Tuesday, August 30, 2016

Ketika Anak Sakit (Part 2)

Tepatnya tanggal 3 agustus 2016, setelah kemunculan gigi seri kedua mu.

Entah kenapa tetiba badanmu panas, demam tinggi hingga sekitar 39 derajat celcius. Sudah lewat ambang batas (38.5) maka segera diberi parasetamol. Tapi suhu badanmu tak kemudian turun. Maka selalu berharap akan ada penurunan suhu setelah periode minum obat selanjutnya.

Mungkin demam karena tumbuh gigi.
Ya mungkin. Kau pun mendadak buang muka setiap kali waktu makan, kecuali suapan yang tanpa sadar kau terima.

Dini hari tanggal 7 agustus 2016
Suhu tubuhmu begitu tinggi. Terpikirlah untuk membawamu ke IGD. Tapi, Haruskah? Terlalu berlebihankah? Memang nanti akan diapakan di IGD?

Setelah menyiapkan beberapa hal, 2 gojek datang membawa ayah dan bunda ke RS Pindad. Rumah sakit terdekat dari sini. Suhumu 39,6 berarti kami tidak berlebihan membawamu kemari. Hamdallah hasil cek darah baik, tidak menunjukkan adanya demam berdarah atau semacamnya.

* * *

Sakitmu berlanjut disertai batuk dan pilek. Demamnya terjadi hanya pada malam hari, dan siang bisa ceria lagi :")
Terasa sekali perbedaannya :")

Bersyukurlah banyak yang sayang padamu, nak. Kakek dan nenek buyut mu sampai memaksakan untuk tidur di ruang tengah kontrakan kita, untuk turut menjagamu. Namun pada masa sakitmu ini, bunda ingin haidar lebih dekat dengan ayah dan bunda dulu saja :) biar agak sedikit begadang 2 malam. Kami juga tak ingin kakek nenek uyutmu sakit dengan memaksakan diri untuk tak tidur juga.

Alhamdulillah, 2 hari setelah itu haidar sudah sehat kembali, sisa pilek, dan kemudian sehat total.

* * *
Sekarang sakitnya gantian bunda ya hihi
Bundanya harus makan yang bener biar fit 😄

Friday, August 26, 2016

Ketika Anak Sakit (Part 1)

Saya itu (dulu) kalau ada ibu ibu yang bilang anaknya sakit, rasanya biasa aja. Apa empati saya minus? :/

***
Yap, seseorang bertindak atas apa apa yang ia miliki. Ketidaktahuan akan suatu hal biasanya akan membuat ia lalai, abai, atau bahkan tidak peduli. Pengetahuan menjadi salah satu ukuran awalnya.

Dulu saya belum tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ibu, tepatnya menjadi seorang ibu yang anaknya sedang sakit. Ditambah saya sendiri termasuk orang yang memang cuek dengan penyakit pribadi. Jadi ya, saya ngga paham gimana rasanya.

Tapi baru 11 bulan jadi ibu baru, akhirnya saya bisa paham. Hehe.

Demam, batuk, pilek, termasuk "penyakit langganan" buat anak bayi. Termasuk salah satu mekanisme tubuh untuk kemudian hari dapat lebih kuat (melatih sistem imunnya). Biasanya anak bayi demam pasca pemberian vaksin, atau saat terpapar kerabat/sanak saudara/lingkungan sekitar yang memang membawa kuman.

Kalau haidar, paska vaksin juga mengalami demam. Tidak selalu, mungkin sekitar 3 kali. Demamnya pun tak terlalu tinggi. Beberapa kali juga haidar sempat batuk pilek, juga demam. Yang terakhir sejak tanggal 4 agustus lalu, yang demamnya tinggi sekali (39.6) sampai ayah bunda harus ke IGD jam 1 pagi.

Lalu apa efeknya bagi sang ibu ?
Pakai logika aja jah, hihi.
Pengasuh utama anak bayi adalah ibu dan ayahnya. Ketika bayi sakit, maka ibu harus ekstra memberi perhatian pada bayi nya. Kebanyakan bayi yang demam akan selalu merasa nyaman digendong, nempel terus gabisa dilepas. Kadang juga ngga mau menyusu, dan jadi semakin ngga nyenyak tidur. Bahasa singkatnya : rewel. Iya, badannya ngga enak. Jadi ingin didekap terus. Sementara di rumah banyak pula yang harus dikerjakan sang ibu. Entah bebersih, memasak, dll. Endingnya mungkin rumah tetep berantakan. Hihi. *minta bantuan ayah*
Memberi makan pada diri sendiri dan mandi aja kadang keteteran banget. Hehe.

Yah ternyata begitulah.
Episode anak sakit bagi seorang ibu itu sangat berarti. Salah salah kalau sang ibu juga kondisinya lagi ngga fit, bisa ikut sakit juga. Terus ngerembet lagi ke ayahnya. *curhat*

***
Ternyata perempuan sejak single itu emang harus sehat, bugar, punya pola hidup sehat. Karena pas udah double, triple dst yang diurus udah bukan badan sendiri aja. Kalau badan sendiri keteteran, gimana bisa maksimal ngurus yang lain?

Dan sodara sebangsa setanah air, Yang mungkin pernah punya pemikiran kaya saya di awal, ini saya kasih sedikit bocoran. :) mudah mudahan lebih tercerahkan ya :) ngga berarti empatinya minus kok, kan namanya juga ngga tau. Hehe

#selfnote

Thursday, August 25, 2016

Menjadi Ibu Baru : Belajar Membeli Pakaian Bayi

Banyak yang bilang, menjadi ibu itu dapat mengubah kehidupan seorang perempuan menjadi berbalik 180 derajat. Dulu saya tak memahami itu sampai akhirnya saya menjadi seorang ibu.

Tanpa bermaksud berlebihan, ketika seorang anak lahir sebetulnya seluruh peran orang-orang di sekitar anakpun ikut berubah. Tak hanya seorang yang menjadi ibu, tapi juga ada seorang yang menjadi ayah, menjadi nenek kakek, juga menjadi om tante. Perubahan terjadi pada semuanya dan semuapun ikut belajar menjalani peran tersebut, hanya saja, perubahan yang paling terasa tentu menjadi orangtuanya. Kalau saya banyak cerita tentang ibunya, ya wajar kan ceritanya ini curcolan saya sebagai ibu ibu #eh

Di tengah pembelajaran masing masing menjalani perannya, saya sebagai ibu memang merasa banyak hal yang jauh berubah. Lebih banyak di rumah, dan dunia kita memang seputar anak kita. Ada masa-masa dimana kita merasa terlalu letih, dan ada pula masa-masa kita begitu bahagia. Ada masa-masa konyol, ada pula masa-masa heroik yang harus terlewati. Begitulah.

Tetang membelikan bayi pakaian baru, misalnya. Saya ingat ketika pakaian bayi haidar sudah mulai kekecilan. Saat itu bertepatan dengan masa lebaran. Saya kebingungan tentang : beli nya dimana ya ? Babyshop atau pasarbaru/itc dll ? Mana yang lebih bagus? Mana yang lebih murah ? Mau beli online tapi ngga puas kl buat bayi pengen megang barangnya langsung.
Akhirnya saya ke itc bandung, dan putar2 belanja sambil gendong haidar.

Haidar masih 8 bulan saat itu, dan pikiran saya dipenuhi foto2 bayi mungil yang berkostum seperti abege (liat yang lucu2 di instagram hehe). Maka pencarian saya adalah baju baju semacam kemeja, celana jeans, dll. Bahkan seset celana joger motif army yang sebetulnya baru bisa dipakai di usianya yang ke 1, 2, dan 3.

Tapi beberapa hari lalu, saat menyadari bahwa haidar akan berusia 1 tahun, yang mana ngga lama lagi haidar akan menjadi besar (dan tidak bayi lagi), maka saat ke babyshop saya membelikan pakaian yang modelnya bayi banget. Semacam, "aaa tidaaaak, haidar udah mau gedee!"

Konyol sih. Tapi ya memang masa masa bayi itu kadang terasa lama dijalani dengan segala rutinitasnya. Tapi benar, masa bayi itu sangat singkat, dan harus dijalani dengan penuh syukur dan kesadaran penuh. Ujug ujug udah gede aja nanti teh kerasanya. Hehe.

Begitulah, salah satu kedodolan bunda. Anak bayi mau digede gedein. Udah mau gede malah di bayi bayi in. >.<

Hanya Allah sebagai penuntun kita menjadi sebaik baik orang tua.

Kamis, 25 Agustus 2016
Subuh 05.22 ketika ayah sedang dinas ke surabaya
Tuh kaan, tanggal 8 September udah bentar lagiii :O