Friday, January 27, 2017

My NHW #1 Matrikulasi IIP Batch 3 : Pilihan Jurusan Ilmu di Universitas Kehidupan



NICE HOMEWORK #1
ADAB MENUNTUT ILMU
Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional Batch #3, kini sampailah kita pada tahap menguatkan ilmu yang kita dapatkan kemarin, dalam bentuk tugas.
Tugas ini kita namakan NICE HOMEWORK dan disingkat menjadi NHW.
Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah sbb:

* * * * * * *

1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
Bagi saya, NHW pertama ini cukup menantang karena kita sudah diharuskan untuk menentukan, mengambil keputusan mengenai jurusan ilmu yang akan ditekuni dalam universitas kehidupan ini.

Untuk mengisinya saya membutuhkan waktu cukup lama untuk mengumpulkan dulu apa apa saja yang menjadi ketertarikan saya. Bagi saya saat ini, rasanya masih sulit untuk fokus pada 1 topik pembelajaran, sementara masih banyak hal lain yang juga ingin dilakukan. Ada kalanya saya merasa jurusan yang saya pilih lingkupnya terlalu kecil, ada kalanya juga saya merasa terlalu luas (sehingga justru tidak fokus). Ada juga topik ilmu yang isinya tautan dari 2/lebih ketertarikan saya, apakah itu bisa? :)

Ini beberapa contoh pilihan topik jurusan yang saya kumpulkan : ilmu parenting, ilmu parenting islami, ilmu parenting nabawi, ilmu keluarga, ilmu agama islam, ilmu islamic lifestyle, ilmu desain grafis, ilmu kepenulisan, ilmu kepenulisan islamic lifestyle, ilmu gizi, ilmu perkembangan manusia, ilmu Keibuan, ilmu Pendidikan, ilmu manajemen diri, ilmu enterpreneur.

Diantara semua hasil brainstorming itu ada yang memang sudah merupakan cabang ilmu, ada pula yang murni merupakan hasil pemikiran saya sendiri, jadi tak perlu kaget ya kalau aneh aneh ^^
Akhir cerita saya menimbang hal apa yang begitu penting bagi diri saya dan orang terdekat saya, minimal saat ini. Karena saat ini saya diharuskan fokus dalam mempelajari ilmu nya, mencari sumber ilmu, dan memperdalam maknanya untuk saya. Satu hal penting lainnya, saya ingin jurusan yang saya pilih itu bermanfaat dan bisa diamalkan. Sudah cukup sekedar menulis setumpuk  catatan, namun masih minim aksi. 

Bismillah..
Jurusan Ilmu Parenting Nabawi
(Bagaimana ilmu menjadi orangtua /teman/kakak sesuai dengan yang dicontohkan rasulullah saw & para sahabat dalam islam serta tuntunan alquran; Memahami tumbuh dan kembang seorang manusia sehingga paham bagaimana seharusnya menjalaninya)

2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
Sebagai istri dan ibu, saya masih sangat kurang ilmu. Kurangnya ilmu membuat amal menjadi kurang maksimal, padahal itulah salah satu jalan ikhtiar saya untuk mendapat ridha Allah dan memasuki Jannah nya kelak.
Saya ingin bisa menjadi teladan yang baik dan punya cara membimbing yang baik bagi anak saya dan adik adik binaan saya dan mengerahkan yang terbaik untuk Allah sesuai teladan rasulullah dan para generasi terbaik.

Sejak sma saya sudah tertarik dengan bidang pengembangan manusia, pembinaan, kaderisasi. Ditambah pengalaman menjadi guru privat, kakak mentor di SMA, di organisasi pemuda dekat rumah, dan menjadi guru di SD, membuat saya merasa ini salah satu peran yang bisa saya ambil. Apalagi sekarang sudah mrmiliki anak, sementara saya pribadi masih merasa perlu banyak perbaikan.

Dari sekian banyak ilmu parenting yang didapat, saya merasa tercerahkan dengan konsep ilmu parenting nabawiyah yang diusung oleh ust budi ashari.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
- menambah ilmu dengan membaca minimal 1 topik perhari
- mengikat ilmu dengan menuliskan ikatan makna yang didapat
- mengikat ilmu dengan repetisi berbagi pada orang banyak berupa artikel dalam blog : jannah-family.blogspot.com
- mencoba mengaplikasikannya kepada anak dan adik-adik binaan.
- melakukan pengayaan materi dengan jaulah/wawancara pada narasumber 1 pekan sekali.

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.

Perubahan mindset pada awalnya.
- niat ikhlas untuk melakukan amal terbaik
- kosongkan gelas saat menerima ilmu. tidak sok tahu atau merasa pintar saat menerima materi.
- terbuka dengan informasi, namun  tetap memfilternya dengan melakukan perenungan.
- disiplin waktu, dan target.
- berusaha lebih dekat dengan narasumber/sumber ilmu dengan lebih intens berkomunikasi dan menghormatinya.

* * * *

Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia

Salam (calon) Ibu Profesional,
Hajah Sofyamarwa Rachmawati
Jumat, 27 Januari 2017

Materi #1 Adab Menuntut Ilmu ( Matrikulasi IIP Batch 3)

Materi
ADAB MENUNTUT ILMU
Senin, 23 Januari 2016
Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.

Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.

Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU 
ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.

Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?
Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik darii Ibunya

☘ ADAB PADA DIRI SENDIRI
a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.
b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.
c. Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.
d. Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.
e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.

☘ ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)
a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.
b. Hendaknya penuntut ilmu tidak mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.
c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

☘ ADAB TERHADAP SUMBER ILMU
a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.
b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.
c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat

Referensi :
Turnomo Raharjo, Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 5
Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015

T&J

Tugas :
📚NICE HOMEWORK #1📚
ADAB MENUNTUT ILMU

Bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional Batch #3, kini sampailah kita pada tahap menguatkan ilmu yang kita dapatkan kemarin, dalam bentuk tugas.

Tugas ini kita namakan NICE HOMEWORK dan disingkat menjadi NHW.

Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah sbb:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.

Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia

Salam Ibu Profesional,

/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

Saturday, January 21, 2017

[Review Buku] Inspirasi dari Rumah Cahaya - Budi Ashari, Lc

[Review Buku] Inspirasi dari Rumah Cahaya – Ust Budi Ashari, Lc

Sebetulnya ini sudah lewat dari target waktu saya menuliskan review dari buku ini. Sekarang kendalanya adalah saya lupa dimana menyimpan buku tersebut, sementara coretan yang saya buat ya hanya di buku itu. Hihi. Selain itu, saya juga tidak sembari menuliskan catatan-catatan di notes hp saya, sehingga sekarang saya udah ngga punya contekan deh. Hehe.
Maka dari itu, kali ini saya mungkin hanya akan menuliskan kesan-kesan saya mengenai buku itu ya. Semoga kapan-kapan bisa diupdate, atau seenggaknya sedikit tulisan ini bisa bermanfaat buat pembacanya.

* * * * * * *

Sudah lama saya menaruh perhatian pada sebuah sekolah dengan konsep “pengajaran iman dahulu, baru Al-qur’an” yang diusung oleh Kuttab Al-Fatih. Budi Ashari sebagai founder nya mungkin sering kita lihat di layar televisi sebagai salah satu ahli dalam sejarah islam.

Sudah lama pula saya suka baca-baca artikel dari parenting-nabawiyah dan punya keinginan besar untuk membeli buku-bukunya. Saya penasaran dan ingin tahu seperti apa sebetulnya konsep pengajaran iman sebelum al-quran itu dalam aplikasi pendidikan keseharian. Singkat cerita, saya memesan paket buku nya : Inspirasi dari Rumah Cahaya; Remaja,Antara Hijaz dan Amerika; serta Ke Manakah kulabuhkan hati ini.



* * * * * * *

Penulisan buku Inspirasi dari Rumah Cahaya (IRC) ini menurut saya cukup runut. Dimaksudkan untuk membuat para pembacanya benar-benar memiliki pondasi yang benar mengenai cara berpikir kita tentang konsep pernikahan, pendidikan dan keluarga. Serial Parenting-nabawiyah ini hadir sebagai “pelurus” dari berbagai pemahaman kita akan konsep parenting yang saat ini sangat menjamur. Bukankah sebuah berita baik, bila kini para orangtua begitu semangatnya mencari ilmu dalam mendidik ? Iya, hanya saja orangtua perlu tahu pakem-pakem apa saja yang harus dipegang sebagai umat islam. Teori pendidikan bisa datang dari belahan bumi manapun, aplikasinya juga mungkin bisa bermanfaat pada sebagian orang, namun sebagai umat islam, patutlah kita mencoba belajar ilmu parenting dari teladan kita terdahulu yang memang terbukti menghasilkan generasi-generasi unggulan yang mulia di dunia dan dirindukan di surga.
Parenting nabawiyah ini membedah sejarah den mengambil hikmahnya dengan sangat baik. Banyak hal-hal yang awalnya bagi saya “biasa saja”, kemudian seolah mendapat pencerahan “Eh, oh iya ya!”

Contohnya di awal, tentang tujuan pernikahan. Penulis menjabarkan mengenai pemahaman surat Al Furqan ayat 74 yang berbunyi: “ Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami iman (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa.”
Penulis mengingatkan bahwa Al-quran adalah mukjizat yang susunannya pun sudah diatur oleh Allah sedemikian rupa dengan maksud tertentu. “kompak” dengan pasangan dahulu, lalu mendidik anak agar menjadi pemimpin yang “tim” nya adalah orang bertaqwa, bukan pemimpin yang tidak sejalan secara visi akhirat dengan timnya, begitulah kira-kira.

Gambaran mengenai pentingnya ‘kekompakan’ suami dengan istri begitu nyata terlihat dari kisah-kisah terdahulu. Bagaimana Nabi Nuh yang shaleh bahkan tak bisa mengajak istri dan anaknya kepada Allah, bagaimana Asiyah wanita shaleh harus berdoa mohon perlindungan pada Allah dari Fir’aun suaminya sendiri, bagaimana Maryam salah seorang wanita terbaik juga terlahir dari keluarga yang baik.

Dari buku ini tertancaplah langsung ke otak saya beberapa keluarga/sosok yang memang terbaik dan harus menjadi panutan. Keluarga Nabi Ibrahim AS dan Rasulullah SAW. Saya juga jadi ngeh berapa jumlah anak Rasulullah. 3 lelaki dan 4 perempuan (selama ini ingetnya Cuma Fatimah aja). Kita bisa berguru pada rasulullah bagaimana mendidik anak perempuan, dan “berguru” pada Ibrahim bagaimana mendidik anak laki-laki. Betapa ebrhasilnya rasulullah mendidik sahabat-sahabatnya dari berbagai generasi tua maupun muda.

Buku ini mengajak kita melihat parenting bukan saja dari lingkup kecil, tapi juga pada lingkup yang sangat besar. Memasuki fase akhir jaman dimana Islam akan kembali Berjaya, membutuhkan generasi-generasi yang jauh lebih tangguh dari pemuda di masa kejayaan Islam terdahulu.

Salah satu kelebihan dari susunan buku ini adalah, di setiap akhir bab ada kisah berhikmah semacam studi kasus agar pembaca lebih mudah memahami pelaksanaanya, serta catatan-catatan hal-hal aplikatif untuk menjadi action plan bagi para pembacanya.

Akhir kata, menurut saya buku ini rekomended untuk dibaca para orangtua dan calon orangtua. Mengingatkan kembali pada “settingan awal” mindset berkeluarga dan mendidik generasi terbaik. Parenting nabawiyah ala nabi yang memang terbukti kualitasnya.

Sabtu, 21 Januari 2017
Selesai pukul 01:30


Thursday, January 19, 2017

Karunia Seperempat Abad

25 tahun aja diinjak hehe
Seperempat abad sudah Allah izinkan saya menjalani kehidupan di dunia.
HAJAH SOFYAMARWA RACHMAWATI, sebuah doa yang bapak dan mamah saya panjatkan. 

HAJAH, karena saat masih janin saya sempat dibawa mamah ke mekkah saat mereka berhaji. 
SOFYAMARWA, mengambil nama 2 bukit yang termahsyur di sana, safa dan marwa
RACHMAWATI, jabal rahmah, bukit kasih sayang yang diyakini sebagai tempat bertemunya adam dan hawa. 

Wati untuk identitas keindonesiaan saya, hehe


Saya pernah malu dengan nama hajah, kalau menulis nama, saya hanya menulis singkatannya saja dengan ejaan yang salah pula " H. SOFIA MARWA R." Sampai SD tak ada yang memanggil saya hajah, semua memanggil sofia atau fia.

Tapi terimakasih yudha teman SMP saya yang dulu memanggil saya dengan nama hajah (waktu dulu sih kesel haha). Sampai kini saya sadar kalau nama saya hajah. Dan perlahan saya pun tahu cara menulis nama saya dengan baik dan benar. Hehe.

Seseorang perlu energi dan ruh untuk dapat menjalankan kehidupannya dengan sadar betul. Sejujurnya, saya juga belum pernah dapat "ruh" nya banget ketika mendapat jawaban dari orang tua saya mengenai makna nama saya.

Ah, Biarlah menjadi doa'doa rahasia mereka, biar saya pun menggali sendiri makna nama saya di dunia, menjadi sadar betul tentang apa yang Allah maksudkan pada diri saya.

Salah satu ketidak mengertian saya akan nama hajah ialah sampai saat ini saya merasa jiwa saya belum meraung terpanggil untuk berhaji ke sana. Kalau ditanya apa semua muslim mau ke baitullah, saya juga begitu, siapa yang tidak mau. Tapi jiwa saya belum cukup sadar, atau pengetahuan saya yang memang masih minim.

Iri sekali saya pada siapa siapa yang hatinya sudah begitu terpanggil mengunjungi baitullah. Kita boleh iri pada hal hal yang baik, bukan? Semoga allah berikan kesempatan itu juga pada saya. :)


SAFA dan MARWA identik dengan bukit yang dipakai siti hajar saat berupaya mencarikan air untuk bayinya, ismail. Sebuah kisah yang hampir semua muslim mungkin tahu. Tapi tahukah, ternyata perlu waktu bagiku untuk memahaminya. Ada TAWAKAL yang TINGGI dalam setiap jejak langkah siti hajar. PERCAYA PENUH pada kuasa Allah, bahwa Ia tak akan menyia-nyiakan hambanya yang shalih. KETIDAK BERGANTUNGAN SITI HAJAR pada seorang makhluk pun, meskipun itu suaminya sendiri. DOA PANJANG SEORANG AYAH   yang menjadi bekal utama dan penjagaan bagi keluarganya. Ia tetap bertahan hidup dan setelah pertemuannya lagi dengan ibrahim di kemudian hari, ia tak pernah sekalipun membencinya.

* * *

Dan kini, saya bersama suami saya hari purnama. Nama yang diberikan oleh kakeknya itu sampai saat ini, bila ada, saya belum juga mendapat jawaban akan maknanya. Kalau diijinkan, boleh kah saya menganggapnya sebagai cahaya terbaik, utuh, yang bersinar pada waktu waktu yang tepat,  yang Allah anugerahkan untuk keluarga kecil kami ? :")

Maka dear myself, jagalah agar rumah kita tetap bercahaya, tak dipadamkan oleh pemadam cahaya berupa kelalaian dan bisikan syetan yang tak bisa kita halau karena lemahnya penjagaan diri kita masing masing. Jaga rumah kita tetap bercahaya, seperti bercahayanya keluarga Muhammad saw, keluarga ibrahim, keluarga imran, keluarga luqman.

Bersambung

Ditulis 12 januari 2017
(Tulisan ini dipengaruhi bacaan saya pekan itu, inspirasi rumah cahaya ust budi ashari)

Monday, January 9, 2017

Review Buku Genap - Nazrul Anwar

Genap by Nazrul Anwar (photo : hajahsofya)


Judul : Genap
Penulis : Nazrul Anwar
Penerbit : Adnara Self-Publishing
Cetakan : I, 2015
Tebal : 166 halaman

Alhamdulillah akhirnya selesai juga baca buku Genap ini dalam waktu 4 hari. Buku ini saya beli sekitar tahun 2015 di awal-awal saya menikah dan baru sempat saya tamatkan di awal tahun 2017. Hehe.

Buku Genap ini termasuk serial fiksi yang topiknya sangat dekat dengan keseharian kita. Merupakan kumpulan “curhatan” seorang wanita tentang/pada pasangannya yang menggenapinya (menikah, menjadi jodohnya). Hal pertama yang paling saya sukai adalah dari pemilihan bahasanya. Karena isinya mirip buku diari, maka bahasa yang digunakan seolah mengajak pembaca untuk berbicara pada diri sendiri, atau seseorang yang sangat dekat. Saya menyebutnya dengan istilah monolog yang sesekali berdialog.

Sebetulnya sangat sedikit percakapan yang dimunculkan dalam buku ini, dan secara keseluruhan adanya percakapan memudahkan pembaca untuk memahami isinya. Namun pada bab 7 saya merasa agak aneh ketika muncul percakapan yang tidak formal, seperti “hehe”. Padahal biasanya juga mungkin lazim ya, tapi karena sejak awal saya sudah senang dengan monolognya, saya jadi agak “kaget”.

Kalau melihat daftar isinya, ada 48 Bab yang semua nya mengandung kata “Kamu”, semisal “Siapapun Kamu,  tentang kamu, mencemburui kamu, perhatian kamu, Istri seorang kamu, dan lain-lain. Sedikit banyak menginspirasi saya , kalau nanti mau bikin tulisan buat suami bisa pake tema ini aja. Hihi.

Banyak kalimat kalimat bagus yang bisa kita kutip juga, mengingatkan kita tentang konsep konsep dalam menjalani suatu hubungan pernikahan. Pembaca dapat merasakan dengan cukup lengkap bagaimana sebenarnya perasaan-perasaan yang muncul saat dipertemukan dengan jodoh, "kekagetan" setelah menikah, penyesuaian-penyesuaian, dan lain-lainnya.

Hal menarik bagi saya juga karena di akhir cerita beberapa babnya ada kejutan (twist-nya)! Yang kalau kita bacanya Cuma selewat bisa jadi ngga terasa, harus bener-bener dihayati hehe. Misal pada suatu bab, tokoh utama dapat berbicara banyak hal dan ternyata semua itu hanya karena sang suami dari tokoh utama lupa dengan hari ulangtahunnya! *cewek banget ya hihi*

Salah satu bab yang berkesan bagi saya adalah pada Bab Aku, Dia dan Kamu. Bagian ini yang membuat saya sadar bahwa buku ini punya alur yang menarik. Kisah Antara tokoh utama, suami dan kawannya. Bisa bikin kita tercengang sendiri, baca aja ya.

Buku ini juga menampilkan contoh-contoh kehidupan oranglain untuk diambil pelajarannya, dikemas dengan sangat mengalir dan menimbulkan rasa ingin tahu bagi saya pribadi. Sampai rasanya saya ingin bertanya pada penulisnya, “itu ceritanya beneran gak?”

Hal berkesan lainnya ada di bab Mengingat kamu. Ada surat dari seorang laki-laki duda yang sudah memiliki anak, yang kemudian menikahi seorang gadis. Menurut saya penulis sukses sekali mengatakan bahwa walaupun sosok itu seorang duda, proses menikah yang kedua kalinya tidak hanya sekedar untuk melanjutkan hidup. Pembaca dapat merasakan adanya jaminan bahwa sang istri yang baru akan diperlakukan dengan sebaik-baiknya, dipahami dan diperhatikan sebagai orang yang spesial.

Menurut saya buku ini mewakili apa-apa yang ingin dikatakan seorang wanita kepada pasangannya. Takjubnya, penulis adalah seorang lelaki, namun begitu sukses menulis dengan sudut pandang wanita. Kesan awalsaat saya membaca, saya berpikir took utamanya laki-laki (karena penulis laki-laki dan buku yang sebelumnya ditulis dengan sudut pandang laki-laki). Jujur, selama membaca saya sempat agak repot memposisikan tokoh utama sebagai perempuan karena penulisnya laki-laki.

Kejutan lainnya, buku ini dipersembahkan sebagai mahar dari penulis untuk istrinya di hari pernikahan mereka. Kebayang ya sweet nya? Hihi awas baper.

Akhir kata, saya suka buku ini. Buku ini juga mengingatkan saya untuk mencari keberkahan pada pernikahan, dan bagaimana asam garam dalam mendapatkannya. Menurut saya buku ini rekomended buat teman-teman yang dalam proses mencari penggenap hidup, berada pada fase-fase awal menggenap, dan yang merasa perlu inspirasi untuksaling terus mengenali detail pasangan hidupnya. Banyak konsep-konsep yang baik dalam kehidupan yang bisa kita petik. Dibaca pelan-pelan, resapi, coret-coret aja bukunya dengan kesan kita supaya makin nampol ya. hehe

Salam,
9 Januari 2017
Hajah Sofyamarwa R.
Sedang belajar mereview buku ^^

Book Review Pertama 2017 #Bookreview2017