Wednesday, October 29, 2014

Wanita Cantik di Hari Tua nya

Flashback.
Entah apa yang membuat saya menjadi teringat akan hal ini pada hari ini.

Ramadhan lalu, di malam-malam jelang idul fitri, seperti biasa keluarga besar kami berkumpul dan berbincang di ruang tengah rumah Mbah. Sederhana saja, di atas lantai dingin beralaskan karpet tua.

Kami anak-anak bertugas memijat, ya, saya sih amatiran. Tahukah apa yang saat itu terlintas di pikiran saya?

* * * *

Orang tua, lebih khususnya seorang ibu. Wanita yang dahulu pernah muda, yang pernah begitu cantik dengan fisik yang menarik. Menikah, hamil, melahirkan, menyusui, merawat tempat tinggalnya, merawat keluarganya. Perlahan ia akan menua, dan tentu berubah secara fisik. Perubahan fisiknya akan sangat jauh drastisnya, dibanding saya yang saat ini terkadang terlalu 'berisik' saat kulit semakin menggelap atau saat timbul jerawat.

Saat muda kini mungkin kau langsing, tapi setelah melahirkan, kau sudah siap bila badanmu menjadi gemuk?

Pekerjaan rumah yang begitu banyak mungkin membuat kau harus rela  urat-uratmu lebih menonjol, otot-otot semakin kekar, kulit kasar, kulit kaki pecah-pecah?

Yah, memang begitu, bahkan lebih dari itu.
Maka benarlah, Allah tak mengukur kita dari seberapa cantik rupa kita.

Wahai perempuan,
Berdoalah semoga taqwa menjadi jatidiri terbaik kita, dan semoga Allah berikan pasangan terbaik untuk menjadi imam kita menuju-Nya.

Maka apalah arti cantik kini?
Mensyukuri yang Allah beri, merawatnya sebaik-baiknya, berjuang keras dalam keshalihan, shalihah :)

Kamar, 29 oktober 2014
Hajah Sofyamarwa R.

Saturday, October 25, 2014

Dari Nol

Pernahkah kamu merasakan suatu masa, ketika kamu merasa begitu tak tahu apa apa?

Begitu banyak ilmu dan pengetahuan yang tak kamu ketahui di dunia ini. Bahkan setelah kamu selesai mengecap pendidikan di tingkat perguruan tinggi sekalipun, kamu semakin merasa banyak hal yang harus terus kamu gali di bumi Allah yang menghampar ini.

Terimakasih atas sebuah perbincangan seru di grup line SITHeads malam ini :)

Mengapa tak sudi memulai semua dari nol, bila dengan begitu kau akan segera berada di jalan yang benar dan mencapai semuanya dengan lebih cepat?

Stay hungry!
Bandung, 25 Oktober 2014

Tuesday, October 21, 2014

Pembiasaan Disiplin dari Kecil, dari Hal Kecil : Simpan Sepatu



Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan
--Aristotle

Ruang kelas hasil perpaduan bambu dan kayu itu  begitu sederhana. Tak ada pintu untuk masuk yang menutupi, namun sebelum masuk, siapapun dipersilakan membuka alas kaki dan menyimpannya di  sebuah rak penyimpanan sepatu di sebelah kiri tangga.

Bukan sebuah hal besar, tapi begitu membekas di hati. Setiap anak dibiasakan untuk selalu menyimpan alas kakinya di rak. Barangsiapa yang lupa. Bersiap diteriaki oleh murid yang piket atau yang sedang rajin sweeping sepatu. Setiap anak punya hak untuk diingatkan terlebih dahulu. Tak ada bedanya guru maupun murid, semua punya hak dan kewajiban yang sama.


“Heeey ini sepatu siapaa? Mau di simpen atau mau dibuang ajaa?”


Dan setelah itu anak-anak berhamburan menyimpan sepatu sandalnya masing masing dengan riang gembira! Kebiasaan itu pasti tidak muncul serta merta, perlu pengondisian dan kekonsistenan dari seluruh elemen yang terkait. Dalam hal ini guru kelasnya di sekolah, dan terutama di rumahnya.

Dari sana anak belajar untuk disiplin, menempatkan sesuatu pada tempatnya. Teratur dan disiplin yang dijadikan kebiasaan akan menuntun kita pada kebiasaan baik yang sangat berguna di masa depannya. Saking pentingnya sebuah keteraturan, sampai seorang penyair Pope menyatakan bahwa keteraturan adalah hukum surga pertama. Dan tahu kan apa yang lebih utama? Amalan yang dicintai Allah adalah yang iqtiqamah (konsisten) walaupun kecil.

Kalau sudah punya pandangan tentang akhiran yang baik, maka prosesnya juga mesti baik, maka otomatis cara mengingatkannya pun harus dengan baik, betul kan? :)

Maka perhatikan hal kecil, biasakan disiplin sejak kecil, dari hal-hal kecil yang seringnya kita abaikan :)


Bandung, 21 Oktober 2014
Hajah Sofyamarwa R.
Pernah sebentar jadi guru

*Special Thanks To Bu Arti, mantan “Partner in Crime” saya di SD 2 dulu yang sudah menyetting suasana semacam itu :D


=========================================================================
Serial tulisan #SekolahAlam ini saya buat sebagai salah satu wujud syukur dan terimakasih atas pembelajaran yang saya dapatkan waktu saya mendapat kesempatan menjadi guru kelas (fasilitator) di Sekolah Alam Bandung. Dulu tak sempat, sekarang punya waktu lebih luang, sayang sekali kalau tidak dibagikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk para pendidik, calon orangtua dan siapapun yang berdekatan dengan anak-anak :)

Kisah Melamar Kerja : Guru Kelas Sekolah Alam Bandung



Pemandangan Gerbang masuk Sekolah Alam Bandung, Dago

Sebetulnya saya agak canggung kalau bilang “melamar kerja” di Sekolah Alam Bandung. Soalnya bagi saya, saat itu saya memilih dan mengajukan diri untuk mengabdi dan beraktivitas pada suatu aktivitas yang sangat menyenangkan! Tapi karena melamar kerja inilah yang jadi tema-tema besar yang banyak dicari orang, maka tertulislah “Melamar Kerja” hehe


* * *


KISAH AWAL MELAMAR KE SEKOLAH ALAM BANDUNG
Sehabis lulus S1 Biologi ITB (Oktober 2013) saya tidak langsung berambisi mencari kerja. Saat itu saya masih ada proyek dari dosen, pegang beberapa anak privat, dan memang tidak sebegitu inginnya mencari pekerjaan #jitak. Saya ingat hanya sempat mengikuti Career Day ITB dan BUMN Career Day di Jakarta, hanya untuk memenuhi rasa penasaran saya bagaimana rasanya menjadi seorang jobseeker. Bukan maksud hati untuk nge’sok, percayalah, saat itu saya masih begitu ‘bocah’ dan belum sadar sama realita kehidupan yang ada #hehe.

Sekitar Desember akhir saya dapat informasi lowongan untuk menjadi Guru di Sekolah Alam Bandung dari seorang sepupu yang dulu pernah bekerja di sana. Tahukah? Dengan tekad penuh, saya langsung meng-apply kirim email ke sana, bahkan tanpa perduli bahwa DEADLINE SUDAH LEWAT,  dan yang dicari juga guru LAKI-LAKI, bukan perempuan! Saya kirim seberkas email lamaran, dan saat itu saya hanya berbekal keyakinan diri bahwa saya ingin menjadi bagian dari sana. Saya begitu tertarik dengan konsep sekolahnya, saya bahkan baru memikirkan nominal insentif (gaji) ketika mau berangkat interview, itupun karena diberi tahu sepupu! Saat itu sayapun tidak begitu mempedulikan hal itu. niat saya satu, diberi kesempatan disana saja sudah alhamdulillah :)

Februari 2014 itu saya mendapat kesempatan menjadi panitia exchange mahasiswa Korea (Kookmin University) dan mengharuskan saya berada total di ITB jatinangor selama sekitar 7 hari. Di sela-sela tugas saya sebagai konsumsi dan LO itu, saya mendapat panggilan untuk interview dari Sekolah Alam Bandung. Apa mau dikata, saat itu saya memutuskan untuk fokus di acara dulu, dan minta reschedule. Setelah sekian hari setelah itu, saya mendapat panggilan interview lagi, dan Alhamdulillah waktunya cocok.

Sehubungan dengan adanya informasi rekruitmen terbuka sebagai Guru Kelas di semester II tahun ajaran 2013-2014, saya Hajah Sofyamarwa tertarik untuk dapat bergabung dengan Sekolah Alam Bandung. Sebagai lulusan Sarjana Biologi ITB yang terbiasa di alam dan memiliki ketertarikan dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak, menjadi seorang guru adalah salah satu cita-cita yang sesuai dengan passion saya.

Belum banyak pengalaman mengajar saya. Sudah hampir kurang lebih 2 tahun saya menjadi guru les privat di tingkat SD kelas 5, SMP kelas 2, dan SMA kelas 2. Latar belakang saya cukup aktif dalam kegiatan pengembangan diri remaja dan mentoring di sekolah maupun kampus.

Seperti yang tercantum dalam publikasi, saya tahu bahwa yang dibutuhkan adalah Pria dan batas waktunya sudah lewat (24 Desember 2013), namun saya tetap mencoba, dan yakin bahwa saya masih punya peluang untuk dapat menjalin hubungan dengan Sekolah Alam Bandung dalam bidang apapun. Menurut saya sekolah alam merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Tidak seperti sekolah biasa yang kadang hanya berfokus pada kemampuan akademis namun juga praktek di alam bebas yang mengasah imajinasi dan kreativitas. Saya juga berharap dapat meningkatkan kualitas diri pribadi, memberikan nilai tambah bagi Sekolah Alam dan saya akan sangat senang dapat menjadi bagian dari itu.
 

SAAT INTERVIEW
Persiapan saya untuk interview terbilang simple. Saya cukup percaya dengan diri saya sendiri untuk bisa mendapat kesempatan “belajar” di Sekolah Alam Bandung (SAB). Sekali lagi mudah-mudahan bukan karena kesombongan, pengalaman hidup sampai saat itu memang menuntun saya untuk terbiasa berada dalam lingkungan pembinaan dari anak-anak sampai remaja. Akan beda cerita kalau saya harus meng-apply kerja di sebuah lab penelitian, pasti saya grogi setengah mati ahehe. Saya merasa punya keterkaitan hati pada dunia pendidikan dan anak-anak. Saat interview saya berhadapan dengan kepala sekolah, dan guru-guru senior yang semua berjumlah 3 orang (Pak Aryo, Pak Sururi, Bu Hafni).

Sebelum interview saya menyempatkan diri berjalan jalan di lingkungan sekolah. Excited banget! Selain suasana sekolahnya yang ‘ngalam’ banget, saya lagi liat anak-anak yang outbond, main basah-basahan di kolam. Kebayang banget kan gimana nanti aktivitas saya kalau ada disana? Makin ;)

Bismillah, interview apa adanya, tanpa beban. Habis interview juga santai aja, jalan-jalan lagi dan ngajak ngobrol murid di sana. Alhamdulilla, sekarang hanya bisa berharap yang terbaik aja.

DI KONTRAK SEBAGAI PENGAJAR
Alhamdulillah, saya dipanggil lagi untuk membicarakan kontrak. Sebut saja guru percobaan, tentu saja, menjadi seorang pendidik juga sama saja dengan kalau kita melamar ke suatu perusahaan. Ada masa percobaan, masa penyesuaian. Saya ditempatkan bersama seorang partner, Bu Arti di SD 2. Bu Sari minta maaf karena ditempatkan bersama guru perempuan (seharusnya laki-perempuan), tapi toh emang saya yang ngaco karena lowongan buat cowok laki-laki malah saya lamar juga hehe. Saya pun masuk di pertengahan semester, jadi makin merasa dodol juga hehe. Saya sendiri juga tak begitu yakin apa yang membuat saya bisa diterima disana. Mungkin semua karena kebaikan hati mereka untuk memberi saya kesempatan untuk bisa belajar disana. Singkat cerita, tak lama setelah itu 17 Maret saya mulai masuk kelas. Alhamdulillah :’) Kisah seru mengharukan selama saya menjadi pengajar setelah ini dilanjut di postingan terpisah ya :)

* * * * *
Sudah 3,5 bulan berlalu sejak saya resign sebagai guru kelas SD 2 Sekolah Alam Bandung (Juni 2014). Ya, resign, singkat sekali bukan?  Saya tipikal orang yang suka menulis, namun betapa sulitnya mengabarkan perihal ini pada dunia, pada para blogwalker disini. Butuh keberanian dan kekuatan ekstra untuk akhirnya berani berbicara hehe. #maaplebay #tapiserius. Mau tahu alasannya? Insyaallah di postingan yang lain ya, insyaallah :)


Bandung, 21 Oktober 2014
Hajah Sofyamarwa R.

Tuesday, October 7, 2014

Rumah, Akar dari Daun Perhatian Kita (internal)

Menjalani proses ini, membuatku berpikir akan banyak hal, membuat mata, hati dan telingaku semakin terbuka pada apa-apa yang terjadi di sekitarku. Kenyataan bahwa di usia ku yang 22 tahun jelang 23 ini, aku baru bertekad untuk mulai menjadi manusia yang sadar dengan prosesnya. Tak mengapa. Maka harap dimaklumi kalo banyak keluar bahasa-bahasa jiwa yang hanya Allah dan diri sendiri yang tahu *saking abstraknya diksi gueh maksudnya hehe*

* * * * *

Aku mulai sadar, titik fokusku sangat berkisar pada apa-apa yang terjadi di internal. Kesadaranku ini muncul diawali dari ketertarikanku yang sangat dalam mengurusi manusia. Aku selalu peduli pada bagaimana setiap orang dalam satu tim/kelompok, saling merasa. Misal kalau dalam sebuah organisasi akan mengadakan sebuah acara tapi relasi manusianya kurang baik, saya lebih memprioritaskan mengurusi hubungan-hubungan antar anggota, bukan hanya keberlangsungan acara.

Apalah arti berlangsungnya sebuah acara, tapi komponen manusia yang seharusnya terlibat malah tidak terlibat? Apalah arti nya bila malah tak saling peduli atau bahkan harus ada yang menahan sakit?

Dari interaksi itu kita belajar, dari sana kita mendewasa. Ada beda karakter pasti, ada beda pendapat biasa, namun ada keharusan untuk berlapang dada. Karena tujuannya satu, keikhlasan dan untaian doa terbaik dari setiap pihak.

Aku kadang heran juga, datang dari mana pemikiran semacam itu. Maksudku, kita di hari ini kan kumpulan dari berbagai inputan dari manapun. Kupikir pemikiran itu semata-mata datang dari interaksiku dengan orang-orang dalam berbagai organisasi yang kuikuti selama ini. Ya, sedikit banyak pasti iya. Tapi lucunya, dari proses ini baru aku sadari, bahwa ketertarikanku pada hal hal internal memang berawal dari rumah.

Mama bilang : "ya gimana-gimana juga prioritas keluarga dulu, baru yang lain." Bagiku dulu, kalimat itu begitu tak kusukai. Kenapa? Karena bagiku saat itu, kalimat itu terdengar begitu egois. Bagiku saat itu, aku iri dengan orang lain yang bisa berbuat banyak pada manusia lainnya. Bagiku saat itu, aku merasa tak banyak hal yang bisa kulakukan pada orang lain, sehingga kesal sekali rasanya ketika ingin berbuat lebih tapi malah dibatasi.

Tapi akhirnya aku mulai mengerti sebabnya. Aku mengerti, sangat memahaminya. Dan bagaimanapun juga harus bersyukur dengan apa-apa yang sudah membentukku menjadi seperti ini. Alhamdulillah :) Hey, bukankah itu salah satu fokus terpenting seorang istri atau ibu dalam rumah tangga nya kelak? Menjaga rumah tangganya? :")

Ya, kusadar bahwa segalanya memang berawal dari rumah. Rumah yang menjadi akar dari daun-daun perhatian-perhatian kita di kehidupan.

Selasa, 7 oktober 2014

Friday, October 3, 2014

Alarm Anti-Males Sholat

Namanya manusia ada kalanya merasa capek, lelah, atau malas sehingga jadi menunda waktu shalat. Itu wajar, tapi ya teteup, harus diantisipasi.

Belakangan ini saya mulai punya alarm-anti males sholat. Namanya icha, ponakan saya (kelas 2 Sd) Hehe. icha lagi sering-seringnya ngingetin shalat, walaupun malesnya juga suka muncul. Pernah suatu waktu, saya sampai di rumah malem-malem habis ngasi privat dan belum shalat, icha ngajakin sholat. Allah Tau banget gitu kayanya saat itu saya lagi males, trus ngingetinnya lewat icha. Hehe

Kenapa bisa begitu?
Note to myself, buat para om dan tante, calon orangtua, kakak, dimanapun kalian berada, buatlah shalat menjadi suatu ajakan yang menyenangkan. Terkadang kita hanya berfokus pada : anak udah umur segitu tapi belum bisa bacaan shalat; atau nyuruh shalat sekedar nyuruh, padahal menurut saya yang terpenting ditanamkan pada anak-anak adalah kesukaannya pada shalat dan pembiasaan untuk melakukannya disiplin tepat waktu.

Kita semua pernah jadi anak anak toh, suka males solat juga, suka boong juga bilangnya udah solat padahal belum, atau suka males kena aer wudu pagi-pagi. Jadi namanya nyuruh anak shalat ngga perlu pake marah marah dulu. Inget pola rasul : sebelum umur 7 pembiasaan, usia 7-10 masa berlatih, 10 sudah harus mantep (makanya kalo anak gamau, boleh dipukul. Asal udh ngelewatin tahap pelatihan nya dulu ya..)

Ngajarin anak shalatnya bagus itu investasi banget. Jangan jaim dan sekedar memberi instruksi satu arah ke anak, mereka perlu tau bahwa kitapun bersedia diingatkan oleh anak anak. Seru deh!

* * * *

Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat, apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk
(HR. Ath thabrani)

Menanam, menjaga dan merawat shalat anak, menolong dirinya dan diri kita di masa depan :)

Ahad, 5 oktober 2014
Happy idul adha :)

Thursday, October 2, 2014

Walau Belum Istiqamah pun, Jangan Putus Asa Terhadap Kemurahan Allah

"Bisa jadi, karamah diberikan kepada orang yang benar-benar belum beristiqamah."

Teruskan perjalananmu hingga paripurna, meski keadaanmu belumlah sempurna. Sebab, bila engkau sudah memilih jalan hidup, semangatmu tak boleh redup. Jangan mengukur diri terlalu tinggi, sebab anugerahNya tak datang secara pasti. Bisa jadi banyak yang engkau dapat meski perjalananmu kadang tersendat. Jika tiba tiba engkau merasakan keajaiban, sadarilah bahwa itu kemurahan dari Allah, sumber kegaiban. Keistimewaan atau keajaiban adalah karunia-Nya yang bisa saja engkau peroleh atas kehendak-Nya. Meskipun mungkin saj hatimu belum sepenuhnya istiqamah. Itulah cara-Nya agar karunia-Nya makin tak terhinggakan.

Adab menerangkan keadaan spiritual hal 207. Buku Al-Hikam. Untaian hikmah ibnu athaillah