sedikit-sedikit.

Alhamdulillah sempat bermain di luar dan menemani saya ke warung membeli bahan makanan, semua terkendali.

Namun rentetan kejadian seharian itu betul-betul luar biasa bagi saya. Drama pemberian makan pun cukup menguras emosi.

Dibuatkan sop, telur ceplok dan nasi haidar ngga mau makan, akhirnya masak nasi goreng dan lumayan mau makan. Sebelumnya karena udah makan snack taro, jadi maunya makan snack terus sepertinya. Saya agak dilema ngasih snack sebetulnya, karena niat nya ngasih supaya ada makanan yang masuk, dan dia jadi selera makan, tapi jadinya malah agak susah makannya.

Bahkan ketika mau ditidurkan pun nangis nya menjadi jadi, saya semakin stress melihat bahwa bisa jadi haidar haus mimi dan lapar sementara ASI mungkin sedang sedikit dan selama sakit haidarpun sedang tak nafsu makan. Astaghfirullah. Alhamdulillah suami mengambil alih haidar menggendongnya. Saya masih terdiam di kasur dan menutup wajah. Astaghfirullah, memang ada ya masa-masa semacam ini.

* * *

Astaghfirullah, padahal ini ramadhan. Saya introspeksi dan sadar diri bahwa kondisi sakit memang "berbahaya". Mungkin benar katanya, kalau ibu ibu tak boleh sakit, emosinya bisa naik turun.  Apalagi ibu menyusui, rasa panik terhadap ASI yang kurang juga memengaruhi. Target tilawah saya pun tak tercapai pada hari itu.

Semoga ada pelajaran yang bisa diambil. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Sedikit menginsyafi diri bahwa kita hanya manusia yang memang penuh kekurangan, hanya seorang wanita(ibu, istri) yang memang masih bengkok.

Semoga Allah mengampuni kita semua. Saling menguatkan ya :)

Jumat, 9 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R
Pagi hari, Disamping haidar yang terlelap.

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day23

#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2

Wednesday, June 7, 2017

Day 3 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Sudah masuk hari ke 11 bulan ramadhan.
Qadarullah, 3 hari ini haidar demam (yeng tertinggi terukur hingga 38.5dercel), dan ini kali pertama ramadhan mendampingi anak yang sakit. 1 pekan ini kami sedang "marathon" nginep di rumah eninembu-ngki dan embah-enin (kakek nenek haidar di ciwastra).

Semoga bukan jadi pembenaran, maka tantangan bunda sayang hari ke 3 harus terpending hingga saat ini.

Selama menginap di mertua, jujur saya agak susah mendeteksi progress dari komunikasi produktif antara saya-pasangan, dan saya-anak. Di rumah mertua banyak orang yang mengajak haidar main, jadi emosi saya juga lebih terkontrol. Ada masanya haidar saya pegang terus, dan ada masanya saya dilepas karena haidar hanya mau main dengan om kecilnya, atau tante-tantenya.

Selama di mertua dan suami pergi bekerja, Komunikasi dengan pasangan pun sejujurnya kurang intens. Kesepakatan untuk berbincang pukul 2 pagi bablas karena masing-masing lelah hayati. Hehe. Jarak tempuh ke kampus jadi lebih jauh, memakan waktu lebih lama dan tentu menguras tenaga. Pulang sudah sangat lelah dan ingin beristirahat.

Alhamdulillah,
Komunikasi produktif dengan pasangan :
Poin choose the right time nya belum bisa dilihat lagi. Selama menginap di mertua, saya memilih untuk lebih banyak diam saja pada suami. Secukupnya saja hehe. Karena saya tahu kondisi beliau sedang cape, saya pun cape.

Saya menjalankan kaidah 7-38-55, tak banyak bicara tapi secara body language (55%) menunjukkan bahwa sayah sedang merasa bosan dan bete hihi. Maka suami sempat menanyakannya kepada saya, kenapa dari pagi saya sikapnya beda. Saya kalau udah ditanya gitu, baru jawab. Kenapa? Karena berarti lawan bicara saya udah aware, udah cukup siap untuk diajak bicara. Setelah itu berpelukan hehe.

Komunikasi produktif dengan anak :
Usia 21 bulan ini haidar sudah lancar merespon pembicaraan, sudah mengerti banyak instruksi, dan sudah mulai berpikir saat menjawab.

Saya mencoba fokus pada kaidah lain yaitu KISS dan Intonasi yang Ramah, alhamdulillah berjalan baik. Saya memang irit bicara jadi berusaha seoptimal mungkin kalau bicara sama haidar. Saya juga paham kalau haidar baru akan merespon dengan benar jika kalimat saya singkat singkat.

Intonasi saya diusahakan seramah mungkin, namun ketika pada kondisi dimana saya begitu lelah atau mengantuk, saya merasa belum sepenuhnya bisa ramah lagi. Ini yang sepertinya perlu di evaluasi, bagaimana agar tetap ramah ketika kondisi saya sedang tidak oke.

Overall selama sakit diwajari kalau memang haidar agak rewel, karena memang begitulah kalau demam. Apa-apa selalu ingin sama bunda, dan inginnya digendong.

7 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day22

#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2

Rumah Kita

Atap rumah kita satu, semoga terisi dengan segala material kebaikan di dalamnya.

Pondasi rumah kita dibuat dari bahan terbaik, senantiasa kita periksa agar menjadi pondasi terbaik rumah kita. Beton keimanan dan pengetahuan yang kokoh, yang semoga berbuah amal surgawi di rumah kita.

Dinding rumah kita kokoh, bekerja saling melindungi diri kita dari panasnya keburukan, dan dinginnya ketidakpedulian. Dinding yang kita bangun ini tersusun dari batu bata kesepakatan, keyakinan dan rangkulan hangat. Dilapisi campuran semen dan cat dinding yang indah untuk bisa dinikmati banyak orang.

Jendela rumah kita hasil dari jatuh bangun diskusi kita. Kaca ku dan kaca mu berbeda, namun bersatu menjadi jendela pandang kita. Jendela yang sama untuk kita memandang dunia.

Ya, rumah kita. Mungkin kini jauh dari sempurna. Namun semoga selalu kita pantau pembangunannya hingga ke surga.

7 Juni 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah  #day21

Monday, June 5, 2017

Ketika Harap dan Cemas Jadi Satu

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjalan perbuatan-perbuatan yang baik. Dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang orang yang khusyu kepada Kami."
QS. Al Anbiya : 90

Harap yang disebutkan dalam ayat di atas, diterjemahkan dari kata raghbah. Artinya rasa penuh minat, berkeinginan untuk mendapat sesuatu yang dicintai.

Sedangkan cemas, diterjemahkan dari kata rahbah, berarti perasaan cemas yang menimbulkan keinginan untuk melarikan diri dari yang ditakutinya. Dan ini adalah rasa takut yang dibarengi dengan perbuatan.

Bahasan yang menarik yang dibahas oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam buku yang ditulisnya berjudul Ulasan Tuntas tentang 3 prinsip Pokok.

* * *

Siapa di antara kita yang suka berdoa? Rasa-rasanya hampir setiap orang berdoa, meski dengan cara, keyakinan dan kadarnya masing-masing.

Kekhusyuan dalam berdoa dan beribadah menjadi keinginan setiap orang, namun ternyata ada suatu sikap yang melengkapi rasa khusyu itu, yakni rasa harap dan cemas.

Kita berdoa dengan penuh rasa harap akan dikabulkan, didengar, diberi pahala, diberi petunjuk. Juga berdoa dengan rasa cemas akan siksaNya, akibat dosa dari perbuatannya sendiri. Keduanya perlu seimbang.

"Sebagian ulama berpendapat, rasa harap diperbanyak saat sakit, dan cemas di saat sehat." - Syaikh Muhammad

Mengapa?

"Orang yang sedang sakit, lemah jiwa raganya, dimana mungkin ajal sudah dekat lalu meninggal. Dengan demikian ia dalam keadaan berbaik sangka pada Allah.
Sebaliknya, jika sehat, seseorang dalam keadaan sangat kuat dan berharap panjang umur sehingga timbul sikap lupa diri dan sombong. Maka disaat ini perlu ditumbuhkan rasa cemas agar selamat dari keadaan tersebut."
-- Syaikh Muhammad.

* * *

Saya jadi berpikir, sudahkah saya memiliki rasa semacam itu sepanjang hidup saya? Sudahkah seimbang?

5 Juni 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day20

Sunday, June 4, 2017

Melampaui Keterbatasan

"Eh, itu tangannya ngga ada!" Tukas seorang anak kecil.

Begitulah kutipan yang kudengar dari sebuah tayangan di televisi. Seorang dengan keterbatasan fisik menceritakan pengalamannya pada pemirsa. Masih terasa pahit, maka hatinya masih sakit kala mendengar ucapan itu, pasalnya, ia pernah punya tangan.

Tangannya harus diamputasi karena kelalaian seorang rekan kerjanya, ya, apa boleh buat. Kini ia harus beraktivitas dengan lengan sepotong. Menikmati pandangan iba setiap orang yang melihatnya. Terkadang masih harus menutupi sepasang tangannya dengan sehelai handuk, ya masih sesak baginya.

Namun ia hanya khawatir terhadap masa depan anak-anaknya. Apakah anaknya bisa sukses dengan kondisi orang tua yang semacam itu. Bersyukur ia masih punya iman, awal yang baik untuk dapat terus menjalani hidup.

Berapa banyak dari kita diberi semesta nikmat tak terhitung oleh Allah? Semua makhluk.
Berapa banyak dari kita diuji Alah dengan keterbatasan masing-masing. Setiap manusia punya episodenya masing-masing.

Semua tergantung bagaimana kita menyikapi semesta nikmat dari Allah. Keterbatasan fisik seolah menjadi penghalang yang kita anggap suatu ketidaknormalan, padahal begitulah desain Allah. Ada keluarbiasaan yang harus dia lakukan dengan segala keterbatasan itu. Banyak dari mereka yang justru melakukan hal - hal di luar ekspektasi kita, bahkan jauh dari kita.

Ini hanya persoalan sudut pandang, dan bagaimana mensyukuri segala kondisinya.

4 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day19

Kiki Barkiah : Satu Atap Lima Madrasah (Open PO)

Open PO buku terbaru karya teh Kiki barkiah (penulis buku best seller 5 Guru Kecilku)
Batch 1 (4 Juni 2017 - 30 Juni 2017)

Satu Atap Lima Madrasah

Banyak diantara orang tua yang menjalankan proses pengasuhan dan pendidikan terhadap anak-anak secara mengalir apa adanya. Dari hari ke hari, hanya melakukan sebuah pengulangan rutinitas yang seolah tak memiliki tujuan pengasuhan. Buku ini memberikan inspirasi bagi kita bahwa sesederhana  apapun peristiwa dalam keseharian bersama anak-anak kita, sesungguhnya mengandung hikmah berharga yang dapat mendatangkan kebaikan dan melahirkan perbaikan.

Kisah-kisah dalam buku ini juga memberikan inpirasi bahwa sesederhana apapun sikap yang dipilih orang tua dalam merespon peristiwa terkait anak, hendaknya dilandasi kepahaman dalam ilmu pengasuhan yang dibalut motivasi dan cita-cita besar, serta bergerak dalam naungan visi misi besar dalam membangun keluarga.

Membaca buku ini akan mengajak kita untuk menyelami grand desain kurikulum sekolah kehidupan yang menjadi ruh dalam menjalankan sekolah rumah keluarga penulis. Sebuah rumusan kurikulum pendidikan sepanjang hayat yang dapat menjadi referensi bagi kita untuk diterapkan dalam mendidik anak-anak. Grand desain tersebut begitu renyah untuk dibaca karena terbalut dalam kisah keseruan dalam menjalankan masing-masing madrasah yang unik, yang lengkap tersaji dengan perasaan penulis yang sangat manusiawi.

Membaca buku ini akan membawa kita pada satu kesimpulan bahwa sudah selaknya rumah tangga yang kita bangun berperan sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak.

Spesifikasi buku
Jumlah halaman : 244
kertas HVS 70gr
berat buku sekitar 300-330gr.

Perkiraan selesai cetak sekitar pertengahan Juli 2017, insya Allah
Batch 1 (4 Juni 2017 - 30 Juni 2017)
Batch 2 (1 Juli - 10 Juli 2017)

Pemesanan isi form : bit.ly/1atap5madrasah
Info : 0856-201-6256 / bit.ly/OrderViaWasap

#kikibarkiah #kikibarkiahbook #bukukikibarkiah #1atap5madrasah

2 Prinsip Yang Perlu Diketahui Terkait Ibadah dan Muamalah

Dalam menjalani hidup, kita perlu panduan agar hidup kita dapat dijalani dengan baik.

Dua prinsip yang kemarin saya pelajari adalah tentang bagaimana kita beribadah, dan bermuamalah (dalam kegiatan sehari-hari).

Menurut saya ini sederhana, tapi sangat perlu diketahui oleh seorang muslim. Kenapa sih penting? Kita tahu bahwa beribadah adalah kewajiban setiap manusia yang Allah ciptakan. Dan bermuamalah adalah sesuatu yang juga tidak lepas dari kehidupan kita. Maka, dengan tahu prinsip ini, kita lebih mudah menyaring/memilih hal mana yang memang perlu dilakukan, mana yang benar mana yang salah.

Prinsip yang pertama :
Semua ibadah itu batal, kecuali ada dalil yang menghalalkan.

Prinsip yang kedua :
Semua muamalah pada dasarnya boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkan.

Kedua prinsip ini saya dapat kan dari sebuah buku berjudul al ishlah yang disusun oleh Ust A. Zakaria. Saat ini, buku tersebut menjadi salah satu buku yang saya dan suami pelajari karena isinya yang cukup komprehensif tentang islam.

Saya merasa tercerahkan, karena baru tahu. Adakah teman teman yang baru tahu, atau sudah lama tahu juga ?

* * *
Awal melihat cover buku itu, saya tidak terlalu tertarik, saat melihat daftar isinya pun rasanya "buku agama banget". Tapi  ternyata, menurut saya apa yang disampaikan dalam buku itu menyangkut hal hal prinsip dalam beragama islam. Kita kan kadang banyak mencari-cari sumber ilmu, yang kadang sulit untuk kita pahami seluruhnya. Dengan buku itu, kita lebih paham inti kita berislamnya.

4 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R
#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day18

Friday, June 2, 2017

Day 2 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Bismillah, hari kedua tantangan komunikasi Produktif sudah dilalui.

Hari jumat tanggal 2 juni ini, progress interaksi komunikasi saya dengan pasangan seiring pancasila yang kesaktiannya mulai memudar, tidak terlalu banyak. Hehe. (Saya ngga anti pancasila, tanggal 2 kan udah bukan hari kesaktian pancasila, udah ngga libur jadi paksuami juga ngantor hehe)

Tidak ada agenda spesial yang saya dan suami canangkan. Namun perlakuan suami jadi lebih so sweet. Ya biasanya juga so sweet sih.

Pagi diawali dengan saya yang bangun sahur dengan ngantuk, jam menunjukkan sudah waktu indonesia mepet sementara haidar mau menyusu dan tak bisa ditinggal. Suami dengan sigap menyiapkan makanan sahur. nyemplung-nyemplungin suki ke dalam kuah tomyam, bikinin roti oles, nyuruh banyak minum. Suami juga lebih tegas pada haidar yang saat itu sedang aga rewel karena baru bangun, bilang kalau bundanya harus sahur dulu.

Saat mau shalat subuh juga sama. Suami lebih tegas namun lembut pada haidar, bilang kalau bundanya lagi mau shalat.

Pagi-pagi juga disempatkan dulu ngobrol, tapi terputus karena tetiba haidar nangis keras minta odading (?)
Selama suami kerja di kampus, percakapannya sebatas laptop yang semalam saya pakai saja.

Ayah pulang lebih cepat dan tetap so sweet. Walau capek, ayah tetap bulak balik : mengantar haidar ke uyutnya, mengambilnya kembali, mengambil karpet di laundry, membeli aqua galon. Barakallah.

* * *

KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Mengendalikan emosi bisaxdilakukan hingga siang hari, namun siang hari agak kelepasan saat haidar rungsing karena belum tidur juga.

Itu saja selama hari ke 2 ini :)

#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day17

Thursday, June 1, 2017

Day 1 : Komunikasi Produktif [Level 1]

Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah

Hari pertama tantangan Komunikasi Produktif dimulai hari ini, tanggal 1 Juni 2017. Bertepatan dengan hari kesaktian pancasila, semoga sakti juga jurus-jurus yang saya lancarkan hehe.

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Sedikit terlambat, kami bangun pukul 1 pagi untuk shalat karena malamnya ketiduran. Saya meminta waktu sedikit pada suami untuk memilih kaidah mana yang perlu saya latih pertama kali.


Dari 5 kaidah yang ada, suami saya menunjuk kaidah kedua yang berbunyi "CHOOSE THE RIGHT TIME". Yap, tepat sekali seperti apa yang saya perkirakan. Itu memang problem saya. Saya pun menanyakan waktu yang baginya cocok untuk berdiskusi yang agak serius. Beliau masih bingung menentukannya karena saya tembak mendadak, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah : Selasa dan Kamis pukul 3.00-3.30 pagi dan 5.30-6.30.

Biarpun saya merasa itu sedikit (hehe) tapi cukup, yang penting sudah ada kesepakatan. Saya pun mengingatkan bahwa hari ini adalah hari kamis, "Jadi  mulai hari ini dong ya? Hihi". Lalu beliau menjawab kaget "hah, apaaah hari inii?" Jreng jreng. Beliau pun bilang, "iya mumpung libur, mau diagendain ngobrol sama ayang, pas dede di titipin ke ema ya, sekitar jam 10-12. Hari ini mau belajar dan Mau ngerjain tugas proyek juga."

Oke. Setelah itu Beliau pun minta ijin untuk melanjutkan tidurnya, sementara saya melakukan hal lain. Singkat cerita, setelah menyelesaikan tergetan tilawah pagi bulan ramadhan, sekitar pukul 6-9 kami sama sama tertidur karena bangun terlalu pagi. Hehe

Saya, suami, dan haidar bangun tidur lalu mandi. Saya sih ngga mandi dulu, langsung ke pasar buat belanja. Saya mengkomunikasikan pada beliau untuk tidak menunggu saya pulang dari pasar, daripada lama lebih baik mengerjakan yang perlu dikerjakan dulu.

Dengan segala drama akhirnya kami baru mulai siang hari. Beliau segera menggendong haidar dan membawanya ke ema dan aki uyut nya. Rumahnya dekat dan kami memang terbiasa seperti itu, karena ema dan aki uyut nya "protes" kalau sehari saja haidar ngga main disana.
Saya melihat, wah ayah sigap nih. Mau rapat harus enak diliat, saya udah mandi dan dandan ondel ondel dikit hehe.



Tibalah waktunya berbincang.
Tapi satu sama lain bingung apa yang mau dibicarakan. Ketawa ketiwi Saling menyuruh lawan bicaranya ngomong. Jujur di kepala saya saat itu ngga ada pikiran apa-apa, yang saya tahu, saya hanya menyiapkan diri mendengar karena ayah mau ngomong. Ternyata si ayah bingung juga mau ngomongin apa. Haha.


Kurang lebih 15 menit kami awkward seperti itu, tapi alhamdulillah gajebo juga nyenengin. Insyaallah pahala ya.
Akhirnya saya minta beliau baca dulu aja tulisan Day 0 saya yang kemarin, supaya tahu dan bisa kroscek mana yang bener mana yang kurang tepat. Hasilnya kurang lebih sesuai.

Setelah itu kami masih bingung mau ngomongin apa. Haha. Tapi akhirnya kami sama-sama nonton video-video singkat nya ust hanan, dan sesi mentoring dari suami tentang ibadah.


Video yang pertama kami tonton berjudul "Be Like Khadijah", bukan karena apa-apa, hanya karena posisi file nya ada di paling atas. Setelah menonton, saya menanyakan pendapat beliau, beliau pun menanyakan pendapat saya tentang video itu. Eeh, saya malah nangis cirambay :"))) Ngerasa jauuuuh banget dari Bunda Khadijah. Dari situ obrolan semakin sosweet dari hati ke hati. Alhamdulillah.



KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Haidar masih berusia 21 bulan, problem utama saya masih seputar pengendalian emosi. Karena hari ini saya dan suami lagi so sweet, jadi ngga ada kejadian luar biasa yang bikin saya lepas emosi sama haidar. Happy mom, happy kids :)


#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day16

Day 0 : Tantangan Komunikasi Produktif Bunda Sayang

Perkuliahan online Bunda Sayang dari IIP sudah dimulai sejak tanggal 29 Mei lalu. Materinya adalah tentang komunikasi produktif, bagi saya itu merupakan tantangan tersendiri.

Proyeknya harus dilakukan rutin setiap hari minimal 10 hari dan maksimal 17 hari, terhitung sejak tanggal 1 Juni hingga 17 Juni. Akan saya posting juga di sini, Insha Allah.

Inti dari materi komunikasi produktif ini adalah tentang kemauan kita untuk mengubah pola komunikasi. Diakui atau tidak, selama ini belum mempraktekkan pola komunikasi orang dewasa yang baik. Terkadang (atau sering) masih mengkomunikasikan banyak hal secara kekanakan, bukan lucu malah nyebelin.

Untuk diingat, bahwa fokus kita adalah perbaikan diri sendiri. Memperbaiki kualitas komunikasi kita. Tak perlu pusing dengan respon dari sekitar yang belum sesuai harapan, karena yang perlu kita pertanggungjawabkan hanya diri kita, cara kita. Berdoa, berpikir positif, lakukan yang terbaik, insyaallah Allah memberikan hasil terbaik.

Mengakui kesalahan sendiri itu kesannya mudah, tapi dalam percakapan, karena tidak mau merasa kalah biasanya, kadang tidak terlihat bahwa kita sedang mengakui kesalahan. Ujung-ujung nya malah bikin pertahanan diri yang justru ngga menyelesaikan masalah. Astaghfirullah.

* * *

Sebelum mulai, saya ingin mencoba membuat daftar tentang pola komunikasi saya yang harus diperbaiki. Saya buat ini sebagai langkah ke-0 untuk semacam assesment terhadap 5 kaidah komunikasi produktif (komprod) yang diberikan pada materi 1 ini.

5 KAIDAH KOMUNIKASI PRODUKTIF PADA ORANG DEWASA
1. CLEAR AND CLARIFY
2. CHOOSE THE RIGHT TIME ***
3. KAIDAH 7-38-55 ***
4. INTENSITY OF EYE CONTACT
5. I'M RESPONSIBLE FOR MY  COMMUNICATION RESULT *

1. CLEAR AND CLARIFY
Poin ini, menurut saya pribadi, bukan masalah utama saya. Selama ini saya termasuk orang yang kalau ngomong apa-apa harus jelas (clear). Saya juga terbiasa mengkonfirmasi lawan bicara saya (clarify). Problemnya justru karena saya terlalu berlebihan menuntut orang lain untuk harus jelas juga. Hihi. Mungkin karena saya butuh perhatian lebih saat berbicara, maka semuanya harus jelas. Wajar sih, tapi mungkin perlu dikurangi ya hehe.

2. CHOOSE THE RIGHT TIME ***
Jumlah bintang menunjukkan seberapa pentingnya saya memperbaiki poin ini. Hehe. Ya, ini problem kelas berat buat saya pribadi. Bagi saya, seluruh waktu saya sudah saya sediakan kalau pasangan mau ngobrol atau perlu sesuatu. Namun kenyataannya, pasangan bicara kita kan juga punya rasa lelah, sakit, kantuk dll hehe.
Kadang saya ngga bisa lihat sikon saat ingin ngajak/diajak ngobrol sama pasangan. Bagi saya, obrolan jenis serius atau bercanda bebas dilakukan kapan saja, tapi tidak bagi pasangan. Hehe.

Sepulang suami kerja, rasanya banyak yang ingin dibicarakan. Tapi realitasnya tentu saja beliau sudah lelah dan inginnya istirahat hihi. Bukan hal-hal keseharian saja, tapi tentang hal-hal penting yang memang perlu dibicarakan.
Kami perlu membuat kesepakatan waktu khusus. Pernah disepakati jam 2 pagi, tapi sering skip karena tidak bisa selalu bangun pukul 2.

Pemilihan waktu yang kurang tepat ini juga berdampak kurang baik, karena ketika saya lagi ingin ngobrol tapi suami cape dan menanggapi "seadanya", saya jadi ngambek. Haha (maune opo sih)

Akhirnya ngobrol nya nunggu inisiatif dari pasangan aja. Atau cari cara lain.

3. KAIDAH 7-38-55 ***
Ini problem besar saya yang kedua haha. Ketika kata-kata hanya memberi dampak 7%, intonasi 38%, bahasa tubuh lah yang menjadi penentu utama 55%. Ketika bibir tak mampu berkata, maka diam seribu bahasanya saya sudah mengartikan bahwa "Saya ngambek" hehe.

Problemnya muncul karena pasangan saya ngga suka banget kalau saya diem kaya gitu. Haha. Lebih baik ngomong dulu sedikit dan bilang kondisinya.

Mungkin di poin ini, proyeknya adalah tetap mengkomunikasikan (walau sedikit) kalau sedang ngambek. Habis itu baru diem lagi haha.

4. INTENSITY OF EYE CONTACT
Selama ini saya memegang betul prinsip ini, bukan masalah besar. Masalah yang muncul adalah karena saya menuntut pasangan untuk melakukan hal yang sama. Jaman gadget gini ya, mungkin itu problem semua orang. Mungkin nanti bisa membuat kesepakatan dan komitmen bersama.

5. I'M RESPONSIBLE FOR MY  COMMUNICATION RESULT *
Karena dari 5 kaidah masih ada big problem nya, maka poin ini masih jadi peer buat saya. Saya bertanggung jawab terhadap apa yang mau saya sampaikan. Membantu lawan bicara untuk paham maksud saya, mencari cara sebaik mungkin untuk menyampaikan pesan.

* * *

Alhamdulillah, sekian gambaran pola komunikasi (terhadap pasangan) saya di awal perkuliahan. Semoga allah karuniakan kesabaran dan ketangguhan untuk memperbaiki diri.

Kamis, 1 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R
6 Ramadhan

#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day 15