Saturday, December 21, 2013

Antara Transjakarta dan Angkot Bandung

Sebuah perspektif baru yang muncul ketika beberapa pekan lalu (5-8 Des '13) ada keperluan untuk bertandang ke Kota Jakarta. Di Bandung saya terbiasa bepergian menggunakan angkot, tanpa pakai ilmu perangkotan yang jelas, hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang alakadarnya. *btw, emang ilmu perangkotan itu kaya gimana? hehe*

I'm totally blank about Jakarta, ditambah lagi saya sangat kurang dalam mempersiapkan perjalanan kali ini. Ngga punya peta jakarta, ngga punya peta busway, wajar saya banyak bengang-bengong aja disana hehe. Alhamdulillahnya ditemeni temen-temen yang lebih ngerti (thanks cham, ra, la, nes).

KESAN TERHADAP TRANSPORTASI JAKARTA
Jenis angkutan di Jakarta sangat beragam broo! Angkot, busway, bajaj (ternyata ini beneran haha), mikrolet, bus kota, taksi, kopaja, kereta, dll. Saat itu saya bingung daerah, jadi bingung juga harus pake busway yang mana. Sistem tranjakarta ini sudah sangat rapi dan baik, maka bagi yang baru pertama kali, asal ngerti sistemnya, akan mudah bepergian kemana-mana. Hampir di setiap halte selalu ada peta rute busway yang memudahkan pengunjung. Ini keren banget! (ketahuan katro ya saya.. -_- hehe). Selain itu, hanya bayar 3500 RUPIAH  SAJA bisa naik busway kemana pun kita mau, asal tau rute. Kondisi bus rata-rata nyaman (ber AC pula), petugas busway nya baik dan informatif, daaaan jalanan juga ngga macet karena punya jalur khusus (ini nih yang kata berita banyak pengendara yang suka melanggar).




saking katro nya saya foto in isi busway hehe

YANG SAYA BANDINGKAN
Berawal dari hal kecil ketika di halte busway saya bingung harus memilih bus mana yang harus dinaiki., saya kemudian terpikir hal ini. Perjalanan dengan transjakarta akan mudah karena kita sudah punya peta-nya. Sebelum berangkat, para penumpang harus jelas tujuan dan tau banget dimana harus turun. Tahu tujuan, ada peta, dan tahu dimana harus turun. Sedangkan saya, selama mengangkot di kota Bandung, ga pernah peduliin sama peta angkutan. Sekedar tahu tujuan, tidak punya peta, seringnya mengandalkan jurus 'tanya orang', turun naik sembarangan -_-.  Kalau dianalogikan pada saya, hampir mirip dengan saya yang seringnya let it flow saja hehe.

GAGASAN
1. Setiap angkot di bandung sebenarnya sudah jelas trayeknya, ada pengelolanya juga. (Untuk hal ini saya tidak banyak bicara karena belum punya data apa-apa hehe) Hanya mungkin, kita perlu merangkumnya menjadi sebuah gambaran besar utuh yang saling berhubungan, mungkin di buat sistem spt transjakarta. --> Perbaikan pada tahap ini, salah satu dampaknya berpeluang memperbaiki mindset seluruh warga bandung, dan memudahkan para pendatang.
Kalaupun ini sudah ada, berarti saya yang cupu, atau juga kurang sosialisasi hehe
2.Petugas Transjakarta punya seragam. Pernah saya lihat Supir Angkot Caheum Ledeng berseragam kompak polo shirt Hijau-hitam. Betapa indahnya bila para supir angkot bandung kemudian kompak berseragam :) <3 <3 (menurut saya ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa sistemnya sudah cukup baik terorganisir)

BANYAK  HARAPAN
Bandung JUARA di bawah kepemimpinan Pak Ridwan Kamil  rasanya bukan sekedar mimpi.  Saya yakin transportasi di bandung akan menjadi salah satu agenda besar yang akan digarap. Beberapa bulan lalu juga dari pihak indie pernah mengadakan angkot day sebagai upaya kepedulian terhadap bandung.
Bandung lautan komunitas positif, dan saya yakin mereka akan bersedia gotong royong berkontribusi.

* * * * * *

Semakin banyak kita berjalan-jalan, semakin sadar bahwa bumi Allah itu luas, bahwa saya ini banyak sekali ngga tau nya, bahwa banyak pelajaran bisa diambil dan betapa dunia ini begitu menarik! Yah, Mungkin itulah berkah perjalanan. Perjalanan membuat kita menyadari apa yang sebelumnya tidak pernah kita sadari :)


Antara Transjakarta dan Angkot Bandung --- ceuk abdi. hehe

Kamar, 20 Desember 2013
Hajah Sofyamarwa

Thursday, December 19, 2013

nostal-entrepreneur-ia

image source : rapgenius.com
Astaghfirullah, semoga ampunan selalu tercurahkan pada diri-diri kita ini.
Semoga kita diberikan nikmat untuk selalu mensyukuri setiap jengkal kehidupan kita

Ini kali kedua paling dramatis saya tidak bisa berangkat karena tidak punya ongkos. Ongkos yang hanya sekitar 15 ribu rupiah, yang terkadang jarang saya syukuri. Di luar sana saya yakin ini tidak ada apa-apanya. Barangkali saya harus belajar dari Tian, sang anak gawang dari Dieng yang harus bekerja 1 bulan penuh untuk mendapat upaha sekedar 75 ribu rupiah. Atau bahkan dari seorang janda muda yang sedang kelimpungan membiayai hidup keempat anaknya.

Uang. Saya hampir tak pernah membahasnya. Dulu saya jarang pernah merasa kesulitan uang. Saya sendiri bukan tipe orang yang banyak maunya beli ini itu. Ada uang lebih ya syukur bisa beli macem-macem, kalopun nggak juga, ya ngga diambil pusing.

Bicara uang, saya jadi inget sama kesenangan saya yang dulu, menghasilkan uang lewat jualan! Hihi. Tapi seiring berjalannya waktu, karena pilihan saya sendiri, mungkin saya yang mematikan sendiri api entrepreneur itu. Faktornya banyak, mungkin akademis yang padat, punya ketertarikan lain, kebutuhan yang sudah terpenuhi, dan munculnya pikiran "ngga enak ngambil untung dari orang lain". Pemikiran yang kurang pintar ya, haha.

NAPAK TILAS BELAJAR DAGANG
1. SMP : Bikin dan jualan nutrijell untuk danus Pagelaran Kelas
2. SMA : Jualan Kue basah (untungnya gede, jadi seneng hehe) untuk danus acara Rohis, jualan mukena
3. Kuliah : Jaman TPB Jualan gorengan buat LSS, al-hayaat, himpunan, angakatan; danusan pribadi kue basah, jual pulsa.
Semenjak itu saya belum pernah dagang lagi. Saya ingat saat itu entrepreneur lagi booming banget. Sempat ikut euphoria di awal-awal dengan ikut unit entrepreneur, seminar-seminar, ikut kompetisi ide bisnis. Namun, setelah itu saya jadi gak tertarik karena merasa semua orang beramai-ramai kesana, jadi mainstream (?) *alasannya apa banget -_-*

SAYA ITU GA BISA NYIPTAIN PRODUK SENDIRI, BISANYA NGEJUALIN BARANG ORANG
Subjudulnya ga nyantei dan kepanjangan. Hehe. Ini mindset yang pernah saya amini betul saat belajar berdagang.
1) saya kurang pede dengan produk sendiri,
2) masarin barang orang bikin seneng karena bikin orang seneng dan ngga ada beban,
3) ga mikirin keuntungan, ga itung-itungan, ga ngambil untung dari orang lain.
Dari situ kemudian saya berpikir bahwa mungkin saya lebih cocok jadi marketing, yang heboh-heboh masarin produk punya orang lain. Kebanyakan aktivitas yang saya jalani juga membuat saya ngga terlalu memikirkan keuntungan pribadi, saya hanya berpikir "bagaimana membuat hal ini menjadi sebegitu sangat menarik" *syiarthinking*

PUNYA BARANG DAGANGAN, PENGENNYA DIKASIIN ORANG AJA BUAT HADIAH
Yah, namanya juga belajar dagang ya, apalagi sekarang statusnya udah bukan mahasiswa, ingin mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri.
Ketika kepepet mendera, mengaktifkan berbagai saraf kreativitas dan membakar segala amunisi tekad *naon*, saya membuat pernak-pernik bros untuk dijual. Caca ica mulai diajakin belajar jualan (biar rugi yang penting belajar). Saya? Menyertakan bros itu pada berbagai hadiah yang saya berikan kepada teman. *gubrag, jualan macam apa itu? Akhirnya ga jadi jualan -_-*

* * * * *

Waktu kemudian menjadi saksi atas perubahan mindset saya. 
Sebagai manusia yang belajar dewasa dan mandiri, saya harus punya banyak uang untuk memperlancar amal-amal saya. Saya harus bisa terus beramal tanpa membebani orang tua lagi.
Saya muslim dan saya harus kaya.
Saya punya begitu banyak orang yang butuh dibantu kehidupannya.

Uang itu komponen pendukung yang vital, yang dapat membantu kita menjalankan tugas utama kita.
Wallahu'alam saya belum tau apa nantinya akan benar-benar ingin jadi pengusaha, atau menghasilkan uang dengan cara yang lain.

Bila tidak dengan harta, tidak pula dengan jiwa, maka dengan bekal apa bisa menebus syurga?
-Rifa Khairunnisa-

Hajah Sofyamarwa,
13 November 2013

Tuesday, December 17, 2013

belajar menjadi relawan

Alhamdulillah
Akhirnya saya mulai berani melakukan apa yang sebenarnya saya sukai :)

***
Saya jadi ingat masa-masa PROKM 2009 silam, saat-saat kesadaran sebagai mahasiswa baru dibangkitkan. Saat-saat diajarkan menjadi seorang mahasiswa idealis yang berprinsip dan peduli pada rakyat.
Menyanyikan lirik ini selalu dramatis dan membuat mata saya meleleh.
"berjuta rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat..
Kusampaikan salam salam perjuangan.
Kami semua cinta cinta Indonesia.."

***
Siang itu seorang kawan mengajak saya untuk mendaftar dalam acara yang diadakan BP2M Salman (bidang pemberdayaan Masyarakat masjid Salman-red). Belum terlalu jelas infonya, saya mencari info di mading  dan memutuskan untuk ikut.

Sebagai mahasiswa Saya ga pernah ngerasain ikutan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampus! 4 tahun saya berkuliah di jurusan biologi ITB tanpa pernah mengalami KKN di desa, membuat saya merasa masih ada yang 'hutang' untuk memahami masyarakat lebih jauh. Sebenarnya di ITB ada mata kuliah pilihan KKN Tematis, saya juga dulu sempat mendaftar. Sayangnya saat itu bentrok dengan ospek jurusan, saya pun memutuskan lebih memprioritaskan untuk bantu teman panitia lain sekaligus mencoba lebih dekat dengan adik-adik tingkat. Waktu Ospek jurusan (PPN) 2010 juga sempet ada live in beberapa hari, tapi saya ga bisa ikut T_T (yang pernah, bersyukur ya, saya ngiri hehe)

Yah namanya manusia, terkadang perlu waktu untuk bisa menyadari suatu hal. Rasa berhutang ini baru muncul setelah saya lulus menjadi sarjana, ketika kemudian dihadapkan pada berbagai realitas kehidupan masyarakat yang tidak seideal di kampus.

Berusaha keras mengingat, ternyata saya pernah juga terlibat dalam kegiatan sosial (hehe alhamdulillah) ini hanya bagian dari mensyukuri bahwa 4 tahun berkuliah hati saya masih dianugerahi oleh Allah sejumput rasa empati.

***
Saya senang kalau bisa berinteraksi dengan masyarakat, belajar banyak dari kehidupannya, dan belajar bagaimana memperlakukan masyarakat dengan baik.
Jadi, mudah-mudahan saya bisa belajar banyak dari proses ini. Teori yang mungkin pernah dipelajari bisa bermanfaat untuk diaplikasikan ke masyarakat. Setinggi apapun pendidikan formal kita, kita "bodoh" tentang ilmu nyata di masyarakat.

Semoga bisa belajar dari banyak guru kehidupan dimanapun :)

Friday, November 22, 2013

welcoming the new edition

    Alhamdulillah
    Selamat datang buku catatan baruu :D
    Sebenarnya inginnya dimulai saat pergantian tahun masehi 2014 nanti (biar bagus aja klasifikasinya), tapi, buat apa menunggu selama itu (2014) dengan mengorbankan jutaan makna yang mungkin akan dilalui? Hehe :D
    yeay buku catetan baruu! alhamdulillah :D

    Kuharap buku ini dapat membantuku mendengar lebih jelas suara hatiku, membantuku memahami dan memaknai segala yang terjadi padaku dengan lebih baik :)
    Aamiin

    20 November 2013

buku catatan yang membuatku tak ingin mencatat

Sudah lama tak menulis. Ya, menulis dengan pulpen dan buku catatanku, literally. Faktornya bisa banyak, dari analisisku : (1) aku memang sedang tak mau menulis, (2) sedang tak ada bahan yang menarik untuk ditulis, (3) malas, atau karena (4) buku catatan 2013 ku sering "hilang" dan bahkan tak kujadikan teman kemana-mana yang selalu kubawa di tas ku. 

kumpulan buku catetan yang udah setia nemenin kemana-mana hehe

Mari berfokus pada poin ke 4, sesuai dengan dengan judul aku merasa bahwa salah satu faktor utama aku jadi jarang menulis adalah aku tidak dekat dengan buku catatanku sendiri. Sebetulnya ada apa dengan buku catatanku?

Lain dari biasanya, tahun 2013 ini aku memakai buku agenda dari sebuah produk. Desainnya bagus, bentuknya juga bagus, tidak ada masalah dengan itu. Tidak terlalu tebal, cukup ringan dibawa kemana-mana. Ada kalender, lembar komitmen, kalender, bahkan dilengkapi dengan monthly schedule yang menjadi pembatas antar bulan. Template lengkap. Lalu dimana masalahnya?

Kurasa aku tidak menyukai adanya monthly schedule template yang menjadi pembatas (apalagi ada iklannya, hehe konsekuensi sih). Rasanya mengganggu saat aku mau menulis, kemudian terpotong oleh pembatas itu. Jadi malas. Haha.

Lalu apa aku tidak butuh monthly schedule? Tidak juga, hanya penempatannya kurang pas. Toh Monthly schedule aku sudah punya yang terpisah.

Jadi yang aku butuhkan:
1. Buku polos biasa
2. Sampul, spidol dan kreativitas untuk menghias
3. Kalau mau pake template agenda, ya bikin sendiri aja hehe

Emang rempong bener ya gue begini aja di pikirin dan di posting hehe

7 November 2013

keputusan, kebetulan, keterarahan

Ada saat-saat di masa lalu di mana keputusan telah salah dibuat dan tindakan telah salah diambil.
Terkadang ada gelisah : Tidakkah itu berdampak buruk bagi masa depanku?
Ah, jangan terlalu gelisah. Sang Maha besar telah menutupi dan mengkoreksi begitu banyak kesalahan kita lewat kasih sayang-Nya. Jika bukan karena kasih sayangNya, 
bukankah telah binasa alam ini ulah perbuatan kita?
Jadi istighfar dan bertaubatlah..
Lalu tetaplah optimis
-- Bang Aad, Adriano Rusfi

* * *

Ah, baru-baru saja aku merasakan bahwa banyak keputusan yang sudah salah kuambil.
Sempat terpikir bahwa aku yang disini hanya sekedar kumpulan dari kebetulan-kebetulan yang tidak kuusahakan. Tapi dengarlah ini :

"Setelah jagad raya ini memberikan apa yang dia inginkan, dia justru mengembalikannya. Akhirnya dia pun mulai belajar kembali, tetapi rasanya lebih sulit dari pada ketika dulu dia mendapat banyak peristiwa "kebetulan". Salah satu hal terpenting…  adalah kita kurang serius dalam menanggapi berbagai kemungkinan bahwa jagad raya ini akan membantu rencana-rencana kita yang sedang kita kembangkan. Kita menjadi lebih berani untuk coba melakukan..., tetapi kita tidak ingin alam semesta benar-benar membantu kita."
--Julia Cameron dan Mark Bryan, Meniru Kreativitas Tuhan

Jleb!
Tidak ada sebutir debu pun yang kebetulan, Allah yang mengaturnya. Semua hal yang sudah dilalui, baik buruknya, kepuasan atau penyesalan, semua adalah bekal buat masa depan, yang bila tidak saat ini tidak bisa, suatu saat akan sangat kau syukuri.

Bukankah kita tinggal berbaik sangka bahwa semua ini skenario terindah yang sudah Allah siapkan??
Yakin kalau Allah memang punya maksud padamu, bahwa semua yang terjadi padamu adalah sebaik-baik takdirmu.

7 November 2013 

waktu #1 : taubat si tukang telat

Bismilllah..

Ada dua hal yang mendorong saya harus merampungkan tulisan ini:
1. Saya tukang telat yang ingin tobat
2. Membaca buku Agus Mustofa yang berjudul "Tahajud Siang hari, Dhuhur Malam Hari" (buku ini sepertri nya akan di bahas di lain waktu :D)

Waktu adalah kehidupan. Tidak menghargai waktu berarti tidak menghargai kehidupan. Saya tertampar, bahwa setiap milidetik yang sering kita sia-siakan, yang sering kita abaikan, mengilustrasikan kebenaran sempurna surat al-ashr. Bahwa pada hakikatnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali yang sadar untuk beriman dan melakukan amal shaleh.

Yah, biasanya orang menulis karena setidaknya punya integritas untuk diteladani. Tapi kali ini, tulisan ini dibuat sebagai langkah awal tobat saya yang tukang telat, untuk lebih menghargai waktu, menghargai kehidupan. Saya sadar, sudah jutaan korban *lebay* berjatuhan akibat sikap saya. Dalam proses penulisan ini pun masih dirasa keleletan saya yang berdampak pada waktu orang lain. Bersama ini saya memohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan, karena sangat tidak mungkin menulis semua korban saya disini, bisa terlalu panjang. Saya berharap kawan-kawan mau saling mendoakan dan memaafkan saya hehe :)

* * * * *

Saya adalah termasuk orang yang sangat meyakini, dan telah membuktikan bahwa ajaran islam adalah ajaran yang bersifat universal. Al-qur'an menyimpan petunjuk universal yang akan berlaku sampai akhir zaman. Bergantung pada kemampuan kita merumuskannya… Dalam buku ini saya hanya mengungkap salah satu bagian tantangan universal itu. Sederhana saja : tentang jadwal shalat dan puasa. Kita bisa melihatnya betapa umat islam perlu merekonstruksi kembali kepahamannya tentang 'waktu'. Sebuah parameter yang oleh Allah dijadikan sebagai sumpah: "Demi masa." (Agus Mustofa)

Sejauh ini, saya mulai sampai pada satu kesimpulan bahwa pemahaman kita terhadap waktu sangat menentukan kualitas diri kita sebagai manusia. Kalau saya bilang waktu itu sangat penting, semua orang pasti juga akan bilang "Ya Iyalah!". Namun pemahaman sebagian orang, termasuk saya ini, belum sampai pada tahap benar-benar memaknai dan mengaplikasikannya pada seluruh kehidupan. Contoh sederhana saja, kalau kita benar-benar mengerti tentang waktu, kita tidak akan pernah sengaja datang terlambat pada suatu pertemuan meskipun tahu bahwa orang-orang lainpun akan terlambat, bukan?

Kemudian saya lalu teringat pada tulisan ustadz anis matta mengenai umur, bahwa umur adalah sebagai batas masa kerja. Kita harus bertanggung jawab pada batas umur kita sendiri. Di dalam batas umur, kualitas hidup kita tidaklah ditentukan pada seluruh umur itu sendiri. Kualitas hidup kita hanya ditentukan pada batasan umur efektif kita. Umur efektif kita adalah saat dimana kita mencapai rasio produktivitas hidup, yaitu apabila 1 unit waktu kita sama dengan 1 unit amal.

Bisa dibilang kita ini hanya numpang lewat di lalulintas waktu yang ada. Bersyukurlah bahwa Kita tidak akan mempertanggung jawabkan seluruh waktu yang Allah hamparkan dari jaman Nabi Adam sampai sekarang. Ya, kita hanya mempertanggungjawabkan usia (waktu hidup) yang diberikan pada kita.

Waktu tidak akan terulang, waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan yang pasti waktu kita akan kita pertanggungjawabkan >,< Mohon jangan bosan mengingatkan >,<

6 November 2013

Kesan pertama membaca buku "Menikah Untuk Bahagia"

image source : http://www.indranoveldy.com/menikah-untuk-bahagia

Aku langsung tercerahkan pertama kali membaca kalimat pengantar dari tulisan mas Mas Indra Noveldy dan mbak Nunik Hermawati dalam bukunya yang berjudul Menikah Untuk Bahagia : Formula Cinta Membangun Surga di Rumah.
 
"Mama, Papa, Ibu, Bapak..
Buku ini kami persembahkan untukmu
Maafkan kami yang terlalu lama berproses.
Maafkan kami yang telah melukai hatimu.
Maafkan kami yang belum bisa membahagiakanmu
Kami tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu
Kami tidak akan pernah mampu
Ridhoi kami..
Ridhoi proses yang telah kami jalani
Kami ingin sekali engkau tersenyum
Melihat kami, anak-anakmu yang sekarang bisa memberi manfaat.."
Sebenarnya itu hanya sebuah rangkaian kalimat persembahan dari sepasang anak kepada orangtuanya, permohonan maaf dan permohonan keridhoan atas segala yang mereka hadapi. Hanya saja, entah bagiku itu juga sangat cocok bila dibaca oleh kedua orangtuaku, makanya aku jadi terpikir untuk 'menghadiahi' mereka buku ini.

Buku ini dibagi menjadi 5 bagian : (1) Tujuan, (2) Mindset, (3) Knowledge and skill, (4) Komitmen, dan (5) berserah. Sekilas aku melihat bahwa subbab-subbab yang ada dapat dibaca secara acak --begitu pula kata penulisnya-- karena tiap subbabnya mengandung gagasan-gagasan tidak runut namun bermakna.

* * * * *

Baru kusadar, aku bahkan belum masuk pada bagian ke-1 dari buku ini, tapi rangkaian kisah yang diberikan @bundanoveldy (mbak nunik) menjawab semua kekhawatiran dan ekspektasiku terhadap buku ini. Tulisannya dimulai dengan beberapa kutipan yang powerfull bagi sebuah pernikahan.

"Kebahagiaan pernikahan tidak diantar malaikat di atas nampan emas ke hadapan anda. You have to fight for it!!"

"The best thing a parent can do for a child is to love his/her spouse."

* * * * *

PERNIKAHAN IMPIAN, NIKMATI PROSESNYA
Aku langsung tertarik ketika beliau menceritakan bahwa adanya turbulensi hebat pada awal-awal pernikahan mereka dan bahkan dikatakan sering terjun bebas menuju jurang perpisahan. Maksudku, kini mereka adalah pasangan yang memberikan relationship coaching, dan tak pernah kubayangkan bahwa mereka mengalami hal itu juga --sebuah pernikahan, tentu saja mengalami banyak permasalahan . Aku jadi bisa menangkap bahwa buku yang kini hadir ini di tanganku merupakan saripati berharga yang diinduksi dari permasalahan-permasalahan mereka, dan punya misi untuk berbagi --agar sepasang suami-istri mampu melalui masa-masa sulitnya.

Ditulis dengan gaya penulisan diary --sangat personal, dari sudut pandang seorang perempuan. Mereka saling mencintai, namun tanpa disadari ternyata saling menyakiti. Kekhawatiranku disebutkan, maka aku semakin merasa cocok dengan buku ini, hehehe..

Kau tahu, bagaimana rasanya bila kita punya suami yang too good to be true, yang impiannya adalah kita? Yang impiannya mewujudkan sebuah keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang? Maka istri adalah impiannya, maka istri sebagai komponen yang berperan besar untuk mewujudkannya.
Dari sudut pandang sang istri, banyak hal yang membuatnya kemudian merasa membunuh impian suaminya!  Beberapa penyesalan dan penyalahan atas kekurangan diri dimunculkan dengan sangat jujur, dan betapa ia berusaha memperbaikinya. Bayangkaaan!

Tapi, a man with a dream will not be denied; and if the dream is big enough, the facts don't count!Begitulah sang istri menggambarkan suaminya, seorang manusia yang menjaga dan bertahan dengan impiannya apapun yang terjadi.  What a though guy!

Aku kemudian mencoba merenung, membayangkan akan seperti apa bahtera pernikahanku nanti. Dua orang yang sangat berbeda dengan isi otak dan mimpi yang berbeda, harus hidup bersama dan berupaya mewujudkan mimpi bersama. Ya, mimpi bersama itu harus ada, bukan sebuah kewajiban melainkan sebuah konsekuensi logis dari sebuah pernikahan, bukan? Mereka memasuki pernikahan dengan impiannya masing-masing, namun bentuk kasih sayang Allah adalah dengan memberinya ujian luar biasa untuk mewujudkannya.

Aku mendapat pelajaran yang luar biasa,bahwa perubahan begitu 'enak' terdengar, namun sering kali kulupakan jatuh bangun proses mempraktekannya. "Tidak ada yang enak dan nyaman dalam proses untuk berubah, tetapi sangat berharga untuk dinikmati..", begitu katanya. Dan bagian yang paling kusuka adalah ini "Dia memberi banyak pelajaran berharga dan membuatku bisa berpikir benar. Seorang suami yang tidak mau memanjakan istri dengan melindungi dari rasa sakit untuk tumbuh."

Dari 10 pelajaran yang beliau tuliskan, 9 nya kurasa terjadi padaku juga. Haha! Kau baca saja ya bukunya hihi

Kemudian aku terkejut karena turbulensi dalam pernikahan mereka membuat sang istri semakin mengenal diri. Turbulensi yang membuatnya terus belajar mendalami karakter diri. Mungkin ini salah satu kekhawatiranku yang lain, tapi kemudian menjadi lecutan untuk segera selesai dengan diri sendiri.


Sebuah upaya pengikatan makna dari pengantar buku MUB
Baru nulis tentang pengantaaar :)

16 Oktober 2013


Mayonaise dan salad ala Supir Angkot


Saya aneh ngga sih, merasa aneh denger pembicaraan abang angkot yang topiknya mayones dan salad? hehe
image source : http://budiboga.blogspot.com/2006/05/resep-salad-mayonnaise-sauce-french.html

* * * *

Pikiran saya tergelitik kala mendengar pembicaraan ringan antara pak supir angkot dengan ibu-ibu. Entah darimana perbincangan dimulai, mereka membahas mayonaise dan salad.

Pak Supir (PS) : … iya, pakai tomat, daun selada dan bengkoang..
Ibu-Ibu (IB) : selada biasa tea?
PS : Iya, yang biasa. Pakai Bombay, dipotong-potong dicampur sama mayones, di aduk-aduk. Mun di urang mah jiga gado-gado kitu. (kalo di kita mah kaya gado-gado gitu)
IB : Oooh.. Iya, iya..
PS : Enak ya bu, aslinya makanan eropa eta teh..

* * * *

Sebuah perbincangan ringan, yang bagi saya entah mengapa begitu mengagetkan. Sebelumnya saya tidak pernah berpikir salad adalah sesuatu yang istimewa. Bukannya sombong, saya sih kan kalo ada kondangan nikahan bisa makan salad berasa gratis! *lemparsepatu*
Bisa jadi pikiran saya masih 'terjajah barat' sehingga berpikir bahwa salad lebih keren dari gado-gado. Saat itu saya hanya berpikir: "wah gaya euy, topik pembicaraannya!"
Kemudian saya takut, semoga pikiran itu bukan pikiran yang lahir dari kesombongan, atau perasaan diri 'lebih' dari yang lain. Astaghfirullah.

8 Oktober 2013

ternyata menulis itu bagi saya...

Menulis itu bagi saya, ternyata merupakan separuh nyawa.
Saya dan beberapa teman yang mengenal saya, sangat tahu bahwa saya sangat suka menulis, ya, literally menulis dengan pulpen dan buku. Mungkin tidak ada yang aneh dengan itu, toh banyak orangpun menulis di buku agendanya.

Saya menulis (dengan pulpen) apapun. Hasil rapat, materi, lintasan pikiran, inspirasi, hikmah, jadwal harian, dll. Menulis membantu saya memahami suatu masalah. Menulis membantu saya mengingat, karena saya akan ingat secara visual, hampir persis apa yang telah saya tulis.

Kebiasan menulis saya, sejauh ini belum membuat saya kemudian memiliki pola pikir yang sistematis. Ya, dalam menulis saya masih abstrak. Meskipun beberapa teman bilang bahwa catatan saya rapi, tapi saya belum berkemampuan untuk membuatnya mudah dimengerti orang.

CARA SAYA MENULIS
Saya masih dalam tahap mencari model pencatatan yang tepat bagi saya. Pernah saya membagi catatan aktivitas saya ke bererapa buku, namun tidak efektif karena jadi tercecer. Pernah juga saya menjadikan 1 buku sebagai kumpulan semua aktivitas saya, merasa mudah tapi terkadang merasa bahwa cara penulisan saya menjadi tidak terorganisir.  Saya berharap dan yakin kepada Allah bahwa suatu saat saya akan menemukan pola penulisan yang  paling sesuai dengan diri saya. Prinsip saya, semua lebih baik bila terdokumentasikan, tidak peduli seberantakan apa.

MENULIS ADALAH INDIKATOR PRODUKTIVITAS
Baru saya sadari, bagi saya menulis adalah salah satu indikator produktivitas. Banyaknya aktivitas/amanah membuat kita lebih butuh mengatur waktu, kemudian merencanakan jadwal jadwal, dan semangat dalam mencari ilmu. Saat itu buku saya penuh dan saya sangat bersemangat.
Namun ketika tak ada kegiatan, tak ada sesuatu yang perlu saya atur, kemudian membuat saya menjadi mager  (malas gerak), dan akhirnya tidak banyak menulis.
Saya bisa tahu dari buku catatan saya, mana masa-masa produktif saya, mana masa-masa  yang kurang bermanfaat. Contoh lainnya, saya punya kebiasaan menuliskan pengeluaran dan pemasukan harian, ketika memasuki masa TA-seminar-sidang, kebiasaan saya perlahan menghilang. Hasilnya? Pengaturan keuangan berantakan, tidak terkontrol dan sering merasa "uangku-lari-kemana-ya". Hehe

Bagi saya, menulis berarti mengawali tekad, merencanakan, memberi perhatian. Merencanakan dengan tulisan berarti peduli dengan kemuliaan yang bisa diraih di masa depan :)

21 September 2013
 

perhatian pada hal kecil

Kenapa sesuatu itu terlihat begitu kumuh?
Kumuhnya tidak terjadi dalam semalam, tapi dari proses panjang yang dibiarkan.
Kalau saja kita mau lebih memperhatikan minimal apa yang menjadi tanggungjawab kita,
Kurasa kekumuhan itu menjadi tidak ada

30 Oktober 2013
19:27:04
Dalam sebuah angkot yang kurang nyaman.

* * * *
Sebenarnya dengan setiap hari berada pada kamar tidur sendiri saja seharusnya pikiran itu bisa terlintas,  hehe. Ga sekumuh banget gitu juga si kamar gue haha! Lintasan pikiran memang muncul kapan saja,
yaa, hikmah ngangkot mayan :)

Thursday, November 21, 2013

mungkin ini saatnya kembali mempedulikan orang lain

Untuk yang pernah merasa seperti ini,
Kau sedih, tak ada orang yang memperdulikanmu. Orang-orang hanya mau berteman dengan teman yang lain. Rasanya tak ada yang mengerti kamu kecuali ada berita kau mati bunuh diri. Temanmu sibuk semua, mereka tidak pernah menghubungimu, mereka tidak pernah mengajakmu pada hal-hal yang bisa dikerjakan bersama. Orangtua? Oh kau bisa berharap apa? Selama ini mereka tidak pernah mengerti dirimu kan? Kau merasa seperti hidup di neraka. Bahkan psikolog ternamapun mungkin akan angkat tangan mengatasi masalahmu.

Langitmu serasa runtuh? Bumi serasa menelanmu? Tidak ada termpat bernaung? Mungkin kau sama denganku?

* * *
Yah, Kurasa ini saatnya kau bertaubat. Kurasa belakangan ini kau terlalu sibuk dengan dirimu sendiri, kau tak lagi memerhatikan teman-teman dan orang di sekelilingmu. Kau lupa dengan hak-hak yang biasa kau tunaikan pada sahabat-sahabatmu. Kau terus mencari solusi jauh di luar dirimu tanpa menyadari bahwa sebenarnya solusimu ada dirimu sendiri.

Yaa, mungkin ini sangat berat, dan kutahu kau masih tak bisa mempercayaiku. Tapi percayalah, ketika kau merasa sangat kesepian dan mengharapkan adanya perhatian dari orang lain, itulah saatnya kau mulai peduli dan memerhatikan orang lain. Sesederhana itu saja.


9 Oktober 2013

kursi artis : berbagi rezeki, berbagi pengorbanan


Rezekimu tidak selalu yang hadir secara nyata di depan matamu, terkadang ia hadir dari pengorbanan orang lain. Pernah menyadarinya?

* * *
Saat itu sudah malam, angkutan umum semakin jarang. Lelah sudah menerjang, dapat duduk nyaman dalam perjalanan pulang sudah terbayang. Segera setelah dapat angkot, saya upayakan dapat duduk senyaman mungkin, walaupun hanya dapat duduk di kursi artis.

Daripada bengong, sepanjang perjalanan, saya fokus terus sama telepon genggam. Yang penting saya bisa duduk nyaman, ngga mengganggu orang toh?

* * *

Saya lupa persisnya kapan, saat itu angkot yang ditumpangi sudah terisi penuh, hanya tersisa satu kursi kosong di depan pintu, di kursi artis. Saya sendiri duduk tepat dikursi itu, hanya bersiap berbagi sedikit bila kemudian ada penumpang.

Tak lama seorang remaja berukuran agak besar masuk dan duduk tepat disamping saya, di tempat yang rawan jatuh itu. Sebagai penumpang baru, tentu dia berusaha untuk duduk dengan nyaman. Menjaga barang bawaannya agar tidak jatuh dan mulai tenggelam dalam aktivitasnya dengan telepon pintarnya. Saya hanya bisa "setengah duduk " menahan pegalnya kaki yang menumpu sebagian berat  badan, tanpa berkata apa-apa namun jadi memkirkannya sepanjang perjalanan pulang.

* * *

Mungkin kau akan ingat pada para petani padi, penjual beras dan penemu ricecooker atas nasi yang ada di piringmu
Mungkin kau akan ingat pada petani kelapa, pemanjatnya, penjualnya, pelepas sabutnya, pemecah batoknya, pemarut daging kelapanya, pengekstrak santannya dan pembuat cendol atas segelas cendol dingin segar bersantan yang kau minum di terik matahari

Kita itu banyak ngga tau nya. Bersyukurlah atas skenario Allah yang indah


Kamar, 3 Oktober 2013
22:16

Being an assistant

Bismillah..
Bagi kebanyakan orang mungkin, menjadi asisten merupakan suatu hal yang biasa saja. Mendaftar, diterima,  jalani. That's all. Tapi tidak bagi saya. Entah mengapa baru pada tahun ke 4 saya menjadi asisten praktikum.

Semester 8 kemarin saya menjadi asisten Praktikum Proyek Tumbuhan, mendampingi adik-adik Biologi angkatan 2011. Itu sangat menyenangkan! Semester 8 itu saya dengan lebay dan sebetulnya-tidak-perlu-nya mengambil 20 SKS, padahal seharusnya fokus saja pada TA. Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah keduanya bisa saya jalani.

PRG, alin, desy, silato, dikdik, rahman, ita, levi, fii, (tami nyempil), tria, ani, friska, ganjar, riksa, dan nida, era, mamik. (Foto di Taman Bunga Nusantara)

Yak, 1 semester udah berlalu. Praktikum kali ini peraturannya ketat banget. Kalo telat masuk ngga boleh praktikum; laporan ngga ada literaturnya, diminus banyak, dll. Ketat, tapi kondisinya memang harus seperti itu :) Terimakasih  dan maaf kepada Madame Tria sebagai pimprak telah memimpin kami dengan sangat galak disiplin :P Sangat saya syukuri karena turbulensi Projek tumbuhan ini memang membutuhkan kedisiplinan tinggi dari seluruh asisten (terutama saya yang lenje-lenje -_-). Superduper terimakasih banyakk :')) Juga pada para asisten yang selama bekerja bersama banyak kekurangan yang saya lakukan, banyak merepotkan. mudah-mudahan pilihan kita menjadi asisten tidak hanya menambah pengalaman, tapi juga menambah berat timbangan kita kelak yaa.. aamiin..
Terimakasih juga pada bu rizkita, yang dengan ini saya jadi tahu betapa beliau sangat care pada anak-anak didiknya :')

* * * *
Yang paling saya sukai dari menjadi asisten adalah interaksi dengan adik-adik. Bahwa kita menjadi kakak yang harus lebih banyak ilmunya memang iya, namun mengkomunikasikan pada adik-adik begitu menyenangkan. Saya jadi teringat pada mentoring yang pernah saya lakukan, bersyukur bahwa dengan itu saya sedikit-banyak terasah kemampuan berbicaranya dan setidaknya lebih PD.

Dengan menjadi asisten praktikum, kita menjadi lebih kenal dengan angkatan tersebut. Semakin banyak kenal, semakin banyak peluang manfaat yang bisa dibagikan, insyaallah.

 Kelompok 5 pencil kya kyaaaaa :* Gina, mery, uli, bejo, idir. (di taman bunga Nusantara juga)

Selamat atas sabetan PROTUM award, sebagai salah satu kelompok terbaik dan presenter terbaik :D
Maaf banyak sekali kekurangan saya sebagai asisten pencil >,< Terimakasih atas kebersamaannya :')

Alhamdulillah :)

Kamar, 21 Mei 2013

Friday, October 25, 2013

suatu saat :')

Ada sebuah tembok yang kuat
Di sekelilingku yang melindungiku
Dibangun dari kata-kata yang kau ucapkan padaku

Jiwa yang terlindung akan cepat bertumbuh dan berbuah. Sederhana saja. Karena hakikat cinta selamanya hanya satu: memberi. Memberi semua kebaikan yang tersimpan dalam jiwa. Melalui tatapan mata, kata atau tindakan. Jika kita terus menerus memberi maka kita akan terus menerus menerima. Pemberian jiwa itu menghidupkan kekuatan kebajikan yang sering tertidur dalam jiwa manusia. Seperti pohon: pada mulanya ia menyerap matahari dan air, untuk kemudian mengeluarkan semua kebajikan yang ada dalam dirinya: buahnya keindahan.

Dalam rumah yang penuh cinta itu kita menemukan rasa aman, kenyamanan dan kekuatan untuk terus bertumbuh. Itu sebabnya rumah yang begitu seperti menghadirkan surga dalam kehidupan kita. Rumah itu pasti utuh. Dan Abadi. Adakah doa cinta yang lebih agung daripada apa yang diajarkan sang Rasul kepada kita di malam pertama saat kita meletakkan dasar bangunan hubungan jiwa yang abadi? Letakkan tangan kananmu di atas ubun-ubun istrimu, lalu ucapkan doa ini dengan lembut:

“Ya Allah, aku mohon pada-Mu kebaikan perempuan ini dan semua kebaikan yang tercipta bersama penciptanya.”

--Anis Matta –

Sujud dalam shalat : Bentuk Penyerahan Diri Ideal Manusia

"Titik balik terjadi ketika salah satu teman mengajak aku ke masjid. Ini pertama kalinya aku masuk masjid. Aku ikut pertemuan dengan belasan perempuan Pakistan. Mereka duduk mendengarkan khotbah. Seusai khotbah, teman mengajakku untuk tinggal sebentar karena ia hendak salat. Ini pertama kali aku melihat Muslim Salat.

Dan aku sangat terkejut. Aku melihat dia berdiri, lalu bungkuk, lalu berdiri, lalu tiba-tiba merendahkan diri. Meletakkan kepalanya di lantai untuk menyembah Tuhan. Aku bagai tersengat petir. Ini, aku pikir saat itu, penyerahan diri yang aku cari sepanjang hidup. Bagaimana seseorang bisa dengan pasrah meletakkan kepalanya di lantai untuk menyembah Tuhan! Kepala yang setiap hari kita junjung tinggi. Aku kira detik itu juga aku menemukan bentuk penyerahan diri yang ideal dari manusia. Sujud.

Tiga bulan sebelum ulangtahunku yang ke-17 aku akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Aku masuk Islam 4 september 1998. Aku bangga menjadi muslimah. Aku belajar puasa. Aku berhijab. Aku menyadari hidup ini singkat. Bagaimana singkatnya hidup? Gampang. Lihat saja batu nisan. Ada garis pendek di antara tanggal lahir kita dan tanggal kita meninggal dunia. Garis pendek itu menandakan betapa pendeknya umur manusia di dunia. Karena itu kita harus mengisi dengan penyerahan diri kepada tuhan. Kita diberi pilihan. Saya memilih islam dan menyerahkan diri ke Allah."

-- Sarah Joseph, Mualaf, Muslimah Inggris pendiri Majalah Emel (Muslim Life) bersama suaminya. Majalah populer islami, majalah gaya hidup Muslim dengan desain yang berani dan topik yang cerdas.
(Dikutip dari majalah Janna, Republic of Youth edisi februari 2013)

* * * *

Kita butuh inspirasi dari pandangan orang di luar kita, agar hal luar biasa yang biasa kita lakukan menjadi lebih bermakna.

Pelesiran
29 Mei 2013

buku tentang kematian

Menarik.

Saya seneng banget baca buku. 2 hari lalu saya merasa bosan dengan buku bacaan yang ada di kosan (padahal emang cuma dikit). Rasanya pengen beli buku tapi apa daya lagi harus berhemat.
Esok harinya, datang rini bawain buku buat saya pinjem. Waktunya pas.
Sebelumnya emang udah minta pinjeman sih, tapi ya itu, waktu dapet bukunya pas banget.

Hati kita bisa terbulak balik, bisa mengeras bisa melunak.
Wajar ketika sedang tidak lunak, saya mencoba berbagai upaya untuk melunakkan hati.
Percaya atau tidak, beberapa upaya yang saya lakukan adalah dengan menonton video-video kematian, video simulasi alam barzakh bahkan, dan berpikir untuk pergi ke bang irfan di gelap nyawang dan tanya "bang, mau beli buku tentang kematian."
Serem ga tuh? hehe
 
Eh tadi sore karena ga jadi mrivat, spontan aja dateng ke pengajian butterfly. Sama sekali ga direncanain, ternyata yang dikaji tentang kematian.
 
Btw dapet referensi buku bagus dari Ust asep : Memaknai Kematian (Jalaludin Rakhmat)
Belum tau isinya seperti apa, cari ah..

Pelesiran 20,
15 Mei 2013

nodong komputer operator warnet

Kalau kepepet, semua bisa dijabanin ya.

Ini kisah waktu saya masih nge-kost di pelesiran.
Saat itu saya harus ngirim file tugas lewat internet. Di kost lagi ga bisa, maka berjalanlah saya ke warnet terdekat (pelesiran). Warnet itu satu-satunya di sepanjang gang, dan komputernya emang terbatas.

Yang saya khawatirkan terjadi, semua penuh. Tapi saya harus ngirim.
Lalu..

"a, ada yang kosong?"
"penuh teh."
"hmmm… boleh ikut ngirim dulu ga? Aduh maap ya aa" #nodong

Dan si a'a penjaga warnet beranjak dari kursinya, mempersilakan saya duduk dan memakai komputer operator! -_-
"waah. Makasih a, maap ngerepotin.."

Sembari make komputer operator, saya disangka mbak-mbak operatornya hehe.

Ga lama setelah itu saya lebih ngerepotin lagi:
"eh a, ko mozilla nya ga bisa ya?"
"eh a, ini ada yang mau ngeprint"
"eh, LAN nya unplugged a, jadi ga bisa connect. Maap ya a. diapain ya?"

Itulah, The power of kepepet yang agak merepotkan orang.
Setidaknya jadi kenal sama si a'a. Kalau mampir ke warnet situ, nama penjaganya a'Lendra. (suka ganti-ganti sih)

Takdir Allah loh, ini cara saya kenalan sama beliau. Mungkin kalo ga nekat gini, seumur-umur tinggal di pelesiran ga kenal sama penjaga warnet sini. Hehe
:">

Pelesiran 20a
Ahad, 5 Mei 2013
#baru di post

buku rekomendasi tentang membaca

Sebenarnya saya sempat berpikir bahwa kegiatan membaca yang saya lakukan tidak banyak membuat perubahan pada diri saya. Ya itu benar, kalau berubah yang diharapkan adalah seperti berubahnya para personil power ranger yang begitu singkatnya.

Saat itu ekstremnya, saya memang terus menerus membaca buku yang ada. Pada waktu itu saya sedang bingung mau melakukan apa, tapi ingin waktu dapat terisi dengat manfaat. Jadi ya begitu, saya terus membaca.

Tapi akan beda, ketika kamu membaca buku-buku yang "bergizi", yang tulisannya bukan sekedar susunan huruf atau kata tapi pikiran. Pak hernowo mengistilahkannya dengan membaca pikiran pengarang, bukan sekedar huruf.

Saya tidak berlebihan dengan merekomendasikan buku-buku beliau sebagai bacaan yang bergizi. Buku yang sudah saya baca judulnya Mengikat makna dan Vitamin T. Serius deh, saya ngga berlebihan soal ini.

Salah satu yang saya pelajari adalah bahwa membaca itu bahkan punya seni tersendiri, yang memang butuh proses untuk mempelajarinya.

Sebelum baca buku-buku beliau, saya berpikir bahwa saya sudah bisa membaca. Ternyata, kegiatan membaca yang bermanfaat dan mampu mengubah adalah bukan hanya ketika kita bisa membaca rangkaian huruf-huruf, tapi dapat mengambil makna dari apa yang kita baca.
Hal simple saja. Sekarang saya jadi berpikir bahwa banyak kata-kata yang dulu saya pikir sudah saya pahami karena sudah dibaca, ternyata tidak saya pahami. Kata-kata yang membanjiri kita sejak kecil, ketika tidak benar-benar dipahami, tentu tidak akan banyak mengubah apa-apa.

Singkat saja.
Kalau ada kesempatan ikut pelatihannya beliau, mau bangett! :D

26 Maret 2013
#baru di post

thanks to Layla !


Just be yourself, me !
Don't you shy if you love hellokitty and also like pink color  at this age, no matter!

I know that I love to doing something new.
Everything that makes me fresh,
Go outside, looking for inspiration to get.
Yeah, I must feel and try!

After graduation, actually I don't know exactly what am I going to do
I want to be a teacher in Indonesia Mengajar at 2014
Who can inspiring them with discovering their dream.
Because of that, I must trying hard to discover my self and express everything that I want to express

About the job after graduated,
Tobe honest, I just want to feel much experiences!
I want to travel around!
Yeah, I must live it

*my random english shouting
We all doing mistake, and I didn't care if my english text was bad haha
I'll keep it try hard :D

*** thanks Allah, inspiration come. Hello Layla! You are so incredible!

Pelesiran 20
15 Februari 2013
#baru di post hehe

harga secuil celah gerbang

Ide tulisan yang terpikir karena di Kampus ITB, gerbang belakang sudah tidak dibuka. Kami harus lewat gerbang SBM atau Gerbang Batan.

Awalnya kerepotan,  karena suka lupa hehe. Kalau malam daerah gerbang ini sepi, penjaga satpamnya suka ngga ada, serem juga.
Sampai sekarang saya juga belum tahu pasti alasan ditutupnya gerbang utara. Beberapa waktu sebelumnya juga parkiran Utara ditutup, jadi dari sepanjang dayang sumbi untuk bisa masuk ITB harus jalan sampe gerbang SBM.

Hello, PKL Dayang Sumbi!
Setelah kejadian PKL dayang sumbi beberapa pekan lalu, disana sekarang sudah dibangun kembali saung-saung bambu yang telah rapi dan dinomori. Ada plang besar yang menunjukkan bahwa mereka adalah kumpulan PKL dayang sumbi. Pedagang yang memakai gerobak dorong pun tetap berjualan di depan gerbang walaupun kini akses keluar udah ga bisa lewat situ.

Sekarang kondisinya, Tunnel menuju sabuga semakin ramai, di Tunnel sekarang ada koperasi, ATM BNI, dan tempat fotokopian. Kantin-kantin nya juga semakin ramai, dan parkirannya juga sepertinya lebih ramai. Istilahnya segala kebutuhan disediakan disitu.  Lama-kelamaan sepertinya akan jadi pusat kegiatan.

Back to the topic,
Sekarang saya kepikiran, itu bangunan saung PKL dayang sumbi yang udah rapi itu gimana nasibnya ya?
Gerbang utara yang dulunya dibuka (sebagai celah sempit pejalan kaki mahasiswa,  tapi akses utama keluar) sekarang digembok, ga ada yang bisa lewat. Otomatis akses ke daerah PKL dayang sumbi juga semakin sulit, y a kan?

Sebuah celah sempit biasa, tapi kalau hal lainnya (tunnel mulai ramai, parkiran utara ditutup, gerbang utara ditutup dll) di desain sesuai yang diinginkan, mungkin lama kelamaan mahasiswa akan mulai terbiasa dan kemudian lupa dengan apa yang terjadi di daerah PKL dayang sumbi.


================================

Bandung, 13  Februari 2013
#baru di post