Friday, November 22, 2013

Kesan pertama membaca buku "Menikah Untuk Bahagia"

image source : http://www.indranoveldy.com/menikah-untuk-bahagia

Aku langsung tercerahkan pertama kali membaca kalimat pengantar dari tulisan mas Mas Indra Noveldy dan mbak Nunik Hermawati dalam bukunya yang berjudul Menikah Untuk Bahagia : Formula Cinta Membangun Surga di Rumah.
 
"Mama, Papa, Ibu, Bapak..
Buku ini kami persembahkan untukmu
Maafkan kami yang terlalu lama berproses.
Maafkan kami yang telah melukai hatimu.
Maafkan kami yang belum bisa membahagiakanmu
Kami tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu
Kami tidak akan pernah mampu
Ridhoi kami..
Ridhoi proses yang telah kami jalani
Kami ingin sekali engkau tersenyum
Melihat kami, anak-anakmu yang sekarang bisa memberi manfaat.."
Sebenarnya itu hanya sebuah rangkaian kalimat persembahan dari sepasang anak kepada orangtuanya, permohonan maaf dan permohonan keridhoan atas segala yang mereka hadapi. Hanya saja, entah bagiku itu juga sangat cocok bila dibaca oleh kedua orangtuaku, makanya aku jadi terpikir untuk 'menghadiahi' mereka buku ini.

Buku ini dibagi menjadi 5 bagian : (1) Tujuan, (2) Mindset, (3) Knowledge and skill, (4) Komitmen, dan (5) berserah. Sekilas aku melihat bahwa subbab-subbab yang ada dapat dibaca secara acak --begitu pula kata penulisnya-- karena tiap subbabnya mengandung gagasan-gagasan tidak runut namun bermakna.

* * * * *

Baru kusadar, aku bahkan belum masuk pada bagian ke-1 dari buku ini, tapi rangkaian kisah yang diberikan @bundanoveldy (mbak nunik) menjawab semua kekhawatiran dan ekspektasiku terhadap buku ini. Tulisannya dimulai dengan beberapa kutipan yang powerfull bagi sebuah pernikahan.

"Kebahagiaan pernikahan tidak diantar malaikat di atas nampan emas ke hadapan anda. You have to fight for it!!"

"The best thing a parent can do for a child is to love his/her spouse."

* * * * *

PERNIKAHAN IMPIAN, NIKMATI PROSESNYA
Aku langsung tertarik ketika beliau menceritakan bahwa adanya turbulensi hebat pada awal-awal pernikahan mereka dan bahkan dikatakan sering terjun bebas menuju jurang perpisahan. Maksudku, kini mereka adalah pasangan yang memberikan relationship coaching, dan tak pernah kubayangkan bahwa mereka mengalami hal itu juga --sebuah pernikahan, tentu saja mengalami banyak permasalahan . Aku jadi bisa menangkap bahwa buku yang kini hadir ini di tanganku merupakan saripati berharga yang diinduksi dari permasalahan-permasalahan mereka, dan punya misi untuk berbagi --agar sepasang suami-istri mampu melalui masa-masa sulitnya.

Ditulis dengan gaya penulisan diary --sangat personal, dari sudut pandang seorang perempuan. Mereka saling mencintai, namun tanpa disadari ternyata saling menyakiti. Kekhawatiranku disebutkan, maka aku semakin merasa cocok dengan buku ini, hehehe..

Kau tahu, bagaimana rasanya bila kita punya suami yang too good to be true, yang impiannya adalah kita? Yang impiannya mewujudkan sebuah keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang? Maka istri adalah impiannya, maka istri sebagai komponen yang berperan besar untuk mewujudkannya.
Dari sudut pandang sang istri, banyak hal yang membuatnya kemudian merasa membunuh impian suaminya!  Beberapa penyesalan dan penyalahan atas kekurangan diri dimunculkan dengan sangat jujur, dan betapa ia berusaha memperbaikinya. Bayangkaaan!

Tapi, a man with a dream will not be denied; and if the dream is big enough, the facts don't count!Begitulah sang istri menggambarkan suaminya, seorang manusia yang menjaga dan bertahan dengan impiannya apapun yang terjadi.  What a though guy!

Aku kemudian mencoba merenung, membayangkan akan seperti apa bahtera pernikahanku nanti. Dua orang yang sangat berbeda dengan isi otak dan mimpi yang berbeda, harus hidup bersama dan berupaya mewujudkan mimpi bersama. Ya, mimpi bersama itu harus ada, bukan sebuah kewajiban melainkan sebuah konsekuensi logis dari sebuah pernikahan, bukan? Mereka memasuki pernikahan dengan impiannya masing-masing, namun bentuk kasih sayang Allah adalah dengan memberinya ujian luar biasa untuk mewujudkannya.

Aku mendapat pelajaran yang luar biasa,bahwa perubahan begitu 'enak' terdengar, namun sering kali kulupakan jatuh bangun proses mempraktekannya. "Tidak ada yang enak dan nyaman dalam proses untuk berubah, tetapi sangat berharga untuk dinikmati..", begitu katanya. Dan bagian yang paling kusuka adalah ini "Dia memberi banyak pelajaran berharga dan membuatku bisa berpikir benar. Seorang suami yang tidak mau memanjakan istri dengan melindungi dari rasa sakit untuk tumbuh."

Dari 10 pelajaran yang beliau tuliskan, 9 nya kurasa terjadi padaku juga. Haha! Kau baca saja ya bukunya hihi

Kemudian aku terkejut karena turbulensi dalam pernikahan mereka membuat sang istri semakin mengenal diri. Turbulensi yang membuatnya terus belajar mendalami karakter diri. Mungkin ini salah satu kekhawatiranku yang lain, tapi kemudian menjadi lecutan untuk segera selesai dengan diri sendiri.


Sebuah upaya pengikatan makna dari pengantar buku MUB
Baru nulis tentang pengantaaar :)

16 Oktober 2013


No comments:

Post a Comment