Menulis itu bagi
saya, ternyata merupakan separuh nyawa.
Saya dan beberapa
teman yang mengenal saya, sangat tahu bahwa saya sangat suka menulis, ya, literally menulis dengan pulpen dan buku. Mungkin tidak ada
yang aneh dengan itu, toh banyak orangpun menulis di buku agendanya.
Saya menulis (dengan
pulpen) apapun. Hasil rapat, materi, lintasan pikiran, inspirasi, hikmah,
jadwal harian, dll. Menulis membantu saya memahami suatu masalah. Menulis
membantu saya mengingat, karena saya akan ingat secara visual, hampir persis
apa yang telah saya tulis.
Kebiasan menulis
saya, sejauh ini belum membuat saya kemudian memiliki pola pikir yang
sistematis. Ya, dalam menulis saya masih abstrak. Meskipun beberapa teman
bilang bahwa catatan saya rapi, tapi saya belum berkemampuan untuk membuatnya
mudah dimengerti orang.
CARA
SAYA MENULIS
Saya masih dalam
tahap mencari model pencatatan yang tepat bagi saya. Pernah saya membagi
catatan aktivitas saya ke bererapa buku, namun tidak efektif karena jadi
tercecer. Pernah juga saya menjadikan 1 buku sebagai kumpulan semua aktivitas
saya, merasa mudah tapi terkadang merasa bahwa cara penulisan saya menjadi
tidak terorganisir. Saya berharap dan
yakin kepada Allah bahwa suatu saat saya akan menemukan pola penulisan
yang paling sesuai dengan diri saya.
Prinsip saya, semua lebih baik bila terdokumentasikan, tidak peduli
seberantakan apa.
MENULIS ADALAH INDIKATOR PRODUKTIVITAS
Baru saya sadari, bagi saya menulis adalah salah satu indikator produktivitas. Banyaknya aktivitas/amanah membuat kita lebih butuh mengatur waktu, kemudian merencanakan jadwal jadwal, dan semangat dalam mencari ilmu. Saat itu buku saya penuh dan saya sangat bersemangat.
Baru saya sadari, bagi saya menulis adalah salah satu indikator produktivitas. Banyaknya aktivitas/amanah membuat kita lebih butuh mengatur waktu, kemudian merencanakan jadwal jadwal, dan semangat dalam mencari ilmu. Saat itu buku saya penuh dan saya sangat bersemangat.
Namun ketika tak ada
kegiatan, tak ada sesuatu yang perlu saya atur, kemudian membuat saya menjadi mager (malas
gerak), dan akhirnya tidak banyak menulis.
Saya bisa tahu dari
buku catatan saya, mana masa-masa produktif saya, mana masa-masa yang kurang bermanfaat. Contoh lainnya, saya
punya kebiasaan menuliskan pengeluaran dan pemasukan harian, ketika memasuki
masa TA-seminar-sidang, kebiasaan saya perlahan menghilang. Hasilnya?
Pengaturan keuangan berantakan, tidak terkontrol dan sering merasa
"uangku-lari-kemana-ya". Hehe
Bagi
saya, menulis berarti mengawali tekad, merencanakan, memberi perhatian.
Merencanakan dengan tulisan berarti peduli dengan kemuliaan yang bisa diraih di
masa depan :)
21 September 2013
No comments:
Post a Comment