Monday, October 17, 2022

Proses Melahirkan Sesar Di Kanazawa Jepang

Alhamdulillah sekarang bayi sudah 2 bulan, baru sempat menulis di blog :)
Story lahiran sebetulnya udah aku upload di IGstory @hajahsofya silakan mampir yaa buat yang mau lihat secara visual. Disini mungkin lebih ke resume informasi aja ya :)

H-1 OPERASI
Bismillah..
Tak terasa sudah tiba masanya, 37-38 weeks kehamilan, hari ini aku udah mulai masuk rumah sakit.
Terjadwal operasi sesar dilakukan tanggal 28 Juli 2022, maka tanggal 27 Juli 2022 ini aku diminta datang pukul 10.00 untuk mengurus administrasi dan pendaftaran rawat inap.

Hal yang pertama dilakukan di Rumah sakit :
1. Mendaftar seperti biasa pada mesin dengan kartu elektronik
2. Mendaftar ke Loket 6 (Dokumentasi), penyerahan 
3. Mengikuti alur sesuai arahan tiket (kalau aku perlu ambil darah dulu untuk cek kondisi hemoglobin), baru ke poli obgyn.
4. Di poli obgyn, 

Intinya hari ini persiapan buat besok yahh..
• Cek detak jantung baby lagi
• malem dopler juga
• temperatur ibu
• tensi ibu
• pasang jarum infus ibu
• suntik hb (case anemia)
• penjelasan before after op besok gimana
• form persetujuan cek darah lagi kalau ada apa apa
• form cek darah bayi nantinya


DI RUMAH SAKIT MANAKAH?
Aku tinggal di Kota Kanazawa, Ishikawa-ken, dan RS Pemerintah terdekat adalah Iriyo Senta (Kanazawa Medical Center di Dewamachi)

BERAPA HARI DI RUMAH SAKIT?
Kemarin saya total 9 hari di rumah sakit
H-1 Operasi
Hari H Operasi
H+1 sampai H+7 Pemulihan
RS nya kasih lembaran skejul harian gitu, jadi memang keliatannya ngga bisa pulang cepet kaya di indonesia ya

BERAPA BIAYA NYA?
Jepang support banget buat warganya sejak kehamilan sampai melahirkan.
- Setiap warga yang melahirkan akan mendapat subsidi sebesar 420.000 yen. 
- Invoice kami kemarin sekitar 328.000 yen. Keluar rumah sakit blass ngga bayar apa apa, hanya membayar sekitar 200 yen aja untuk vitamin.
- Dua bulan pasca melahirkan dapat surat cinta dari pos mengenai adanya kelebihan dana, dan akan dikembalikan melalui rekening pribadi kita. Masyaallah yaa, sekitar 90.000an yen.

BAGAIMANA PROSESNYA?
Alhamdulillah ini adalah proses operasi sesarku yang kedua. Meskipun begitu, ini jadi pengalaman pertama benar-benar "sadar" menjalani prosesnya. Karena qadarullah jaman anak pertama dulu aku tidur saat operasi malam hehe.

Sebelum operasi dipastikan ibunya dalam kondisi baik. Pengalamanku kemarin, aku anemia, jadi 7 hari sebelumnya harus injeksi suntik hb setiap hari bulak-balik RS.

Hari H operasi jadwalnya mundur 3 jam, seharusnya jam 1 siang tapi karena masih ada operasi jadi start sekitar pukul 4 sore.  

Nanti di update lagi ya <3

Sunday, September 18, 2022

Amanah

Mungkin pernah dalam satu masa di hidupmu, diberi pekerjaan dakwah adalah amanah yang berat. Berat, namun nikmat dijalani. Berat, namun tetap jatuh bangun kau usahakan.

Mungkin pernah dalam satu masa di hidupmu, kau memiliki udzur-udzur hingga harus mengurangi amanah dakwahmu. Memaklumi diri atas segala kondisi diri, terlena dan sedikit demi sedikit terkikis.

Kita tak pernah tahu hari esok, bisa jadi kelak di salah satu masa di hidupmu, kau menyadari bahwa kau sudah tak memanggul amanah apapun. Terasa ringan, namun jiwamu rapuh.

Sadari bahwa amanah dakwah merekatkanmu. Bahwa amanah dakwah adalah kebutuhan jiwamu, yang betapapun beratnya akan mendidik jiwamu.

Jangan sampai, Allah mencabut rasa butuhmu.

Kanazawa 18 Sept 2022

Monday, May 9, 2022

Mimpi dan Harapan

Bismillah..
Seperti apa yang pernah kubilang, aku bukan emak emak yang menonton semua drakor terupdate. Bukan karena ngga suka, tapi karena tahu diri, kalo udah nonton suka ngga bisa berenti 😆

Setelah hometown cha cha cha, beberapa waktu lalu tergelitik lah menonton business proposal yang ditonton secara maraton ✌️ Yang itu habis, lanjut Twenty Five Twenty One. Tau dari mana? Dari sekilas update an orang doang dong ✌️✌️ Sekarang baru episode 7, tapi udah berkesan banget sih menurutku makanya pengen nulis.

Buat yang doyan film ringan, business proposal bisa ditonton. Tipe film FTV cinta-cintaan yang sebenernya hampir dengan mudahnya ketebak alur ceritanya. Tapi karena gemesin ya lanjut di tonton hihi.

Kalo yang Twenty Five Twenty One ini, dia secara genre tentang dunia atlet (anggar) tapi berasa banget konflik kehidupannya, dan aku lebih suka iniii.

Tar lanjut nulis lagi ya hihi

Saturday, April 30, 2022

Mensyukuri Kebersamaan Penuh Selama Ramadhan

Hari-hari terakhir ramadan sudah di depan mata, nyaris berlalu pula masa-masa istimewa yang Allah suguhkan kepada kita, umat muslim. Semoga kita bisa memaksimalkan beberapa hari ini sebagai akhir yang indah.

Ramadan kali ini, sangat berkesan. Bukan, bukan karena amalan yang luar biasa tentunya, melainkan sebuah pengalaman berharga yang Allah titipkan pada kami.

Aku bersyukur bahwa di tahun ini, kami sekeluarga bisa kembali berkumpul di bawah satu atap, dalam kondisi yang jauh lebih baik. Berada sangat jauh dari keluarga di Bandung, membuat kami benar-benar lebih fokus pada keluarga kecil kami. Rindu keluarga besar, tentu saja. Namun tentunya ada kesan berbeda ketika akhirnya kami benar-benar terpisah jarah dengan keluarga besar yang biasanya tak pernah lepas dari hari-hari kami.

Allah memberikan kami kesempatan untuk lebih banyak berada dalam kebersamaan secara fisik di dua pekan pertama ramadan saat kami corona. Sangat terasa betapa kami sebagai pasangan jadi lebih saling tolong- menolong dan siap mem-back up apa yang diperlukan. 

Kami pun lebih bersinergi mendampingi proses anak dalam memulai hari-hari pertama sekolahnya, berlatih shalat dan puasa ramadan di usianya yang mendekati 7 tahun. 

Tak ada lagi rasa takut merepotkan atau saling memberi beban, tapi sudah lebih saling memahami. 

Disini kamipun menemukan keluarga baru yang saling tolong menolong. Selalu siap menawarkan dan memberi bantuan ketika kami membutuhkan. Mengirimkan banyak sekali makanan di hari hari ramadan kami.


#day29 #30dwcjilid36 #pejuangramadan

penuh/pe·nuh/ a 
1 sudah berisi seluruhnya (tidak ada yang terluang lagi); 
2 banyak memuat: pidato sambutan -- nasihat bagi kaum tua dan remaja; 
3 banyak sekali: di lapangan Monas pagi-pagi sudah -- anak berolahraga; 
4 ki tidak kurang dari jumlah yang seharusnya: gajinya sudah dibayar --; ia bekerja selama satu bulan --;
5 ki lengkap; sempurna: kita telah memperoleh kemerdekaan yang --;beriak tanda tak dalam, berguncang tanda tak -- , pb orang yang suka menyombong pertanda kurang dalam pengetahuannya;



Friday, April 29, 2022

Mengosongkan yang Berisi, Mengisi yang Kosong

Banyak hal dalam dunia ini yang tak menetap. Begitulah Allah menciptakannya. Perubahan adalah sebuah keniscayaan yang harus kita terima setiap waktu.

Ada masa-masa dimana kita harus menerima bahwa apa yang pernah kita miliki, tak bisa kita nikmati lagi. Pun ada masa-masa dimana kita harus pula menerima bahwa akan ada sesuatu yang datang pada kita yang belum memiliki 'tempat' dalam diri kita yang perlu kita terima.

Terkadang rasanya begitu tak nyaman, bahkan sangat tidak nyaman. Tapi begitulah kehidupan, dan begitulah mindset yang bertumbuh, yang siap dengan segala kondisi yang ada.

Perjalananku, membuatku sadar bahwa aku ternyata termasuk orang yang jarang mengalami perubahan besar dalam hidup. Lahir dan besar di sebuah kota yang sama, dengan kondisi keluarga yang bisa dibilang cukup lurus-lurus saja. Tentunya manusia hidup pasti Allah berikan masalah, namun bagiku, semua relatif dapat di jalani dengan baik.

Aku sangat menyukai hal baru atau tantangan baru, namun kusadar bahwa ketahananku menghadapinya belum cukup terlatih. Aku masih butuh lebih banyak waktu di awal untuk beradaptasi. Hal yang tadinya dirasa sudah terisi, perlu dikosongkan. Hal yang tadinya kosong perlu diisi.

Seperti menjalankan bisnis pasca hijrah ke jepang. Tak kupungkiri masih banyak hal yang perlu kusesuaikan. Bertepatan dengan adanya  fase titik jenuh dalam 4 tahun perjalanan bisnis, mengharuskan aku untuk tetap mencari inovasi baru dan terobosan baru.

#day27 #30dwcjilid36 #pejuangramadan

Thursday, April 28, 2022

Menjadi Manusia Padi, Tetap Berisi Di Tengah Era Informasi

Mari sejenak kita merenungi filosofi ilmu padi yang sering kita dengar "semakin berisi, semakin merunduk", dengan kondisi kita saat ini.

Makna sesungguhnya dari ungkapan "Semakin berisi, semakin merunduk" adalah mengenai kerendahan hati saat berilmu. Mengajarkan kepada kita, bahwa semakin berilmu, seharusnya semakin bijak dalam menyikapi beebagai keadaan. Bukan congkak atau sombong dan merasa diri lebih dari yang lainnya, melainkan bisa menempatkan diri atas amanah ilmu yang telah Allah karuniakan padanya.

Filosofi ini perlu dipandang secara komprehensif agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ada tipe-tipe orang pintar 'berisi' yang kemudian lebih memilih diam, memilih tak menunjukkannya, namun di sisi lain ada pula yang kadar 'isi' nya tak seberapa tapi justru paling vokal bersuara.

Salahkah?
Tidak ada yang salah, selama punya niat yang baik tentunya setiap orang justru Allah perintahkan untuk memaksimalkan 'isi' dirinya untuk kemaslahatan yang lebih luas.

Namun kita sadari, jaman terus berubah. Kini begitu mudahnya kita temukan berbagai kajian ilmu yang disajikan oleh para manusia-manusia yang kompeten di bidangnya. Semua terbuka, saling terhubung dan berlomba-lomba untuk saling berbagi ilmu. Banyak orang pintar 'berisi' yang sudah menyadari pentingnya membuka diri untuk menyuarakan hal-hal penting dengan tetap memegang filosofi padi, rendah hati.

Lalu, bagaimana kita menganggapi kondisi ini?
Hemat saya, tetaplah fokus pada pengembangan diri sendiri. Ada begitu banyak hal menarik untuk dipelajari, namun butuh fokus karena waktu dan kapasitas diri kita ada batasnya. Tetap memegang filosofi padi yang rendah hati, namun tetap ringan untuk berbagi manfaat.

Kondisi pandemi menahun dan adanya momen ramadan ini bisa menjadi sarana 'inkubasi' diri untuk bisa fokus pada diri sendiri dan meningkatkan kapasitas diri. Fokus 'mengisi' diri sebaik-baiknya untuk kemudian bisa menebarkan manfaatnya.

Hajah Sofyamarwa R.

#day28 #pejuangramadan #30dwcjilid36


Wednesday, April 27, 2022

Tarawih Ramadan Berjamaah di Apato

Tak terasa sudah menginjak waktu sepuluh hari terakhir ramadhan. Pasca covid kami belum banyak berinteraksi secara ramai dengan teman-teman lainnya, baik saat ibadah shalat jumat maupun shalat tarawih di masjid.

Sebetulnya sudah tidak apa-apa dan memang sudah diselenggarakan kembali, tapi memang salah satunya faktor jarak yang membuat kami tidak berangkat tarawih di masjid, dan hanya berjamaah di rumah saja.

Beberapa hari lalu salah seorang kawan suami mengajak untuk mengadakan tarawih berjamaah bersama, beliau meminta suami untuk menjadi imamnya, dan menjadikan lokasi rumah kami sebagai tempat berjamaah.
Awalnya saya juga masih deg-deg an, khawatir jadi menimbulkan problem baru, tapi karena banyak yang bersepakat akhirnya di jalankan juga.

Apato kami sebetulnya cukup luas, namun layout nya memang tidak seperti masjid yang lebar dan luas. Di hari itu kami langsung membereskan seluruh ruangan agar waktu shalat lebih nyaman. Alhamdulillah kasur springbed sudah di hibahkan pada yang perlu, dan kami hanya tidur menggunakan kasur lipat dan alas tidur yang bisa disimpan di lemari.

Bagian ruang bermain iday saya rapikan dengan menambah karpet empuk evamat sebagai alas. Berjaga-jaga kalau-kalau jamaahnya banyak dan 1 ruang tidak cukup. Selain itu saya juga mengorganisir mainan iday agar mudah mencari dan mudah merapikan kembali. Memang ini hal yang diperlukan namun baru sempat dilakukan.

Alhamdulillah ternyata totalnya hanya sekitar 7 orang bapak-bapak, dan cukup di satu ruangan. Saya dan iday di ruangan bermain.
Alhamdulillah kami dapat 1 juz di malam itu, kira-kira mulai pukul 20.30 dan berakhir pukul 22.00. Setelah itu kami makan bala-bala sambil ngeteh dan minum kopi
#Day26 #30dwcjilid36 #Pejuangramadan

Tuesday, April 26, 2022

Godaan Menyia-nyiakan Waktu

Setiap hari-hari kita, tak lepas dari adanya tarik-ulur antara dosa dan pahala. Adakah kegiatan kita yang netral, tanpa terkena "argo" pahala-dosa? Wallahu 'alam bis shawwab.

Bulan Ramadan kita tahu sebagai bulan yang sangat spesial, bulan yang lebih baik dari 1000bulan. Kita pun sudah tahu betapa setan-setan telah dibelenggu dan Allah sudah memberikan kesempatan pada kita semua untuk lebih mudah dalam berbuat kebaikan dan amal soleh.

Berbagai macam godaan muncul, dan banyak dari kita sudah cukup tahu dan lihai dalam mengatasinya : menahan rasa lapar dan haus serta menjaga hawa nafsu. Tapi sadarkah, bahwa ada godaan yang jauh lebih menyeramkan dan menjerumuskan kita namun seringnya tak terasa?

Ya, godaan menyia-nyiakan waktu selama Ramadan..

Ada begitu banyak kewajiban yang seharusnya kita lakukan, ada begitu banyak peluang amal yang malah kita lalaikan hanya karena godaan untuk menyia-nyiakan waktu.

Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” 
(HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

Sering sekali tak terasa, karena sering sekali kita sendiri yang mengundang berbagai macam distraksi itu. Banyak dari kita jadi lebih memilih scrolling medsos daripada menambah bacaan quran harian. Banyak dari kita lebih memilih berdiam santai daripada bersusahpayah melakukan gerak amal-amal kebaikan.

Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu. Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).

-- Imam Syafi'i


Bagaimana Agar Terhindar dari Kesia-siaan?

Sebagai seorang manusia, apalagi muslim, menjaga waktu adalah sebuah keharusan. Dan setelah mengetahuinya, perlu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Atur kembali waktu-waktu kita, pastikan bahwa kita yang mengendalikan jadwal, bukan kita yang terseret oleh aktivitas harian kita sendiri.

Berhenti menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi pada diri kita, sadari bahwa kita adalah manusia dewasa yang sudah punya kemampuan memilih dan menentukan prioritas. Sadari bahwa waktu kita terbatas dan kita meebutuhkan amal-amal shaleh untuk bekal di yaumul hisab nanti 


Ah sekali lagi,

Tak cukup hanya sekedar tahu.. semoga Allah mampukan kita untuk bisa menjalankannya dengan sebaik-baiknya

#Day25 #PejuangRamadan #30dwcjilid36





Ada Cinta Dalam Semangkuk Kolak Ramadan

Berada dalam suasana puasa ramadan, adalah hal yang menarik ketika kita memperbincangkan kuliner khas di bulan mulia ini. Tentunya setiap orang dan setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri yang membuat suasana berbuka jadi suka cita.

Kurma, kolak, dan gorengan biasanya tak jarang jadi takjil utama orang-orang Indonesia. Kurma untuk menjalankan sunnah Rasulullah, kolak jadi asupan yang manis-manis, dan gorengan sebagai pelengkapnya.

Bicara tentang kolak, beberapa waktu lalu akhirnya saya membuat kolak labu sendiri. Labu kuning hasil pemberian dari JICA saat kami karantina covid. Cara pembuatannya yang cukup mudah dan hasil akhir yang anti-gagal membuat proses masaknya terasa mudah. Kalau di Indonesia sedang tak ingin membuatnya, ada ribuan orang yang menjajakan dagangan kolaknya di pinggir jalan.

Namun dibalik kemudahan itu, sejatinya saya bukan tipe ibu-ibu yang rajin bebikinan takjil. Buat saya prinsipnya kalau ada dimakan, kalau tidak ada, makan yang ada. Hihi. Artinya ini masih prinsip ku saat masih "anak-anak", yang menerima apapun saat disuguhkan oleh orangtua. Padahal saat ini sudah jadi ibu-ibu ya, hihihi..

Saat masih kecil, begitu mudahnya aku menikmati apa-apa yang sudah tersaji di depan meja. Pulang dari aktivitas, tinggal menunggu waktu berbuka dan memakan makanan yang sudah disiapkan mama. Akhirnya setelah merasakan jadi "ibu", kita sadar sendiri, betapa banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan yang tujuannya untuk kemaslahatan seluruh anggota keluarga.

Dari takjil kolak itu saja, meskipun terasa sederhana bisa kita maknai sebagai hal yang berbeda. Bukan makanan sekedar makanan, melainkan dengan sajian cinta, do'a dan pengorbanan dari pembuatnya. 

Bersyukur pada Allah, dan berterimakasihlah pada siapapun yang mempersiapkannya untukmu. Bila kini kamu ada di posisi "Ibu", maka berbahagialah, karena disanalah engkau menggarap ladang pahalamu. Dalam setiap doa, dzikir dan cinta untuk semua anggota keluargamu. 🥰

Salam sayang 💜

#Day24 #PejuangRamadan #30dwcjilid36

Saturday, April 23, 2022

Agar Waktu Gering Tak Garing

Gering dalam KBBI diartikan sebagai sakit.
Allah memberikan berbagai rasa pada manusia agar kita bisa berpikir dan menjadi semakin mengenal diri Nya. 
Seperti masa sehat dan sakit, Allah berikan di waktu yang tak terduga, bahkan disaat diri kita terasa begitu kuat.

Saya bukan orang yang merasa sering sakit, atau mengeluhkan rasa sakit. Saya juga bukan tipe orang yang begitu rajin meminum obat dari dokter ketika berobat, kecuali sangat sakit dan ada yang mengingatkan. Maka terkadang saya kurang bisa merasakan apa yang orang lain rasakan saat mereka sedang sakit.

Tapi Allah punya cara untuk mendidik hamba Nya. Terkadang Allah berikan rasa sakit itu dalam kadar yang bagi diri kita cukup besar untuk kita jadi lebih mengingat Nya. Di waktu-waktu berharga itu, kita jadi lebih mudah mengingat bahwa manusia itu lemah dan tak berdaya untuk selalu bisa mengatur apa yang seharusnya terjadi ataupun yang tidak.

Dalam kondisi sakit, banyak hal yang kemudian jadi kita ingat sebagai keterbatasan : "Sakit begini, aku jadi tak bisa melakukan ini itu." Atau "Sakit begini, boleh lah aku tidak melakukan ini itu." Padahal di waktu sehat terkadang juga tak kita lakukan, sakit kadang menjadi kambing hitam.

Dalam kondisi sakit, ada kasus terkadang kita tak sepenuhnya benar-benar merasakan sakit yang berkelanjutan. Ada masa-masanya Allah redam rasa sakitnya, untuk memberi kita kesempatan "bernafas". Menurut hematku, disitulah lintasan-lintasan pikiran kita tadi diuji, apakah kita akan diam saja dan mengalah pada kondisi, atau beraksi untuk melakukan hal-hal yang tadi kita pikirkan.

Mungkin memang, sakit menjadi masa-masa untuk kita memberikan hak tubuh beristirahat. Tapi jangan sampai justru hal itu melalaikan diri hingga setelahnya.

Lalu Bagaimana Agar Kondisi Jiwa Tidak Garing Meskipun Sedang Gering (Sakit)?
Allah menciptakan manusia dengan kelengkapan fisik dan jiwa. Fisik boleh sakit, tapi jiwa tetap perlu diusahakan untuk fit. Maka sebisa mungkin kita berusaha tetap terpaut pada Sang Khaliq dalam kondisi sakit sekalipun.
Berikut adalah beberapa hal yang saya coba lakukan saat mengalami sakit di Bulan Ramadan kemarin :
1. Tetap mengusahakan Tilawah Quran Meski Sedikit
Kita tak pernah tahu, ridha Allah mudah-mudahan akan turun meski bacaan kita tak sebanyak biasanya. Kita hanya bisa berharap Allah ridha dengan usaha kecil yang kita lakukan. Ada jenis-jenis penyakit yang masih bisa melakukan hal ini, maka lakukanlah. 

2. Mendengarkan Tausiyah dan Murratal Qur'an
Ada kalanya bahkan tenggorokan kita begitu sulit dan tak nyaman dalam berbicara atau mengeluarkan suara. Kita bisa memanfaatkan teknologi untuk tetap mendengarkan tausiyah penguat jiwa, maupun mendengarkan murratal qur'an. Hayati, bahwa selama ini Allah telah memberikan nikmat besar berupa tenggorokan yang sehat untuk dapat berbicara namun sering kita lupakan. Kini kita bisa lebih mensyukuri nikmat pendengaran juga, dikala indera lainnya tak mampu berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Bersikap Lemah Lembut Pada Orang di Sekitar Kita
Ada kecenderungan bagi orang yang sedang rasa sakit yang tak tertahankan, tak bisa menahan emosi. Bisa dipahami dan dimaklumi, namun diri perlu ingat bahwa tentunya kita tak ingin berakhir dalam kondisi sakit yang buruk ya? Maka usahakan justru menjadi orang yang paling lembut, yang mudah berterimakasih pada orang sekitar, yang ringan mengucapkan kata tolong untuk segala yang mereka lakukan pada kita. Lihat dengan lebih dalam dan penuh kasih sayang

#day23 #30dwcjilid36 #pejuangramadan

Friday, April 22, 2022

Menjadi Panitia Webinar dan Wakaf Buku di Bulan Ramadan

Bismillah..
Assalamu'alaikum 🥰

Kali ini aku ingin sharing mengenai kegiatan yang sedang aku lakukan bersama beberapa temanku di masa Ramadan ini.

Saat ini profesi utamaku sebagai Ibu Rumah Tangga yang juga punya amanah dalam membersamai tim penjualan. Sudah empat tahun lebih aku membersamai mereka, dan di momen ramadan ini rasanya sudah waktunya untuk kami semakin bisa bermanfaat lebih luas lagi.

Ramadan tahun ini aku mengadakan sebuah event kulzoom untuk timku, temanya mengenai pendampingan anak hafalan qur'an dengan bahagia. 

Tujuan utama nya tak lain dan tak bukan tentunya untuk diriku sendiri. Ya, rasanya diri ini butuh ilmu untuk bisa mendampingi anak yang semakin besar, untuk bisa mencintai interaksi dengan Al-Qur'an. Sebetulnya hafal quran di usia dini bukan menjadi target keluarga kami, karena kami lebih menginginkan pemahaman quran yang baik untuk anak. Namun, di masa kini, bila tidak kita installkan hal-hal baik untuk anak, maka akan ada sesuatu yang lain yang terinstall di diri anak, yang sering tidak kita sadari.

Meskipun acaranya gratis bagi peserta, di waktu yang sama, kami pun membuka peluang para peserta untuk berwakaf buku. 

Jujur, sebelum ini aku sempat maju mundur mengadakan wakaf buku. Rasanya berat kalau menyematkan kata wakaf dalam program kami. Tapi keraguan harus dikalahkan dengan keyakinan. Dan aku tahu, bahwa sebelumnya syaitan telah sering membuatku mundur dari melakukan amal baik itu sampai tidak kulakukan. Akhirnya bismillah kami meluruskan niat dan mencoba melakukan semuanya bersama-sama, berjamaah untuk saling menguatkan.

Awal melakukan publikasi, ada yang bersemangat ikut, ada pula yang acuh tak acuh. Pertumbuhan jumlah peserta merangkak lambat. Sebagai panitia, tentunya ada rasa khawatir ya, apakah nanti pesertanya akan banyak? Apakah nanti agenda bisa berjalan lancar? 

"Kalau dipikir-pikir, buat apa sih menyusahkan diri dengan mengadakan event semacam itu?"
"Kalau yang datang sedikit, emang ngga malu?"
"Kalau ngga ada yang gubris gimana?"
"Kalau dana wakafnya ngga terkumpul, gimana?"
"Ibu-ibu ngapain ribet sih, ngurus anak sama suami aja udah heboh, malah bikin acara-acara segala."
Ahh.. Ada berjuta jalan syaitan melemahkan niat kita.

Tapi ingatlah.
Apa yang kita lakukan bukan untuk mencari ridho manusia, yang kita lakukan semata-mata untuk mencari ridho Allah, titik.

Melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan, untuk kita persembahkan kepada Allah.
Bukankah dahulu dakwah Rasulullah pun ditentang habis-habisan?
Bukankah dahulu nabi-nabi pun mengalami tantangan dalam dakwahnya?

Tetap kayuh sepeda niat baikmu.
Lakukan yang terbaik.
Apapun hasilnya, yang terpenting niatnya lurus, dan sudah maksimal.

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." 
(QS At-Taubah : 105)

Mohon doanya untuk kelancaran agenda esok hari ya :) Bismillah..

#Day22 #PejuangRamadan #30dwcJilid36

Memaksimalkan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadan

Celakalah seseorang yang memasuki bulan ramadhan namun dia tidak diampuni.
(HR. Hakim dan Thabrani)

Tak terasa kita sudah sampai di penghujung bulan ramadan, 10 hari terakhir yang sangat berharga. Sungguh, 30 hari itu begitu sangat singkat. Sajian besar-besaran dari Allah ini seringkali kita harapkan, namun pada kenyataanya tak jarang kita lalaikan.

Saatnya mengencangkan ikat pinggang, menjauhkan lambung dari tempat tidur yang sering melenakan, menghidupkan malam malam kita. 

Sudahi rasa sesal dalam diri bila tak mengubah apapun. Sesali kelalaian diri yang selama ini dilakukan, dan berfokus untuk memohon ampunan Allah di hari-hari terakhir ramadan ini. Kita memang tak bisa melihat parameter pahala dan dosan kita secara nyata, tapi sadarlah bahwa janji Allah itu benar adanya, maka apapun kebaikan yang kita lakukan Allah lipatgandakan di bulan ini. Masihkan mau menyia-nyiakannya?

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung bisa melalui ramadan dengan baik, bukan termasuk golongan orang-orang yang merugi karena kebodohan dan kelalaiannya dalam mengambil kesempatan besar ini. 

Carilah malam lailatul qadar, perbanyak beribadah, jangan lepaskan hari-harimu dari tilawah, tingkatkan kualitas kekhusyuan shalat, minta ampun pada Allah, dan banyak bersedekah dengan ikhlas.

"Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar" 
(HR. An-Nasai dan Ibnu Majah).

Wahai Tuhan kami... terimalah puasa kami, shalat kami, ruku' kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

22 April 2022

#Day21 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan

Thursday, April 21, 2022

Mendampingi Anak 6,5 tahun Latihan Puasa Ramadhan

Tak terasa sudah memasuki hari ke 19 ramadan. Sebentar lagi akan memasuki 10 hari terakhir, dan sejujurnya belum terbayang akan dijalani seperti apa. Terutama mengenai pensuasanaan ramadan di rumah untuk anak.

Ini jadi tahun pertama saya dan suami cukup memfokuskan anak untuk latihan puasa. Menjadi pengalaman yang baru dan tak "biasa" karena qadarullah dilalui dengan suasana karantina covid dan hari pertama bersekolah SD.

Kali ini saya ingin kilas balik mengenai proses perjalanan kami mengenalkan Ramadan pada Anak kami, dari usia balita hingga masa kini usia 6.5 tahun.

BAGAIMANA RAMADAN ANAK SAAT 5 TAHUN
Tahun lalu saat anak masih 5.5 tahun, saya menjalaninya tanpa kehadiran fisik suami (karena beliau sudah di jepang) dan hanya lewat videocall. Jujur pada awalnya agak deg-deg an karena meskipun memegang prinsip "anak belum baligh, belum wajib" namun kadang kita mendengar berbagai pendapat mengenai usia berapa yang tepat untuk anak latihan puasa.

Pada saat itu kami belum menargetkan apapun karena fokusnya hanya mengenalkan mengenai adanya ibadah puasa ramadan.

1. Tetap berusaha membangunkan saat sahur. Bila bangun biasanya belum sadar untuk mau ikut makan. Biasanya ikut melihat aktivitas anggota keluarga lainnya yang menyantap sahur sambil menonton tv (saat itu saya tinggal di rumah ibu mertua, dan ada film seri yang ia ikuti bersama anggota keluarga lainnya). Tapi ketika anak belum bisa bangun tidak dipaksakan. 

2. Tetap sounding mengenai makan sahur meskipun makan pukul 08.00
Memang ini tidak sesuai dengan aturannya, tapi saya hanya berusaha mengkaitkan aktivitas hariannya dengan apa yang terjadi di sekitar. 
"Karena tadi pagi saat sahur ngga makan, jadi sahurnya sekarang yah jam 08.00"

3. Menyediakan Berbagai Macam Buku mengenai Ramadan 
Salah satu hal yang sangat di syukuri ketika masih berada di Indonesia adalah kemudahan akses terhadap buku-buku islami. Alhamdulillah setiap ramadan selalu ada inovadi dari para penulis dan penerbit buku untuk menyediakan buku-buku bertema ramadan untuk anak.

4. Memperbolehkan anak makan saat memang ia meminta.
Perbedaan usia pada anak-anak memang sangat terasa terkait kematangannya. Di usia ini, meskipun sering di sounding mengenai esensi berpuasa, bagi mereka ketika ingin makan maka ia butuh makan. Saat yang lain tidak makan dan ia tidak melihat makanan, saat lapar ia akan memintanya. Bunda hanya mengkonfirmasi, apakah benar ia akan "berbuka puasa" sekarang? Kebanyakan ia akan memilih untuk tetap makan. Kecuali ada beberapa hari yang ia benar-benar tahan ngga makan sampai waktu ashar, akhirnya berbuka di waktu tersebut.

5. Mengajaknya pada kegiatan khas ramadan di Indonesia : Ngabuburit, pesantren kilat, shalat tarawih di masjid bersama bunda atau teman
Alhamdulillah senangnya bisa sempat mengenalkan kegiatan khas ini, insyaallah jadi masa yang berkesan buat iday. Bersama teman-temannya, saya menemani iday untuk pergi keluar komplek untuk melihat para penjual takjil dan jajanan. Memperbolehkannya untuk ikut memesan takjil untuk dimakan saat berbuka. Kebetulan temannya saat itu kebanyakan usianya sudah lebih besar dari Iday, jadi dia melihat proses bahwa kakak-kakak pun harus bersabar sesaat setelah makanan sampai di tangan dan harus menunggu adzan magrib.

Alhamdulillah pula ia sempat bisa mengikuti pesantren kilat yang diadakan masjid setempat. Ia belajar bergabung dengan teman sebaya dan yang lebih kecil dalam kelasnya, dibimbing oleh ibu guru. Awalnya cukup menantang karena ia lebih senang bermain dengan yang usianya lebih dewasa, sementara teman-temannya berada di kelas yang berbeda. Ia juga senang mendapat oleh-oleh dari bu guru berupa snack untuk berbuka yang diambil dengan cara mengantri bergantian. Sayangnya tidak bisa berlangsung sampai selesai karena baru 3 hari pesantren kilat di berhentikan, tersebab ada kasus covid baru di komplek kami.

Kondisi covid membuat pergi ke masjid dibatasi di tahun lalu, namun tahun ini alhamdulillah Shalat tarawih digelar, dan kami bisa merasakan shalat berjamaah di masjid. Tak jarang ia juga bergantian untuk saling menjemput temannya shalat tarawih di masjid.


BAGAIMANA RAMADAN ANAK SAAT 6.5 TAHUN
Alhamdulillah ramadan kali ini Allah ijinkan kami sekeluarga bisa berkumpul kembali. Rantau di Jepang, lokasi masjid jauh, karantina covid, jauh dari suasana khas ramadannya Indonesia, dan bersekolah.

Di usia 6.5 tahun ini kami mulai menekankan mengenai syariat shalat, untuk menuju persiapan usia 7 tahun. Kalau beberapa waktu sebelumnya iday kami ajak untuk melaksanakan 3 waktu shalat, di usia ini meningkat jadi 4 waktu shalat, dan ia diberi pilihan mau shalat di waktu yang mana saja.

Pada usia ini pula, kami mulai mengajaknya untuk berlatih puasa dengan lebih serius. Kalau di tahun sebelumnya masih sangat "suka-suka", di tahun ini kami lebih memotivasinya untuk bisa berlatih lebih baik.

1. Menjadikan bangun sahur dan Makan Sahur sebagai hal Prioritas
Memang tidak mudah membangun ritme bangun pagi pada anak. Tapi di tahun ini sangat terasa ia sudah bisa dibangunkan dengan relatif mudah, dan bisa serta mau ikut makan. Meskipun ada waktu-waktu yang memang kami tentukan untuk tidak berpuasa dulu (kondisi orangtua covid), tapi ia tetap dibangunkan di waktu sahur. Kami juga memastikan bahwa ia sudah merasa cukup makan untuk bekal selama satu hari berpuasa.

Tantangannya ada pada waktu adzan subuh yang semakin cepat, sedangkan waktu adzan magrib yang semakin lambat. 

Beberapa kali iday makan sahurnya belum habis saat adzan subuh, kami masih perbolehkan ia melanjutkan makannya sampai habis karena masih latihan, sambil memberi pengertian bahwa saat nanti dewasa, adzan subuh sudah tidak boleh makan apapun.

Cara kami membangunkannya juga diusahakan soft dan menyenangkan. Pada awalnya kami menyetelkan suara video, kemudia lagu nasyid, kadang film. Namun lama kelamaan bisa tetap bangun dan terjaga tanpa adanya stimulasi suara itu.

2. Tetap sounding mengenai esensi berpuasa ramadan.
Qadarullah saat ini tak banyak fasilitas buku islami/ramadan yang bisa kami beli seperti saat di Indonesia. Jadi kami memaksimalkan buku yang ada, mengenalkan video, lagu, dan worskheet yang berkenaan dengan puasa ramadan. Kami juga menekankan bahwa secara syariat anak seusia iday tidak ada kewajiban berpuasa ramadan, tapi untuk berlatih diperbolehkan

3. Memotivasi Saat Anak Minta Makan
Pada dasarnya anak ini bisa tahan makan, namun butuh kegiatan untuk mengalihkan rasa lapar dan keinginannya untuk makan. Kalau iday bermain dengan teman, puasa tidak terasa. Taoi karena karantina covid ia tak bisa bermain dengan teman dan jadi mudah bosan. Rata-rata jam kritisnya di siang hari pukul 11.00.

Kami terus menguatkan bahwa sebetulnya ia kuat untuk berpuasa, tapi kadang "kabita" untuk memakan cemilan, atau memang terasa lapar ingin makan. Saat benar benar ngga kuat di awal (sekitar ashar) kami perbolehkan ia berbuka. Lama kelamaan ternyata ia sanggup untuk bisa sering puasa full.

Ujian besarnya saat teman sekelas semua istirahat sekolah dan memakan bentonya. Namun iday mendapat booster reward dari ayahnya untuk bisa menamatkan puasanya dan boleh mendapatkan mainan mainan di akhir. Apresiasi luar biasa karena pergi dan pulang sekolah harus berjalan kaki sebanyak 4 km. Alhamdulillah sejauh ini dia berhasil menahan diri. Hanya saat pulang sekolah selalu bilang lapar dan ingin makan hihihi.

HAL MENARIK SAAT ANAK 6,5 TAHUN  MENJALANI PUASA RAMADAN

Saat Ramadhan Melihat Wafer Tango
Iday : "Wah ada godaan!"
Teman : "Aku mau!"
Iday : "Eh jangan ding"

Sesaat Setelah Berbuka
"Kata iday, puasa tuh terasa berat. Tapi kalau udah berbuka, terasa ringan"
 
Saat Pulang Sekolah
"Bunda, puasa boleh ngga, makan angin?"
"Bunda, boleh ngga nelen ciduh?"

Sekian cerita proses perjalanan kami mendampingi anak latihan puasa ramadan.
Ingat kembali aturan syariatnya dan sadar bahwa setiap anak berbeda, jadi perlu disesuaikan.

Selamat mendampingi proses anak 🥰

#Day20 #PejuangRamadan #30DWCjilid36

Tuesday, April 19, 2022

Install Software Kebangkitan di Bulan Ramadan

Ada hal menarik yang terjadi 14 abad silam, ketika sebuah negeri yang terbelakang kemudian menjadi penguasa mengalahkan dua peradaban besar saat itu, Romawi dan Persia.

Jazirah arab, yang saat itu dikenal sebagai negeri yang jahiliyah sebelum Islam muncul. Rasulullah besar, tumbuh dan mendidik para sahabat hingga kemudian islam bisa meluaskan pengaruh hingga ke 2/3 dunia.

Apa yang membuat suatu peradaban bisa mengalahkan peradaban besar lainnya?

Kang Rendy, dalam kajian Quranic Management Serialnya mengatakan bahwa pada titik kulminasinya, jazirah arab "diinstallkan" nilai nilai qurani oleh Allah dan Rasulullah. Wahyu Allah yang kemudian membimbing mereka menjadi pribadi-pribadi yang lebih kuat dan lebih kokoh.

Dari yang terpecah belah menjadi solid,
Dari yang jahiliyah menjadi manusia berilmu.

23 tahun kenabian ternyata mampu mengubah itu semua, menjadi luar biasa.

Saat ini, ketika Al Quran sudah lengkap diwahyukan, terkadang masih saja kita acuhkan. Lebih memilih konsep-konsep yang lain sebelum mengkaji pemahaman quran kita. Padahal sudah terbukti bahwa pemahaman quran yang baik bisa mengubah peradaban besar. Apalah jika hanya berharap perubahan diri, karir, maupun bisnis?

Quran tak hanya untuk dibaca, tapi juga untuk dipahamim di kaji untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kalau dirimu saat ini merasa kosong, hampa, blank, mungkin ini saatnya tuk benar-benar mengkaji kembali pemahaman quran kita.

Ingin benar benar menjadi manusia berdaya dan bangkit, kan?

Semoga ramadan kali ini bisa menjadi momentum untuk diri kita kembali mengambil hikmah dan pelajaran terbaik dari Al Quran. Ramadhan bulan Quran, bacalah, bacalah, bacalah. 

Comeback to Allah
Comeback to Al Quran

#Day19 #PejuangRamadan #30decJilid36

Hari Pertama Anak Sekolah SD di Jepang, bisa Puasa Ramadankah?


Bismillah..

Alhamdulillah, kemarin (18 April 2022) adalah hari pertama Iday masuk Sekolah Dasar (SD) di Jepang. Nama SD nya Juichiya, lokasinya sekitar 2km dari apato kami.

Persiapan yang dilakukan sebetulnya cukup mepet, pasca-karantina covid kemarin, kami hanya punya waktu menyiapkan nya satu hari saja. Berhubung bundanya perlu bedrest, ayah yang berbelanja keperluan sekolahnya ke Daiso (toko serba 100 yen yang segala ada).

Sebetulnya jadwal masuk musim semi sudah dilakukan di tanggal 7 April 2022 lalu dengan sebuah upacara formal bersama orangtua dan siswa, tapi berhubung perlu karantina, kami tidak bisa menghadirinya.
Foto by : Teh Lilih

Semalam sebelum hari sekolah tiba, Iday mulai curhat mengeluarkan unek-uneknya mengenai kekhawatirannya :
"Bunda, iday khawatir, deg deg an.."
"Kalau senseinya galak gimana?"
"Kalau yang lain makan, iday kabita gimana?"
"Iday belum cukur rambut, gimana?"
"Nanti iday ujiannya gimana?" 😆
Dan beberapa pertanyaan lainnya.

Tentunya bukan hanya iday yang deg deg an. Anak kelas 1 SD di Jepang dibiasakan berangkat sendiri ke sekolah secara mandiri, baik bersama teman dekat rumah maupun sendirian. Hari pertama saat upacara mungkin diantar, tapi setelah itu mereka diharuskan untuk berangkat mandiri. 

Bagi orang Indonesia, mungkin ini merupakan hal yang bikin was was, tapi disini, anak-anak dilatih mandiri dengan difasilitasi berbagai support system keamanan. Baik dari rute jalan (disini lalu lintas terbilang sangat tertib dan aman buat anak), maupun aksesori tas. Hari pertama ini saya ikut membersamai iday dan temannya untuk berangkat ke sekolah, melihat kondisi sekolah dan berbincang dengan sensei nya.

Satu hal lainnya yang jadi penting kami perbincangkan adalah mengenai proses belajar puasanya Iday. Usianya masih 6.5tahun dan belum wajib puasa, namun kami berusaha mengondisikan agar suasana latihan puasa tetap kondusif.

Dengan perjalanan pulang pergi sekolah total 4km dan kenyataan bahwa teman sekelas semua tidak berpuasa, kami pun tetap membekali ia bento (bekal makan, minum dan alat makan), sambil mengkomunikasikan bahwa apabila Iday tidak kuat dan mau berbuka diperbolehkan. Kami pun menitip pesan pada sensei bahwa ia masih latihan.

Kalau melihat riwayat perjalanan puasa Iday di tahun ini, dari 16 hari puasa, 4 hari kami libur puasa karena covid. Dan dari 12 hari puasa, Iday berhasil full puasa selama 7 hari. Karena latihan puasa buat anak yang belum baligh itu harus mengenali kondisi fisik dan psikis anak, sebagai orangtua kami menilai bahwa Iday sudah sanggup secara fisik maupun psikis untuk bisa latihan puasa.

Selama perjalanan Iday berbincang dengan temannya, baik dengan yang lebih tua (sudah puasa full) maupun dengan yang sebaya (sama-sama masih belajar). 

Iday bilang "Nanti pas yang lain makan, kita mau ngeliatin makanan atau mau ngelakuin aktivitas yang lain?"

Lucu sih hihi..
Untuk puasa ini kami tidak menetapkan reward khusus pada awalnya, tapi H-2 sekolah, kami mampir ke second shop sambil memborong mainan murah untuk ayahnya Iday (eh iday hihi). Tercetuslah sebuah program booster untuk menyemangati iday berpuasa, mainannya akan sah dimainkan kalau puasa nya tamat sampai akhir. Mainan seabreg itu tentu jadi tawaran yang sangat menarik bagi Iday. Kami tetap menekankan bahwa latihan puasa itu buat Allah sayang, kalau Allah udah sayang, jangankan hanya mainan segini, yang lebih banyak juga Allah bisa berikan.

PULANG SEKOLAH
Saat pulang sekolah, bento makanan dan air minum masih utuh. Dia cerita di sekolah pas yang lain makan dia hanya ngeliatin aja sambil ngebayangin enaknya. Tapi dia lebih memilih sabar ngga makan supaya nanti dapat mainan.
Masyaallah tabarakallah, luar biasa ya efek mainan itu 😂

Sejak awal pagi sebetulnya dia udah kabita sama isi bento nugget nya, jadi saat pulang pun tetap bilang "Pengen makan bentonya." Tapi alhamdulillah sepanjang pulang sampai sore jelang magrib bunda nemenin iday main sama teman, jadi laparnya teralihkan. 

Alhamdulillah berhasil full puasanya hari ini :)

Sekian cerita puasanya anak usia 6.5 tahun di hari pertamanya sekolah SD di Jepang. Pada intinya orangtua ngga perlu memaksakan anak karena mereka belum wajib puasa, tapi insyaallah bisa melihat kondisi anak. Ngga perlu juga membanding-bandingkan anak satu dengan anak lainnya, karena tentunya setiap individu itu berbeda ya..

Perbanyak diskusi dan sharing cerita agar anak bisa mendapatkan insightnya. Subuh kemarin bunda cerita mengenai perbedaan kehidupan minoritas di negeri Indonesia dengan di Jepang. Kalau di Indonesia, yang tidak puasa nya sedikit jadi mereka yang menahan lapar, sementara kita disini yang berpuasa justru hanya sedikit, maka bismillah ini jadi tantangan tersendiri buat kita.

Semoga ada manfaatnya ya :)

Hajah Sofyamarwa R.
Kanazawa 19 April 2022

#Day18 #PejuangRamadan #30dwcJilid36

Monday, April 18, 2022

Hikmah Fidyah Ibu Hamil dan Menyusui yang Tak Berpuasa Ramadan

Bismillah..

Islam itu mudah, dan menginginkan kemudahan bagi para pemeluknya. Termasuk bagi para ibu hamil dan menyusui yang tidak dapat menjalankan kewajiban puasa Ramadan, Allah dengan murah hatinya memberikan keringanan (rukhshah).

Puasa ramadan itu mendidik jiwa juga fisik, tapi menariknya Allah tuh tahu banget (iya dong kan yang nyiptain kita ya.. hehe), bahwa kondisi fisik manusia khususnya ibu hamil dan menyusui itu bisa sangat unpredictable.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu
-- QS Luqman 31:14

Qadarullah di kehamilan pertamaku 7 tahun silam, bisa dibilang kondisi fisik cukup aman dan tak banyak keluhan. Akupun bisa tetap puasa ramadhan full saat hamil dan menyusui haidar selama 3 tahun berturut-turut. Namun episode kehamilan kali ini berbeda. Sampai hari ke 16 puasa saja aku sudah bolong 8 hari.

Variabelnya memang berbeda, aku jadi makin sadar bahwa kondisi janin tak bisa ditentukan dari kondisi ibu semata. Intinya jangan bandel.

Sebagai solusi, ibu hamil dan menyusui yang tak berpuasa Allah berikan keringanan : 1) tidak perlu qadha puasa, 2) cukup hanya membayar fidyah.

Ya, untuk poin 1 terbayang karena banyak ibu-ibu yang setiap tahun bisa rutin menjalankan perannya : hamil, menyusui 2 tahun, hamil lagi, menyusui lagi, dan seterusnya. Kalau harus qadha bisa jadi hutangnya ngga pernah lunas ya..

Nah untuk poin 2, sangat mudah untuk tidak mengqadha puasa dan menggantinya dengan membayar fidyah. Besarannya sudah ada hitungannya, yang intinya memberi makan orang miskin dengan standar biaya makan diri kita sendiri. Saya hanya membayangkan, berarti bila ibu hamil tidak berpuasa selama 30 hari, maka perlu membayar fidyah untuk 30hari. Tentunya umat muslim butuh menjadi orang yang kuat finansial juga ya agar bisa membayar fidyah.  💪

Dan tahun ini aku menjadi orang yang mengambil keringanan untuk tak berpuasa full, tentunya akan jadi pengalaman pertamaku membayar fidyah. 

"Dan bagi orang-orang yang berat mengerjakannya, kewajibannya adalah fidyah dengan memberi makan kepada seorang miskin.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 184)

#Day17 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan

Sunday, April 17, 2022

Sakit Perut Hebat Saat Kehamilan di Bulan Ramadan


Bismillah..
Alhamdulillah Allah masih mengijinkanku untuk bisa kembali sehat dan bisa menulis.

Sahur ini perutku rasanya full, kemudian mencukupkan diri untuk makan kurma dan roti isi. Sebelumnya aku dan suami ngobrol sejenak mengenai perjalan kami kemarin yang cukup panjang karena ditempuh menggunakan sepeda. Per hari ini akupun diminta untuk ngga puasa dulu supaya badannya bisa istirahat. Awalnya sedih tapi ya harus nurut yah. Perlahan mulai muncul rasa ngga puguh dari badan, dan akhirnya nyeri yang tak tertahankan. 

Ingatanku langsung melayang pada masa 3 tahun silam, tepat 1 november tahun 2019 saat aku kontraksi dan keguguran. Naudzubillahi min dzalik, harus jaga pikiran dan ngga boleh berpikiran macem-macem. 

Timbul rasa sesal diri sekaligus kebingungan. Kemarin pasca karantina covid, kami pergi ke sekitar Kanazawa Eki (JF ishikawa) untuk memperpanjang paspor. Jarak tempuhnya sekitar 6-7 km sekali jalan dan kami lalui bersama menggunakan sepeda, perlahan. 

Sebagai personal, aku ngga merasakan capek berlebihan, atau apa-apa. Bahkan setelah itu kami masih menyempatkan diri untuk melihat-lihat toko secondhand hard-off dengan waktu yang panjang. Kalau ibu hamil happy aja ya cuci mata, waktu dan tenaga tak terasa. Tapi tentunya mungkin akan  berbeda ya kalau dilakukan oleh ibu hamil yang sedang berpuasa. Badan rasa kuat, tapi kita ngga pernah tau efeknya ke janin ya. 

Sakit Perut Hebat Secara Tiba-tiba
Tepat setelah sahur dan adzan subuh tadi pagi, tiba-tiba aku mengalami nyeri hebat di sekitar perut dan punggung. Allahu akbar.

Rasanya belum pernah sesakit ini kecuali saat mulas mau lahiran haidar dan saat 2019 lalu. Ditambah rasa nyeri yang aneh dari bagian punggung, double combo. Segala bentuk posisi dicoba dan tetap merasa nyeri. Akhirnya keluarlah semua isi perut, alhamdulillah masih sempat meminta wadah dan suami juga gesit mengambilkan wadah yang ada. Alhamdulillah setelah itu rasa nyeri perlahan berkurang, meskipun masih tetap.

Akupun mencoba posisi duduk miring bersandar, ini posisi terenak. Karena jujur, sangat serba salah karena di semua posisi, sakitnya tetap terasa. Perutpun tak bisa kutekan, tapi aku meminta suami untuk memijat area punggung tengah untuk mengurangi rasa sakitnya.

Kejadiannya berlangsung cukup lama, sangat cukup untuk bisa berpikir macam-macam. Lidah hanya bisa bersuara pelan menahan rasa sakit sambil berusaha tetap dzikir. Tak mudah, jujur. Namun apa yang bisa dilakukan kalau itu jadi hari terakhirku hidup di dunia? Terpampang nyata rasa ngga ada amalan yang cukup buat bekal kesana.

Suami bertanya-tanya kesana kemari, mengontak setiap kenalan yang profesinya sebagai dokter. Sampai pada diagnosa "kemungkinan ada maag, dan insyaallah bukan karena kehamilannya". Sebuah kesimpulan yang menenangkan.

Saat nyeri mereda, akhirnya kami memutuskan untuk meminum obat pain killer yang kemarin diresepkan saat covid, semacam parasetamol. Tak yakin obatnya akan bekerja mengatasi nyerinya, namun hanya ikhtiar itu yang bisa kami lakukan disini. Qadarullah alhamdulillah akhirnya nyeri hilang, aku bisa tertidur kembali dan bangun dengan normal.

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata,
“Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan."
―QS. Maryam [19]: 23

Ahh, 
Memang kita hanya manusia biasa.
Dan Allah memberikan karunia rasa sakit agar sesekali manusia sepertiku benar-benar berpikir. Ini jadi momen ramadan yang tak terlupakan buatku.

Mohon doanya supaya kehamilan kali ini tetap sehat dan lancar 🙏

Update :
Di malam hari, iday bilang "Bunda, pas Bunda sakit tadi, iday takut Bunda meninggal."
Anak shalih, terimakasih udah selalu bisa diandalkan dan bantuin ayah bunda dalam kondisi genting :') Maaf bikin iday jadi takut, makasih udah do'ain bunda ❤️

17 April 2022

#Day16 #PejuangRamadan #30dwcJilid36

Friday, April 15, 2022

Ramadanku di Masa Kanak-kanak


Bismillah..

Alhamdulillah tak terasa sudah menginjak hari ke-15 konsisten menulis setiap hari. Jujur tak mudah karena sudah berasa mulai habis idenya hihi. Tapi jadi dapat hikmah terbesarnya, bahwa kita tak bisa memberikan apa yang tidak kita miliki, maka agar bisa lancar menulis, maka buatku setidaknya butuh banyak membaca dan mencari inspirasi terkait tema seputar ramadan ini. Terlalu lama karantina di dalam rumah mungkin ya.. hihi..

Kali ini mau sedikit mengenang masa kecil dahulu saat di Bulan Ramadhan. Menarik karena anakku mengalami hal yang cukup jauh berbeda denganku.

Aku tinggal di sebuah komplek perumahan yang cukup ramai. Masjid sangat dekat, dan setiap ramadhan masjid selalu jadi tempat yang paling dinantikan.

1. TPA Setiap Sore
Seingatku, saat kecil aku mengikuti TPA setiap sore, belajar mengaji membaca iqro dibimbing oleh para Ibu-ibu shalihah Majelis Ta'lim. Menjelang pulang kami para santri berbaris untuk mencium tangan para ibu guru sambil membaca shalawat dan bermain senggol-senggolan.

2. Mengikuti Pesantren Kilat Saat Ramadhan
Di waktu yang sama, setiap sore kami lebih semangat lagi mengikuti pesantren kilat. Kali ini pengajarnya adalah kakak-kakak yang masih muda, jadi bisa dibayangkan betapa seru dan kreatifnya acara yang mereka selenggarakan. Selain membaca iqro, kami juga bermain games, mendapat hadiah-hadiah snack, latihan menyanyi/kesenian untuk tampil acara penutupan, juga buka bersama.

3. Mencatat Buku Amalan Harian dan Ceramah
Dari sekolah, kami biasa diberikan sebuah buku khusus amalan selama ramadhan. Buku ini harus dilengkapi untuk kemudian di kumpulkan saat ramadan berakhir. Kuraag lebih isinya ceklisan mengenai ibadah harian (shalat, puasa, mengaji) dan juga catatan ceramah tarawih. 

4. Paling Cepat Datang Ke Masjid untuk Tarawih
Posisi menentukan prestasi. Shalat tarawih yang panjang seringkali membuat anak-anak bosan, lelah dan kepanasan. Biasanya kami memilih posisi di luar atau dekat kipas agar kena angin atau bisa berjalan-jalan. Kadang tak selalu mengikuti lengkap seluruh tarawihnya karena merasa capek (hihihi). 

Kadang juga ambil posisi terdepan dekat barisan terakhir anak laki-laki, iseng aja gitu ngeliat mereka goyang goyang saaing gangguin solatnya 😆

5. Meminta cap dan Tanda tangan DKM Masjid saat Tarawih Berakhir
Ini jadi salah satu yang menyenangkan juga, meskipun harus mengantri. Karena bisa berinteraksi dengan teman lainnya.

6. Membawa Mie Instan Saat Shalat Tarawih
Entah kenapa makan mie instan kering saat tarawih itu legend banget, rasanya jadi jauuh lebih nikmat! Disaat yang lain pada shalat, kami ngemil mie instan 😂

Ya kurang lebih begitu ramadhanku di masa kecil, kalau nanti ada yang kuingat lagi akan kutambahkan ya. Cerita masa remajanya nanti aku lanjut di lain waktu ya!

Gimana dengan kamu?

#day15 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan

Menjadi Detektif Kebaikan di Bulan Ramadan


Ramadan bisa menjadi momen perbaikan bagi setiap orang. Setiap kita punya fokus perbaikan yang berbeda. Ada yang ingin memperbaiki aspek ruhiyah, jasadiyah, pola hidup, bahkan keseluruhan aspek kehidupannya.

Ada satu aspek yang kadang orang lupakan, yaitu aspek hubungan dengan manusia. Benar adanya kita memang butuh berfokus pada perbaikan diri selama ramadan, namun cobalah tengok sedikit mengenai aspek hubungan kita dengan manusia lainnya.

Coba pandangi sosok manusia terdekat yang ada di hidup kita. Pasangan? Anak? Ayah? Ibu? Teman kerja/sahabat? Adakah kita memiliki kekesalan atau unek-unek yang terpendam? 
Sadari, terima dan akuilah. Mungkin ini saatnya kita mulai membersihkan hati kita dari emosi negatif itu.

Saya hanya ingin sedikit berbagi mengenai apa yang pernah saya jalani, terkait mengungkapkan 'rasa' ini. Satu prinsip kuat yang saya pegang saat itu adalah "pahat kebaikan seseorang di atas batu, namun tuliskan keburukan seseorang di atas pasir." 

Apa artinya?
Artinya, dalam memandang seseorang, kita perlu mengingat-ingat kebaikan-kebaikannya, dan jangan berfokus pada keburukannya. Hal ini tentunya berada dalam konteks untuk menjaga diri kita agar hati tetap jernih.

1. Menjadi Detektif Kebaikan
Mengenai hal ini, prinsip yang saya pegang adalah bahwa saya hanya ingin menjadi manusia yang bersyukur. Manusia pasti punya kelebihan dan kekurangan, maka saya belajar untuk mensyukuri kelebihannya. 

Bagi orang yang cukup mudah lupa seperti saya, maka saya perlu menuliskannya. Setiap kebaikan yang kita rasakan, tuliskan dalam sebuah jurnal syukur atau catatan mengenai kebaikan orang pada kita.

Jangan pernah sepelekan hal-hal kecil yang orang lain lakukan. Hal sederhana sekecil apapun, catat dan sampaikan apresiasinya.

Catatan ini, sebaiknya berikan pada orang yang bersangkutan. Sebuah perwujudan dari rasa syukur dan terimaksih kita kepada mereka. Seperti apa yang Allah firmankan, semakin bersyukur maka semakin Allah tambahkan nikmatnya.

Menuliskan Perasaan
Prinsip pahat batu dan pasir tadi itu saya maknai dengan agak sedikit berbeda. Ketika kita mengalami perlakuan yang tidak baik, rasanya cukup manusiawi bahwa jiwa kita lebih tak kuat ya bila harus melupakannya? 

Akhirnya saya tak serta merta membuang memori 'buruk' itu dalam ingatan saya. Saya belajar untuk mendengarkan diri dengan menuliskan setiap rasa menjadi sebuah tulisan, sebut saja surat rahasia. Ya, rahasia, karena surat itu hanya untuk media kita menumpahkan unek-unek, bukan untuk disebarkan di media sosial.

Di waktu yang tepat, disaat damai diri sudah didapat, kita bisa menijau kembali, apakah tulisan tersebut dicukupkan untuk diri kita saja, atau bisa kita sampaikan pada orang yang bersangkutan.

Saya pernah mencobanya, tanpa bermaksud menyalahkan siapapun, hanya memberikan gambaran perasaan diri. Qadarullah hasilnya menjadi jauh lebih baik dan membuat hubungan menjadi lebih hangat.

* * *

Ramadan ini jadikan diri kita lebih bersih hati dari beban-beban yang tak diperlukan. Semakin bisa memperbaiki hubungan kita dengan orang terkasih di sekitar kita 🤗❤️

#Day14 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan

Thursday, April 14, 2022

Menggandakan Pahala Puasa Ramadhan


Ada orang-orang yang berhalangan dan mendapat udzur untuk bisa menjalankan puasa ramadhan. Termasuk aku di tahun ini, sedang dalam kondisi hamil dan mengalami covid. 

Jujur pada awalnya tetap ingin berpuasa, tapi akupun harus mengingat kondisi janin dan juga pemulihan diri. Ada berat badan yang harus di tingkatkan, ada obat yang harus diminum, ada air hangat yang selalu harus diminum saat terbatuk-batuk.

Allah memberikan keringanan untuk kami dapat menggantinya di lain waktu (qadha), atau juga bisa menggantinya dengan membayar fidyah. Sejujurnya kondisi karantina benar-benar membuat diri rasa sendiri karena tak bisa secara langsung mengalami indahnya suasana puasa ramadhan.

Namun, bagi para ibu hamil dan menyusui, tak perlu berkecil hati. Ada hal-hal yang masih tetap bisa dilakukan. Salah satunya adalah memberikan makan berbuka kepada teman-teman atau orang orang yang membutuhkan. Ada banyak sekali corong untuk melakukan kebaikan tersebut.

1. Membuatkan Makanan dan Berbuka dan Sahur Bagi Anak dan Suami di Rumah
Ingat, meskipun memasak adalah "hal hal biasa" atau rutinitas yang biasa kita lakukan, tapi itu tetaplah bisa diniatkan sebagai ibadah. Semakin kita meniatkan untuk memberikan yang terbaik, insyaallah akan menjadi pahala tersendiri bagi kita

2. Memesan makanan berbuka dan sahur bagi Para Penghafal Quran, atau Anak Yatim
Tentunya ini membutuhkan kemampuan finansial yang memadai, namun tetap bisa dilakukan dengan skala sekecil apapun. Titipkan berupa sedekah kepada lembaga yang kita percayai. Insyaallah maksud dan tujuan kita tersampaikan dengan amanah dan meskipun tak bepuasa, kita akan tetap mendapatkan pahala berpuasa orang-orang shalih 😘

3. Memberikan Hadiah Kecil / Makanan Berbuka Bagi Kawan kita.
Tinggal di perantauan membuatku jadi semakin sadar bahwa perhatian kecil berupa makananpun bisa sangat menghangatkan hati. Terkadang kita menganggapnya sebagai hal lumrah atau biasa, tapi bila kita niatkan dengan sepenuh hati, maka makanan berbuka yang mungkin tak seberapa itupun akan membuat kawan kita jadi begitu bahagia.

Kita juga bisa lebih memerhatikan kerabat atau kawan yang memang berada dalam kondisi berkekurangan. 😘

Kira-kira itulah beberapa hal yang bisa dilakukan bagi para Ibu-ibu yang berhalangan untuk puasa Ramadan, Allah Maha Baik memberikan kita banyak peluang untuk tetap bisa mendulang pahala di bulan mulia ini.

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” 
(HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192, Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

"Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.”Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan salat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” 
(HR Tirmidzi no. 1984. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

#PejuangRamadan #Day13 #30DwcJilid36

Wednesday, April 13, 2022

Membangun Keyakinan Kepada Allah di Bulan Ramadan


Sejarah mengajarkan kita, bahwa kaum Yahudi dan Nasrani bukanlah orang bodoh yang tak bisa berpikir. Mereka justru sangat yakin dan percaya dengan firman Allah dan utusannya, namun enggan untuk mengikutinya.

Sejarah mengajarkan kita, bahwa para penentang islam di jaman Rasulullah pun bukanlah orang bodoh yang gelap ilmu. Mereka adalah para pembesar suku, orang-orang yang memiliki tahta dan harta yang tertinggi. Mereka enggan merendahkan hati dan kesukuannya untuk berserah pada hukum islam.

Setiap kali kita membaca terjemahan al-qur'an, kita banyak mendapati kisah orang-orang terdahulu untuk kita ambil hikmahnya, namun terkadang kita tak sempat berkaca, adakah karakter semacam itu melekat di dalam diri kita?

Kita seringkali merasa sudah tahu, tapi tetap enggan melakukannya.

Kita membaca al-quran setiap hari,  apakah semakin paham dan yakin dengan firman-firman Allah?

Ahh, kita makhluk seperti apa sih?
Kita itu maunya apa sih?

Janji Allah itu pasti.
Iman kita yang kadang keropos dan naik turun.

Memang bukan hal mudah untuk benar-benar meyakini hal-hal ghaib yang tidak kasat mata : Allah, malaikat, pahala, surga, neraka. Bagian penting dari rukun iman kita. Untuk hapal mudah, tapi sampai semua itu kita maknai dalam kehidupan sehari-hari, butuh perjuangan.

Berdo'alah
Do'akan dirimu sendiri
Bila kamu tak ingat, ucapkan kalimat Allah

Jalan ingat Allah
Sahur dan berbuka ingat Allah
Ke toilet ingat Allah
Masuk masjid ingat Allah
Menulis ingat Allah
Berbicara ingat Allah..

#Day12 #30dwcJilid36 #PejuangRamadan

Tuesday, April 12, 2022

Membacakan Sirah Nabawiyah Kepada Anak


Bismillah..

Sebuah catatan untuk kembali menguatkan diri dan bunda-bunda lainnya, agar senantiasa membawa serta Rasulullah dalam setiap keseharian. Fenomena yang sering kulihat sebagai seorang pedagang buku sirah nabawiyah balita, masih banyak orangtua yang belum merasa perlu membacakan buku sirah pada anaknya yang masih balita. Insyaallah momen bulan Ramadan ini menjadi salah satu waktu yang tepat untuk mengenalkan sosok teladan Rasulullah di rumah kita.

KHATAMKAN SIRAH RASULULLAH SEBELUM USIA PERNIKAHAN
Kata Bunda Kurnia Widhiatuti, pastikan sebelum anak menginjak usia pernikahan, mereka sudah mengkhatamkan sirah Rasulullah yaa...

Siapakah disini yang sudah pernah mengkhatamkan buku sirah nabawiyah?
Mungkin kebanyakan dari kita menggeleng, padahal kita sebagai orangtua perlu punya referensinya terlebih dulu yahh. Perlu juga kita lengkapi dengan kisah 10 sahabat yang dijamin surga, dan kisah 10 shahabiyah.

Manfaatnya, bagi anak laki laki mereka memiliki berbagai referensi sosok teladan sebagai seorang imam di masa depannya. Sedangkan bagi anak perempuan, mereka juga memiliki referensi bagaimana menjadi seorang muslimah yang baik, dan bagaimana menemukan jodohnya 😄

Nah, kalau kita orangtua dihadapkan, pada dua pilihan buku sirah. Yang satu bukunya tipis, harganya 35ribu, yang satu lagi tebal, harganya 300.000. Mana yang akan kita pilih?
Kebanyakan akan menjawab yang tipis, agar bisa selesai dan cepat dibacanya.

Ini salah satu yang jadi kelemahan umat islam di masa sekarang. Kalau di benak kita saja tak ada kisah rasulullah, bagaimana kita akan menceritakannya dengan hati pada anak-anak kita? 😭😭

Menjadi orangtua yang patut diteladani akhirnya pun menjadi sulit karena tak ada referensi dalam benak kita 😭😭

Lalu bagaimana cara mengkhatamkannya? Bacalah secara teratur, berurutan boleh. Namun menurut bunda Kurnia, salah satu tips baca buku sirah adalah membacanya secara acak. Otak manusia nantinya akan tetap mampu merunutkan secara utuh.

METODE BERCERITA SESUAI USIA
Nah setelah kita paham urgensinya, maka kita juga perlu memahami kondisi psikologis anak dan tahapan dalam bercerita. Setiap anak sebetulnya punya keunikan tersendiri, tapi secara garis besar, ini metode bercerita sesuai usia yang bisa dipraktekkan:

♥️ Fase 1 : 0-7 tahun
Fase Bercerita dengan Ekspresi dan imajinasi
Sedapat mungkin memberikan  berbagai ekspresi saat membacakan buku pada anak. Sedih, gembira, takut, berani, marah, dan lainnya.

♥️ Fase 2 : 8-14 tahun
Fase Role Play (Bermain Peran)
Ajak anak untuk masuk ke dalam peran. Atau diskusi singkat. Libatkan emosi. Memanfaatkan kejadian apapun sebagai golden momen 
Misal tema kejujuran : 
- udah bisa disuruh baca
- Apa yang bisa kamu tangkap dari kisah itu
- diskusi

♥️ Fase : 15 tahun
Lakukan Project Kebaikan (Role Being)
Misal membuat project bersama ayah bundanya, sedekah kepada orang yang membutuhkan. Selalu ada kisah mengenai rasulullah dalam keseharian..
Misalnya
• sikat gigi : rasulullah orang yang paling rajin menggosok gigi (bersiwak)
• memberi makan orang miskin : Rasulullah orang yang paling dermawan

REFERENSI BUKU SIRAH
Referensi buku sirah untuk orangtua ada banyak jenisnya, contohnya buku Shirah Syaikh Mubarrak Alfury, Al Buthy. 

Referensi buku sirah untuk anak pun saat ini sudah banyak, salah satunya buku Muhammad is My Hero yang sangat cocok dipakai sejak anak berusia balita, bahkan bayi.

Membacakan buku pada anak ada dua jenis :
1. Membaca dengan buku : ayah atau bunda membacakan anak buku seperti biasa
2. Membaca bersama buku : membaca meskipun tidak bersama buku, tapi bersama nilai nilai yang ada di buku. Tingkatan ini kisah yang ada di dalam buku sudah terinternalisasi dalam benak orangtuanya.

Lima Karakter Utama yang bisa dipelajari dari Shirah Nabawiyah:
1. Shidiq (jujur) 
2. Syajaah (berani) : tidak takut, tidak lemah, 
3. Dermawan 
4. Pemalu 
5. Setia (Loyal)

Target pembentukan :
1. 0-7 tahun : memiliki kemampuan personality yg baik. Sejak bayi pun sudah menyenangkan, berkah. 
2. 8-14 tahun : integritas, merenungi diri sendiri. Bukan hanya soleh sendiri, tapi secara lingkungan. Diakui oleh lingkungan
3. 15-20 tahun : melibatkan dalam komunitas (kalau bisa membuat) gerakan sosial,
4. 21 tahun ke atas : daya pengaruh, generousity, daya keummatan

Tips Membacakan Buku Sirah Nabawiyah Pada Anak di Bulan Ramadhan.
Kita bisa melakukan ODOS atau One Day One Sirah. Dalam prakteknya tidak perlu menjejali terlalu banyak isi buku ke dalam diri anak. Mulai dengan perlahan dan menyenangkan. 

Kalau menggunakan buku Muhammad is My Hero, 17 buku yang ada bisa kita pergilirkan setiap harinya. Kita juga bisa variasikan cara membacanya, bergantian antara kisah sirahnya, juga kisah aplikatif sehari-harinya.

Insyaallah hari-hari di bulan Ramadhan akan lebih berkesan bagi anak kita.

Penting bagi setiap kita menjalankan wasiat Rasulullah, untuk memegang teguh Al Quran dan Assunah. Alhamdulillah di masa kini sudah banyak lembaga maupun sarana anak untuk mengenal quran dengan lebih baik. Namun jangan sampai terlewatkan, kisah perjuangan Rasulullah untuk kita kenalkan pada mereka.

* * * *

PERINTAH MENGIKUTI RASULULLAH
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku (nabi muhammad), niscaya Allâh mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 
[Ali Imran/3:31]

CINTAILAH ORANG-ORANG SHALIH, ENGKAU AKAN BERSAMA ORANG-ORANG YANG ENGKAU CINTAI
  حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا حماد بن زيد عن ثابت عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ لَا شَيْءَ إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ 

Sulaiman bin Harb telah menyampaikan kepada kami, dia mengatakan, ‘Kami diberitahu oleh Hammad bin Zaid dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu anhu, dia mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat.

Orang itu mengatakan, 
‘Kapankah hari kiamat itu?’

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, ’Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?’ 

Orang itu menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja sesungguhnya saya mencintai Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ 

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’ 

Anas Radhiyallahu anhu (Sahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meriwayatkan hadits ini) mengatakan, “Kami tidak pernah merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan kami ketika mendengar sabda Rasûlullâh , ‘Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.’ 

Anas Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘Saya mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Bakr dan Umar. Saya berharap bisa bersama mereka dengan sebab kecintaanku kepada mereka meskipun saya tidak mampu melakukan amalan yang mereka lakukan.

-- Diangkat dari Kutub wa Rasail Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad al-Badr, 2/111

* * * * *

Jadi, jangan menunggu anak besar dulu ya buat membacakan shirah nabawiyah ke anak. Sejatinya membacakan buku ke anak itu hanya langkah awal. Kelak akan ada fase lainnya, dimana anak akan membaca lebih banyak lagi, mengkajinya, mengambil hikmah dan menjadikannya teladan dan rujukan dalam pengambilan keputusan-keputusan.

Hajah Sofyamarwa R.
12 April 2022

#Day11 #30dwcJilid36 #PejuangRamadan

Monday, April 11, 2022

Menjaga Lisan di Bulan Ramadhan


“Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kata yang mengundang keridhaan Allah, meskipun dia tidak terlalu memperhatikannya; namun dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkan beberapa derajatnya. Dan sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang mengundang kemurkaan Allah, sementara dia tidak memperhatikannya; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. 
(H.R Bukhari 6478)

* * *

Bulan Ramadhan mengajarkan kita agar bisa menjaga seluruh aspek diri kita dari hal-hal yang tidak Allah ridhai, termasuk salah satu di dalamnya mengenai perkara lisan. Kondisi pandemi sebetulnya memungkinkan kita untuk sedikit lebih menjaga jarak dan tak terlalu banyak berinteraksi, sehingga lisan kita bisa terjaga. Namun, kemajuan teknologi saat ini membuat semua itu tetap tanpa batasan dan bahkan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.

KOMUNIKASI SAAT KARANTINA TERPISAH
Ada sebuah hal menarik, dalam kondisi kami yang sedang karantina di rumah, pasalnya saat ini Ayah Bunda berada di ruang yang sama, dan Iday berada di ruangan berbeda sendirian.

Awal mulanya tenggorokan ayah yang sakit dan tidak memungkinkan untuk mengeraskan suara saat shalat berjamaah, jadi kami menggunakan WA call. Namun saat anak harus terpisah sendiri, kami tersambung dan berkomunikasi lewat google meeting di laptop masing-masing, agar suara lebih jelas dan bisa tetap bertatap muka.

Bisa dibayangkan ya, harus terpisah sendirian berhari-hari bagi seorang anak. Lama kelamaan pasti ada rasa kangen ingin bersama, dan ingin saling berpelukan seperti sedia kala. Tapi apa daya memang keadaan harus begini dulu, agar iday tetap sehat dan tidak terinfeksi corona juga.

Tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang kami lakukan. Kadang posisi duduk kurang tepat sehingga suara kurang terdengar jelas. Belum lagi kalau bunda sedang di dapur dan memanggil iday sementara iday berpikir bunda ada di kamar, tak jarang tetap ada miskomunikasi.

Pernah suatu ketika bunda udah agak nge-gas duluan, ternyata iday sudah melakukan yang bunda katakan namun bunda kurang mendengar jawabannya. Tentunya bunda malu dan meminta maaf karena tidak mengkonfirmasi ulang dan keburu ngegas duluan. (dikit sih hihi)

Hal ini mengingatkan bunda, bahwa sebaik-baik diri kita menjaga, terkadang ada masanya kita khilaf dan perlu merendahkan hati untuk meminta maaf.

MENJAGA PRASANGKA HATI, LISAN DAN JEMPOL
Begitu banyak hal juga terjadi di luar sana, yang sangat mudah kita update berita/kabarnya via media sosial atau youtube. Hal-hal buruk yang kadang membuat diri gatal untuk berkomentar negatif atau sekedar mengotori hati dengan berbagai prasangka.

Hematku, saat kita mempunyai kuasa untuk tabayyun (mengkonfirmasi), maka tabayyunlah terlebih dulu. Tahan diri untuk tidak berkata hal negatif yang tanpa tujuan. Namun bila tak terjangkau kita, atau bahkan bukan urusan kita, jaga lisan kita. 

Disamping itu, bila suatu hal itu terjadi pada saudara muslim kita, maka carilah juga 1001 alasan untuk berkhusnudzhan dulu padanya sampai terbukti kebenarannya. Semata-mata untuk menunaikan hak ukhuwahnya, juga untuk menjaga hati kita yang mudah sekali kotor. 

* * *

Runah di Surga Bagi Yang Meninggalkan Perdebatan, Kebohongan, & Mulia Akhlaknya
Dari Abu Umamah Al-Bahili ia berkata, telah bersabda Rasulullah,  “Aku menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi siapa yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benarDan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian tengah bagi siapa yang meninggalkan kebohongan sekalipun sedang bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian atasnya bagi siapa yang mulia akhlaknya.” 
(H.R. Abu Dawud no. 4800 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464)

Bagiku, hal ini sudah cukup jelas, namun terkadang memang ada hal-hal yang perlu di konfirmasi (tabayyun) dengan lebih jelas. Tentunya dalam rangka berdiskusi mencari titik temu, bukan untuk berdebat atau memenangkan suatu pembicaraan. Lakukan dengan kepala dingin dan itikad baik untuk tetap berkhusnudzhan pada lawan bicara.

Semoga bisa jadi pengingat bagi kita semua..

#Day9 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan