Makna sesungguhnya dari ungkapan "Semakin berisi, semakin merunduk" adalah mengenai kerendahan hati saat berilmu. Mengajarkan kepada kita, bahwa semakin berilmu, seharusnya semakin bijak dalam menyikapi beebagai keadaan. Bukan congkak atau sombong dan merasa diri lebih dari yang lainnya, melainkan bisa menempatkan diri atas amanah ilmu yang telah Allah karuniakan padanya.
Filosofi ini perlu dipandang secara komprehensif agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ada tipe-tipe orang pintar 'berisi' yang kemudian lebih memilih diam, memilih tak menunjukkannya, namun di sisi lain ada pula yang kadar 'isi' nya tak seberapa tapi justru paling vokal bersuara.
Salahkah?
Tidak ada yang salah, selama punya niat yang baik tentunya setiap orang justru Allah perintahkan untuk memaksimalkan 'isi' dirinya untuk kemaslahatan yang lebih luas.
Namun kita sadari, jaman terus berubah. Kini begitu mudahnya kita temukan berbagai kajian ilmu yang disajikan oleh para manusia-manusia yang kompeten di bidangnya. Semua terbuka, saling terhubung dan berlomba-lomba untuk saling berbagi ilmu. Banyak orang pintar 'berisi' yang sudah menyadari pentingnya membuka diri untuk menyuarakan hal-hal penting dengan tetap memegang filosofi padi, rendah hati.
Lalu, bagaimana kita menganggapi kondisi ini?
Hemat saya, tetaplah fokus pada pengembangan diri sendiri. Ada begitu banyak hal menarik untuk dipelajari, namun butuh fokus karena waktu dan kapasitas diri kita ada batasnya. Tetap memegang filosofi padi yang rendah hati, namun tetap ringan untuk berbagi manfaat.
Kondisi pandemi menahun dan adanya momen ramadan ini bisa menjadi sarana 'inkubasi' diri untuk bisa fokus pada diri sendiri dan meningkatkan kapasitas diri. Fokus 'mengisi' diri sebaik-baiknya untuk kemudian bisa menebarkan manfaatnya.
Hajah Sofyamarwa R.
#day28 #pejuangramadan #30dwcjilid36
No comments:
Post a Comment