Sunday, April 30, 2017

Mengingat Kematian

Masih hangat dalam ingatan kita, sosok seorang qari (pembaca Al-Qur'an) di Surabaya, yang tutup usia saat sedang melantunkan sebuah ayat suci Al Quran.

Mengingatkan saya pada panggilan lembut yang terekam dalam QS Al Fajr 27-30, pada manusia yang shalih :

"Ya ayyuhan nafsul muthmainnah,
(wahai jiwa yang tenang..)

"irji’i ila rabbiki radhiyatam mardhiyyah"
(kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati puas lagi diridhai-Nya)

"Fadkhulii fii Ibadii"
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku

"Wadkhulii Jannatii"
masuklah ke dalam syurga-Ku

* * *

Dua kalimat terakhir pada masa hidupnya adalah dua ayat pada surat Al Mulk 1-2 yang berisi pujian bagi Allah, yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kita tentang amal siapa yang paling baik.

Kalau sudah melihat videonya, muncul pertanyaan di benak saya, dengan sakaratul maut yang "ringan"  itu, apakah beliau termasuk ahli surga? Padahal yang lebih penting adalah bertanya pada diri sendiri, mau seperti apakah akhir hidup kita?

Ustadz khalid basalamah dalam suatu waktu mengingatkan bahwa parameter fisik tidak bisa dijadikan patokan, apakah seseorang khusnul khatimah, atau suul khatimah. Hanya saja, seseorang akan dimatikan Allah bersama dengan kebiasaannya. Maka membiasakan diri pada hal-hal yang baik selama hidup adalah salah satu bukti keyakinan kita  pada kematian. Bahwa ajal akan datang pada ruang dan waktu yang tak pernah disangka sangka.

Hal itu mengantarkan saya menyelami samudera youtube. Hehe. Melihat berbagai cara orang menutup usianya. Ada yang lembut, merasa kesakitan, berteriak, tiba-tiba jatuh, dalam kecelakaan, setelah selfie, saat bermain bola, dan lain lain. Ya, kita tak pernah tahu akan mati dalam keadaan seperti apa.

Sayapun mulai mencari tahu, bagaimana rasanya saat ruh mulai dicabut malaikat :
Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”.
QS. Al Qiyamah: 26-30

Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat kepedihan kematian pada Rasulullullah.
---HR. Tirmidzi kitab Janaiz bab penderitaan dalam kematian (979). Lihat Shahih Sunan Tirmidzi (1/502 no: 979).

* * *

Semoga kita tidak termasuk orang yang seperti ini :
Sesungguhnya hamba yang kafir -dalam riwayat lain- yang jahat jika akan telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka malaikat-malaikat yang kasar akan dari langit dengan wajah yang buruk dengan membawa dari neraka. Mereka duduk sepanjang mata memandang. Kemudian malaikat maut hadir dan duduk di atas kepalanya dan berkata: “Wahai jiwa yang keji keluarlah engkau menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya". "Maka ia mencabut (ruhnya) layaknya mencabut saffud (penggerek yang) banyak mata besinya dari bulu wol yang basah."
--HR. Ahmad (4/2876, 295, 296) dan Abu Dawud kitab Sunnah bab pertanyaan di alam kubur dan siksanya (4753)

Naudzubillah.

Ahad, 30 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day20

Perempuan Bercadar Hitam

Pandangannya terpaku ke sudut ruangan di ruang tunggu sebuah rumah sakit. Perempuan yang dilihatnya terlihat sama cemasnya karena menunggu keluarga di dalam ruang bedah instalasi minor itu, entah siapa yang berada di dalamnya.

Kepalanya dipenuhi berbagai lintasan pikiran; tentang jubah hitam yang dipakainya, tentang bahan pakaian yang digunakan, tentang mencoloknya warna hitam di tengah warna cerah lain, dan berbagai pikiran lainnya

Sembari tetap memandang perempuan itu, jempolnya masih menari di atas layar ponselnya. Sementara dirinya sibuk dengan hal itu, perempuan bercadar hitam itu menunggu sembari melantunkan ayat suci al qur'an.

Ah, terkadang kita begitu sibuk mengurusi orang lain daripada mengurusi diri kita sendiri. Selama masa tunggu itu, mungkin argo pahalanya bertambah, sementara kita hanya sibuk mengomentari dan lupa kalau argo pahala kita juga harus dibuat jalan.

29 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid5 #day19

Friday, April 28, 2017

Kelingking Kaki

Coba tengok sedikit jari kelingking kakimu. Apa bentuknya lurus atau melengkung?
Kalau yang lurus, biasanya kuku kakinya juga rata. Lain lagi yang agak bengkok, kuku nya jadi lebih kecil dan lebih terkesan nyempil.

Kelingkingmu tipe yang mana?
Kalau aku tipe yang agak melengkung. Jadi kalau potong kuku, agak lucu juga liatnya.

Siang ini saya berkesempatan untuk menjaga kakak yang habis operasi di rumah sakit. Saya sedikit berbincang dengan seorang pemuda tentang jari kaki.

Tersengat listrik saat sedang memasang  CCTV, berapa bagian tubuhnya terkena luka bakar. Kulitnya terbakar, dan perlu dilakukan pemindahan kulit ke tempat-tempat yang luka. Area pundak kiri dan pergelangan tangannya "bolong", karena sengatan listriknya ke dalam tubuh dan harus di ambil agar tidak meluas.

Perlu waktu 3 pekan untuk "menambal" kembali luka bolongnya, dengan menempelkan tangannya ke perut dan tak boleh digerakkan. Opsi lain, kalau memungkinkan, hanya ambil kulit dari bagian tubuh yang lain.

Jari-jari kakinya tinggal delapan. Pemuda berusia 18 tahun itu kini sudah tak punya kelingking lagi. Sudah tak bisa lagi sekedar berbincang tentang jenis kelingking yang tadi kita bahas di awal.

Maha Sempurna ciptaan Allah, semoga kita selalu bisa menjadi hamba yang bersyukur.

28 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #day18

Thursday, April 27, 2017

Angkot VS Gojek

Masih ingat demo para supir taksi konvensional tempo hari yang lalu?
Masih ingat juga, demo para supir angkutan kota yang sampai menghancurkan mobil yang disangka transportasi online?

Dunia berubah, perilakunya pun berubah. Saya dulu termasuk pecinta angkot, terlebih karena di Bandung ini opsi tranportasi memang tidak banyak. Transportasi jarak jauh hanya bisa memilih bus atau angkot. Dan jangan tanya pengalaman saya naik bus, bisa dihitung jari.

Sekarang kita dimudahkan dengan adanya gadget di tangan kita. Dunia sudah di tangan, panggil "supir" serasa panggil supir pribadi. Syukur alhamdulillah.

Saya menulis ini sebagai salah satu orang yang pernah begitu bersyukur menjadi pelanggan setia angkutan kota di Bandung. Selain karena merupakan salah satu angkutan termurah, dalam hiruk pikuk dan waktu perjalanan dalam angkot saya justru mendapat banyak pencerahan. (Ini naik angkot atau semedi ya hihi)

Ongkos angkot yang murah meriah, setiap hari merasakan ganti mobil dan ganti karakter supir, ganti suasana perjalanan, ganti teman perjalanan, mengamati berbagai kejadian di dalam maupun di luar angkot, bisa membaca buku dalam perjalanan, bisa tilawah quran, bisa bengong, bisa tidur, tidur sambil baca buku (eh), senyum sama orang ga dikenal, ngobrol sama penumpang lain, ngeliatin macem-macem pengamen, ngeliatin orang sampai jadi bahan tulisan, turun mendadak karena ketiduran (heu), daaaan lain lain. Hal-hal ajaib itu yang bikin saya kangen dengan angkot. Dulu rata-rata perjalanan saya 1 jam untuk ke sekolah atau kampus (bisa 1,5 jam).

Sekarang, setelah menikah dan menjadi emak-emak gendong anak, saya lebih banyak memakai jasa ojek online untuk kemana mana. Lebih cepat, lebih murah (relatif memang). Haidar pun kalau di angkot lebih ngga tahan lama, pengennya gerak-gerak. Kalau di motor kan anteng terpaksa hehe. Sesekali pakai angkot kalau memang jaraknya terlampau jauh, atau hujan. Posisi tempat tinggal saya saat ini juga untuk mencapai angkot butuh jalan agak jauh (manja haha), jadi daripada naik angkot yang ongkosnya lebih murah seribu (misal) dari ojek online tapi harus jalan, saya milih ojek online aja. Hehe

Saya tahu pengelolaan angkutan kota di bandung masih dikelola swasta. Mewajari kemarahan para supir yang pendapatannya jadi berkurang dari sebelumnya. Bukan berarti mereka semua jahat, mereka juga punya keluarga yang perlu dinafkahi. Kalau cara mereka salah dan kelewat batas ya tetap harus ditindak. Saya jadi saksi kok jaman dulu banyak supir angkot yang baik-baik. Namun bagaimanapun juga jaman terus berkembang dan yang ikut beradaptasi dengan perkembangan jaman akan lebih mudah menjalaninya.

Semoga kita masih diberi keyakinan sama Allah, bahwa rejeki sudah dijamin. Menjemputnyalah yang perlu kreativitas, perlu kerja keras, perlu kerja cerdas.

Kamis, 27 april 2017
Hajah Sofyamarwa R
Emak-emak Pecinta Transportasi Umum

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day17

Wednesday, April 26, 2017

Antara Genta, Ireng dan Kaso

Genta selalu terlihat paling hebat diantara teman-teman satu geng nya. Badannya tak terlalu besar, tapi kokoh. Sepertinya dia paling kuat, paling bisa melindungi siapapun. Siapa saja yang berlindung padanya akan merasa aman, kelihatannya.

Siapa sangka dibalik kehebatannya Genta tak berarti apa-apa tanpa bantuan teman-temannya, Ireng dan Kaso. Hanya yang sudah kenal saja yang tahu rahasia mereka, selain itu, mungkin hanya melihat Genta sebagai sosok yang serba hebat. Secara pribadi Genta kuat, namun tak bisa berbuat apa-apa tanpa Ireng dan Kaso.

Tubuh Kaso paling tinggi diantara mereka. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak lama, dan kabarnya kini mulai renggang. Apa pasal? Banyak yang sudah menemukan sosok pelindung yang baru, yang lebih terjamin meski perlu sedikit merogoh kocek untuk perlindungan yang lebih baik.

Tak terbayang kalau nanti akhirnya geng mereka harus bubar. 3 kekuatan buyar, menyisakan diri masing-masing yang belum tentu dipandang orang.

Tapi tidak, selama ada Kaso, mereka bisa bersama. Meski Ireng terkadang harus sakit duluan, mereka masih bisa bersama.

Mereka tak pernah saling iri atas posisi masing-masing. Berdampingan, menguatkan. Tersembunyi, terlihat, saling maklum.

Rabu, 26 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #day16

Mimpi yang Tak Boleh Diceritakan

Pernahkah kalian tidur dan bermimpi buruk? Sampai saat bangun, badan rasanya pegal, dan terekam jelas setiap adegan mimpi buruk tersebut?

Rasa-rasanya semua orang pernah.

Kita tidur, kemudian tiba-tiba kita sudah masuk dalam sebuah scene film, dan tentu saja kita yang jadi pemeran utamanya. Begitu melelahkan, badan pegal, dan tentu saja menegangkan karena genre mimpinya film horor.

Genre mimpi semacam itu, biasanya setiap adegan begitu nyata, dan setiap bangun rasanya ingin sekali menceritakan alur cerita nya pada orang lain. Betapa seru dan menegangkan nya mimpiku semalam!

Terkadang ada bagian-bagian yang lupa, tapi genre mimpi ini biasanya melekat kuat pada ingatan.

Tahukah kalian, betapa sempurnanya syariat Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw? Ada adab yang dibahas terkait tidur, dan bahkan cara kita menyikapi genre mimpi yang thriller. Hehe

Genre Mimpi
Mimpi itu ada tiga: mimpi yang benar, mimpi bisikan perasaan, dan mimpi ditakut-takuti setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak disukainya (mimpi buruk), hendaklah dia melaksanakan shalat.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Ya, bisa terlihat genre mimpi thriller itu masuknya ke jenis mimpi : ditakut-takuti setan. Fix. Mimpi buruk itu datengnya dari setan yang mau nakut-nakutin kita. (Ini rada beda nih feel nya kalau baru bangun, googling, trus dapet fakta ini)

Karena mimpi yang benar datangnya dari Allah, dan mimpi bisikan perasaan juga sepertinya bukan, karena sebelum ini saya ngga nonton film horor. Jadi ya ngga terbayang-bayang.

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, ada seorang Arab badui datang menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang tersebut, “Jangan kau ceritakan kepada orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi”. Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam mimpi” (HR Muslim)

Contoh di atas cukup horor lah ya, seenggaknya kita dapet contoh.

Kalau Bermimpi Buruk
Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya meludah ke kiri tiga kali, dan memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi. Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk kepadanya.” (HR. Muslim)

“Jika kalian mengalami mimpi yang dibenci (mimpi buruk) hendaklah meludah kesebelah kiri tiga kali, dan memohon perlindungan dari Allah dari godaan setan tiga kali, kemudian mengubah posisi tidurnya dari posisi semula.” (HR. Muslim)

Ah, Betapa Allah sangat tahu tabiat kita!
Satu hal yang paling saya pengen lakukan setelah bangun dari mimpi buruk, adalah menceritakan isinya pada oranglain!
Rame atuhlah, plis, masa dibiarin menguap dari ingatan? Bahkan saya yakin itufilm bakal jadi box office kalau dibuat jadi film. Hihi. :p

Kalau udah mimpi buruk, Allah nyuruh kita buat (1) meludah ke kiri tiga kali, (2) berdoa memohon perlindungan kepada Allah (dari kejahatan setan dan dari dampak buruk mimpi) serta (3) jangan menceritakan mimpi itu pada siapapun (meskipun menurut kamu mimpi itu seru banget!) (4) ubah posisi tidur dari semula

Dari situ saya juga jadi tahu bahwa kalo mimpi buruk diceritain ke orang, malah bisa membawa dampak buruk. Ngga mau kan?

Perawi Hadits juga Pernah Mimpi Buruk
Sesungguhnya saya pernah bermimpi yang saya rasa lebih berat dari pada gunung, setalah aku mendengar hadis ini aku tidak peduli mimpi tersebut.”
-- Abu Qatadah

Well said. Sekelas perawi hadits pun pernah mimpi buruk, bahkan pernah peduli dengan mimpi buruknya. Tapi dengan keyakinannya pada aturan Allah, kalau di bilang ngga usah cerita ke orang, ya udah, ngga usah dipeduliin.

Terus Gimana Dong?
Yang sudah terjadi biarlah berlalu. Anggap aja ini reminder buat pribadi, tadi udah babacaan dulu belum sebelum tidur? Udah bener belum adab tidur nya? Mungkin perlu makin rajin lagi dzikrullahnya, biar ngga digangguin setan.

Saya jadi kepikiran tentang film-film horor yang beredar. Apakah ada yang berdasarkan mimpi? Kalau iya, seharusnya ngga dibikin film ya, selain sama rasulullah dilarang nyeritain, juga bisa-bisa nanti berdampak buruk buat dia sendiri.

Ya, biar empunya mimpi aja yang tahu, biarpun menganggap mimpinya tadi kalau dibikin film bisa jadi box office :p hehe

Selasa, 25 April 2015
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #day15

Tuesday, April 25, 2017

Teman "Offline" 2

Sebelum dunia maya (online) menjadi bagian dari kehidupan kita, teman ya teman. Berinteraksi seperti biasa, kumpul diusahakan kumpul, berbincang tatap muka, saling berkunjung, saling memberi salam, saling bekerjasama pada suatu hal, dan sebagainya.

Kini, perubahan jaman menjadi serba online. Dari berbagai grup online yang kita ikuti, kita merasa sudah memiliki banyak teman. Berbincang bebas, saling menimpali, saling berbicara satu sama lain dengan akrab seolah sudah mengenal lama. Padahal kalau akhirnya bertemu, tak jarang pula yang merasa "asing", kikuk. Ya tapi wajar, nama nama yang kita cap sebagai friend di media sosial kita seperti facebook, instagram, atau whatsapp misalnya memang banyak yang baru sekedar kita ingat namanya. Belum ada tatapan muka dan interaksi antar keduanya.

Di samping pemikiran ini, tetap saja masih ada orang orang yang terkoneksi meskipun justru lama tak jumpa di media sosial, atau di dunia nyata. Masih ada orang yang begitu tergerak saling membantu ketika sahabat lamanya itu mengalami suatu kesulitan dalam hidupnya. Masih ada yang begitu peduli dan mendatangi sahabatnya kala orangtuanya sedang ditimpa ujian sakit, misalnya. Masih ada orang yang begitu peduli dan mengajak kawan lainnya untuk turun peduli. Orang seperti ini, rasa kemanusiaannya baik, tapi rasa rasanya ada hal lain selain itu yang menggerakkan hatinya.

Ah iya, kusebut saja orang itu. Tidak semua orang kuketahui seperti itu, makanya kusebut saja dia orang itu.

Orang itu selain punya rasa kemanusiaan yang baik, punya dasar persahabatan yang baik. Walau sudah jarang bertatap muka, jarang bersapa di media sosial, masih menyimpan rasa peduli pada ssahabatnya di tengah kesibukan-kesibukan manusia lainnya.

Ah, apa yang membuatnya berbeda? Sejak dulu persahabatannya tulus, ikatannya dirajut dengan satu simpul tali yang bermuara pada hal yang benar. Bersama-sama dalam tali yang menuju tuhannya, maka meski harus terpisah jarak, tetap dapat dipersatukan oleh Sang Pemilik Hati.

Mari kita tengok sedikit tentang ikatan-ikatan pertemanan kita. Teman-teman offline kita yang dahulu pernah menjadi bagian dari hidup kita. Apa sekedar beraktivitas bersama, atau apa? Mungkin yang bisa kita lakukan adalah memperbaiki mindset kita tentang pertemanan, tentang tali-tali yang kita rajut.

25 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid5 #day14

Monday, April 24, 2017

Teman "Offline"

Banyak sekali perubahan yng terjadi akibat adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat. Generasi menunduk, katanya. Saat ini rasanya begitu sulit terpisahkan dari gadget nya masing-masing. Yang jauh jadi terasa dekat. Yang dekat terasa jauh.

Saya termasuk yang sangat merasakan perubahan itu. Banyak sekali kemudahan yang didapat dari kemajuan teknologi ini. Kini kalau kita butuh sesuatu, bisa dibilang semua bisa diakomodasi oleh sebuah aplikasi di smartphone kita. Pembelian pulsa, pesanan transportasi, pembelian makanan, pengantaran barang, mengaji, mendengar ceramah, mencari informasi, berdiskusi dengan teman satu grup, dan masih banyak lagi hal lainnya.

Beberapa fenomena yang saya alami secara pribadi :
1. Kalau dulu saat sedang ada pertemuan, pulang bersama sering jadi opsi dan diusahakan, sekarang ada transportasi online, semua masing-masing.
Mungkin ini tak berlaku pada semua pertemuan. Tapi ini saya alami betul saat sedang ada pertemuan dengan komunitas baru. Dengan tingkat pertemanan yang belum dekat, ditambah secara pribadi masih malu-malu, pesan transportasi online sudah jadi solusi. Entah gr*b, entah goj*k. Pesan ojek online masing-masing menunjukkan bahwa masing-masing orang tidak akan merepotkan orang lainnya.

Intinya masing-masing bisa pulang, tanpa perlu peduli yang lainnya akan pulang dengan cara apa, atau kemana. Kalau dulu, setidaknya kita harus berjalan dulu ke suatu tempat bersama, lalu menaiki angkutan yang ada. Begitu ya?

2. Pertemuan dengan kawan yang lama tak berjumpa kadang rasanya masih "segan". Selama tak bertemu, mungkin kita saling terhubung dalam sebuah grup whatsapp, atau telegram misalnya. Tapi saat bertemu dengan teman offline kita (padahal ini artinya teman sesungguhnya), tetap perlu pencair suasana. Wajar sih ya.

Saran dari saya (khususnya untuk diri pribadi), benar-benarlah silaturahim secara online person to person. Kalau secara offline mungkin hentikan dulu sejenak aktivitas online nya, dan rasakan betul nikmat silaturahimnya.

Minggu, 23 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

Penulis adalah seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari memang lebih banyak beraktivitas di rumah bersama anak. Sesekali saja  dapat melakukan temu muka dengan teman-teman.

#30dwv #30dwcjilid5 #day 13

Saturday, April 22, 2017

Belajar Makna Proses Dari Ikan Hiu (2)

Masih ingat kan, tentang bayi-bayi hiu dalam kandungan induknya, tempo hari ?

Proses "hebat"nya hiu tidak sesederhana saat ia sampai dilahirkan. Tak serta merta proses "kanibalisme" dalam tubuh sang induk membuatnya menjadi pemangsa laut yang ulung.

Hiu lemon misalnya, saat tiba masanya ia harus melahirkan dua anaknya, ia akan merapat ke pinggiran pantai, dekat kumpulan tanaman bakau. Nanti sang hiu kecil akan berenang sendiri, menuju akar-akar bakau, mencari penghidupan dan berjuang sendirian. Kalau beruntung, ia akan sampai ke area akar-akar bakau dengan selamat, resiko nya tetap ada, sekalipun ia hiu, saat masih kecil ia tetap mendapati adanya predator yang dapat memangsanya.

Jikalau hiu telah berhasil benerang ke bawah akar bakau, ia akan "bermain" dan besar di sana. Menjadi pemangsa, dan turut berperan dalam ekosistem. Ketika ia cukup besar dan kuat, ia akan berenang lebih dalam ke lautan, dan akan kembali sekitar 12 tahun lagi ke akar bakau itu untuk melahirkan calon bayi nya.

Begitulah, ada proses sederhana yang tak selalu dapat kita ketahui. Tapi intinya, proses akan mematangkan kita bila kita sadar penuh. Seekor hiu untuk dapat menjadi predator ulung di lautan juga memerlukan perjuangan dan tempaan. Setiap hal punya tantangannya sendiri. Semua bergantung pada apa yang ingin kita capai, dan seberapa sanggup kita menghadapi segala proses dengan segala tantangannya.

Sabtu, 22 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #day12

Friday, April 21, 2017

Dua Alasan Bergerak

Ada dua hal yang membuat seseorang bergerak. Yang pertama adalah yang sudah bosan dengan segala masalahnya, keterpurukannya. Rasa ingin keluar dari berbagai problematika hidupnya, membuat nya menggurita mencari celah celah untuk dapat segera bangkit dari masalahnya. Energinya mungkin berangkat dari hal-hal yang terkesan negatif, tapi energinya biasanya sangat besar dan dapat menjadi positif.

Yang kedua, yang membuat seseorang bergerak, adalah harapan dan impian. Harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan, harapan untuk menggapai sesuatu yang belum ia capai saat ini. Energinya positif, dan berasal dari hal positif.

Pertanyaan bagi kaum-kaum pertengahan adalah, apakah saya sudah bergerak? Apa yang menggerakkan saya ? Kalau saya belum bergerak, maka apa yang perlu saya perbaiki?

Selamat merancang mimpi :)

#30dwc #day11

Thursday, April 20, 2017

Hujan Tadi Sore

Tiba-tiba air hujan turun begitu deras, disusul kilat petir dan suaranya yang menggelegar. Hembusan angin menambah ramainya suasana di balik jendela kita, anakku. Ya, kita hanya berdua sore itu.

Tak lama, suara di luar semakin semarak. Butir-butir es ikut turun memenuhi jalan dan menyerang atap-atap rumah.

"Mur.. mur..", katamu. Kau mengingatkanku pada beberapa potong pakaian yang masih tergantung di lantai atas rumah kita. Pasrah, aku tak bergeming lebih memilih di sini, bersamamu memelukmu. Tapi kau terus berkata, "mur.. mur.." sembari menunjuk satu lantai di atas kepala kita. Ah baiklah, mari kita ke atas, mengambil yang kita bisa, dan mendapatkan bahwa pintu telah terbuka lebar, membuat sekawanan air telah membasahi ruang tengah lantai atas kita.

"Cakut.. cakuut..", lanjutmu. Disertai ledakan tangisan saat aku sedang melepasmu dari dekapanku. Setelah melakukan yang perlu kulakukan, aku kembali padamu, dan mulai merasakan sesuatu.

Jendela kita ada yang berlubang tanpa kaca. Selembar penutup tipisnya tak mampu menahan gerombolan angin dingin yang memaksa masuk. Air hujannya menyelinap dari bawah pintu, yang tak seperti biasanya. Angin, suara, air, seketika membuat pikiranku membayangkan apa yang terjadi bila jendel ini tak cukup kuat menahan rumah kita.

Aku tak boleh takut, karena kau harus belajar menjadi berani. Aku harus tetap tenang, karena banyak hal di dunia ini yang perlu disikapi dengan ketenangan. Aku harus bersikap seolah semua akan baik saja, karena aku ingin ku merasa bahwa ada perjuangan melawan rasa takut.

Kemudian langit-langit rumah kita terhempas. Kayu rapuh yang sudah seusiaku itu akhirnya tumbang juga. Perasaanku kini semakin tak karuan. Tak seperti biasanya, kini Allah selipkan sedikit rasa takut dalam hatiku.

Sudah pukul dua, dan seketika aku teringat belum mendirikan shalat. Ada saja caraMu mengingatkanku padaMu. Kalau mungkin itu bukan shalat terakhirku, setidaknya aku sedikit agak lebih khusyu dari biasanya.

* * *

Hujan reda, warga berhamburan saling mengabarkan kondisi rumahnya. Memastikan tidak ada suatu kekurangan apapun, termasuk kamu.

Kuharap kelak rasa takutmu akan bermuara pada yang tepat. Berani tak pernah berarti kalau kau tak takut pada yang Maha Besar. Ujian kehidupan nantinya, semoga dapat kau lalui dengan  sabar dan shalat.

* * *
Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” --QS al baqarah 2:155

Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. --QS Al Baqarah 2:153

Kamis, 20 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day10

Wednesday, April 19, 2017

Dari Mata Turun ke Haji : Cara Memandang Orangtua

Katanya kita diharuskan menjaga pandangan terhadap lawan jenis, menundukkan pandangan bagi lelaki dan menjaga aurat bagi perempuan, karena dari mata biasanya turun ke hati. Namun pernah kah kau mendengar tentang pandangan lainnya yang begitu berpahala hingga seperti pahala haji ?

Allah adalah sebaik baik Maha Pencipta, segala yang ada di bumi beserta seluruh isinya, sudah Allah atur sedemikian rupa, meninggalkan lautan hikmah yang perlu kita selami. Seperti nikmat pandangan tadi, ada yang menarik yang perlu kita cermati.

Aku pribadi sejak SMA dulu bukan orang yang sering mengumbar pandangan. Maksudku, aku cukup tahu batasan-batasannya, memandang seperlunya. Bukan karena sudah shalih tentu, tapi sudah pernah mengalami bahwa apa-apa yang kita lihat tentu dapat memengaruhi diri, termasuk hati. Bahkan kalau kita sudah menjaga dan tak memengaruhi hati kita, boleh jadi ada orang yang malah jadi tak terjaga hatinya gara-gara kita.

Kalau pandangan semacam itu menjadi celah dosa, mari kita cari objek lain saja. Pandangan mata kita yang penuh kasih sayang dan kebaikan yang biasanya kita umbar pada orang yang salah, kita alihkan pada yang seharusnya. Aku mau tanya, bagaimana dirimu selama ini memandang orangtuamu di rumah?

Aku baru mengetahui ini setelah menikah, dan kondisinya sudah tidak satu atap dengan orangtuaku. Aku baru tahu, bahwa salah satu adab  sederhana yang seharusnya aku punya adalah memandang orang tuaku dengan pandangan kasih sayang.

"Tidaklah seseorang memandang wajah kedua orangtuanya dengan pandangan kasih sayang. Melainkan Allah memberinya pahala seperti pahala haji yang mabrur lagi diterima."
--Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan dari Ibnu Abbas ra. (5/483)

Masyaallah..
Mungkin banyak dari kita yang tak tahu, sehingga tak bisa mengamalkannya. Mungkin selama ini kita sekedar melihat mereka saja sebagai objek penglihatan mata, tanpa diiringi suatu rasa. Bahkan terkadang ada saja hal-hal yang membuat kita memandang kesal atau sebal lantaran sedang berkonflik dengan orangtua. Mari beristighfar sebanyak-banyaknya, sebenar-benarnya.

Aku yakin, kau dan aku juga pasti pernah memandang orangtua dengan diiringi rasa. Entah sedih, entah senang, entah kagum, entah kesal, atau apapun. Hanya saja, aku jadi benar-benar takjub karena apa-apa yang Allah perintahkan pada kita, memang pasti ada alasannya, ada hikmahnya. Pandangan kasih sayang harus bisa kita usahakan muncul, betapapun perlakuan orangtua kita pada kita. Tahu kenapa ? Karena keberuntungannya ya untuk kita sendiri. Dan efek baiknya mungkin akan tercipta bagi hubungan antar orangtua dan anak. Sudah cukup tahu kan, bagaimana seru nya orangtuamu mengasuhmu saat kau kecil, saat kau belum bisa apa-apa ?

Pahala haji mabrur katanya, mahal harganya. Hasil kolaborasi fisik, mental, ruhiyah, dan harta bagi yang menjalaninya. Bahkan yang berangkat haji berkali-kali belum tentu mendapat pahala haji yang mabrur dan diterima Allah. 

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda, "Apabila orangtua melihat anaknya kemudian merasa gembira, maka si anak memperoleh pahala membebaskan satu orang budak." Ditanyakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, bagaimana jika orangtua melihat anaknya tiga ratus enam puluh kali?" Beliau menjawab, "Allah Maha Besar."
--diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Ibnu Abbas ra (sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh al Haitsami 8/156)

Maka ternyata ladang pahalamu tak jauh, dekat saja di dalam rumah. Mudah saja, tak sulit. Berusaha saja dan jalani prosesnya.

Para ulama mengatakan, "keshalihan datangnya dari Allah. Sedangkan adab datangnya dari orangtua."
-- diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al-Adab al-Mufrad (1/731) dari al Walid bin Numair, bahwa itu yang didengar dari bapaknya

Dan sebagai orangtua, ini merupakan catatan luar biasa yang perlu diperhatikan. Semua adab itu berawal dari orangtua, dari cara orangtua memperlakukan anaknya. Anak mungkin akan berusaha melakukan yang terbaik, tapi orangtua pun harus lebih baik lagi.

* * *
Jadi mungkin frasa "dari mata turun ke hati" bisa kita ganti dengan "dari mata turun ke haji" hehe. Kita ingat bahwa pandangan bisa membawa kita pada hal yang tidak baik, baik, dan sangat baik. Pilihan di tangan kita ^^

Kamis, 20 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid5 #day9 #30dwchajah

Dari Mata Turun ke Haji : Cara Memandang Orangtua

Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam bersabda, "Apabila orangtua melihat anaknya kemudian merasa gembira, maka si anak memperoleh pahala membebaskan satu orang budak." Ditanyakan kepada beliau, Wahai Rasulullah, bagaimana jika orangtua melihat anaknya tiga ratus enam puluh kali?" Beliau menjawab, "Allah Maha Besar."
--diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Ibnu Abbas ra (sanadnya hasan sebagaimana dikatakan oleh al Haitsami 8/156)

"Tidaklah seseorang memandang wajah kedua orangtuanya dengan pandangan kasih sayang. Melainkan Allah memberinya pahala seperti pahala haji yang mabrur lagi diterima."
--Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan dari Ibnu Abbas ra. (5/483)

Para ulama mengatakan, "keshalihan datangnya dari Allah. Sedangkan adab datangnya dari orangtua."
-- diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al-Adab al-Mufrad (1/731) dari al Walid bin Numair, bahwa itu yang didengar dari bapaknya

Tuesday, April 18, 2017

Anak Elang yang Bertahan Hidup

Setelah kemarin kita belajar dari hewan mematikan di lautan, sekarang mari kita naik sedikit dan mengudara. Mencoba mengepakkan sayap bersama seekor burung elang, siap ?

Ingatanku melayang pada masa ketika aku kuliah lapangan di sebuah taman nasional, waktu kuliah dulu. Kala itu, terbangnya burung elang di atas kepala kami adalah hal yang begitu dinantikan. Ya, di daerah yang masih liar, dimana salah satu hewan penguasa udara, bebas berlalu lalang. Jumlah nya yang sedikit, memang membuatnya tak mudah ditemui sembarangan. Bukan di perkotaan semacam tempat tinggalku saat ini.
    
"Itu! Itu ada elang! Pinjem binocular nya! Foto, foto! Gantian, dong! Waah, masyaallah bagus, ya.."

Terlihat dari ketinggian, sayap burung elang yang membentang lebar. Terbang memecah ruang dengan sangat anggun. Pada beberapa kesempatanpun, kami bisa melihat burung elang yang sudah bertengger di dalam sarang gagah. Ah, kini aku mengerti mengapa beberap temanku begitu menyukai kegiatan pengamatan burung. Ada keindahan yang memang ditawarkan.

Kalau kau pernah dengar istilah mata elang, itu karena memang mata elang begitu awas. Jarak pandangnya bisa sampai 1,5 km untuk memonitor mangsanya. Paruhnya yang  membengkok, dan kaki nya yang kuat mampu mencabik dan mencengkram hewan besar sekalipun.
Kali ini, mari kita lihat salah satu species elang yang banyak di bagian utara bumi ini, Elang Emas (Aquila chrysaetos). Tubuhnya besar dengan warna bulu cokelat tua menambah nuansa kegagahannya. Nama emasnya muncul dari warna bulu di kepala yang sedikit lebih terang dan berwarna emas.


Siapa yang sangka masa kecil sang elang  emas itu dibalut bulu putih yang terlihat ringkih. Hasil perkawinan ayah elang dan induk elang membuahkan sekiranya 4 buah telur untuk diperjuangkan. Tak menetas bersama, telur pertama yang lahir mendapat euforia sebagai anak tunggal, dengan curahan perhatian dan makanan untuknya seorang. Namun tak lama euforianya sedikit berkurang ketika sang adik kemudian menetas ke dunia.
Adik barunya kini mendapat perhatian lebih. Sang kakak harus bersedia berbagi sarang dengan adik barunya, termasuk berbagi makanan. Ada masa ketika induk elang pergi mencari makanan, muncullah kesempatan. Merasa eksistensinya terancam, sunatullah, proses kudeta dimulai. Si sulung tak segan mendorong-dorong adik hingga jatuh dari sarang yang tinggi. Kini segala perhatian, makanan, lapangnya sarang, semua tercurah padanya.

Fokus.
Kondisi fokusnya membuat pertumbuhan dan perkembangan kakak elang menjadi optimal.


"Kendati terlihat kejam, perilaku tersebut berguna untuk menjamin bahwa akan selalu ada anakan yang bisa bertahan hidup sampai besar dalam kondisi makanan langka & tidak cukup untuk membesarkan beberapa anakan sekaligus." --Rep. Eusosialis Tawon

* * *
Masyaallah, menarik ya ?
Maka elang-elang yang berhasil kita lihat itu, sudah memulai seleksi alamnya sejak kecil. Meskipun tak dikaruniai akal, namun sudah punya insting alamiah untuk mempertahankan eksistensi diri.

Semoga kita sebagai manusia bisa memaksimalkan potensi akal, fisik, dan jiwa untuk terus bisa berkarya dan berupaya menjadi yang terbaik dengan cara-cara yang terbaik dan mulia :)

Selasa, 18 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.


* * *
Terimakasih atas inspirasi dari tayangan Rimba Pemburu hari senin (17 April 2017) lalu. Saya jadi ingat kawan-kawan seperjuangan di biologi ^^

* * *
Sumber kutipan :
http://www.re-tawon.com/2011/04/elang-emas-elang-raksasa-yang-disegani.html?m=1

Sumber Gambar :
Golden eagle feeding on red fox carcass
© Wild Wonders of Europe / Widstrand / naturepl.com
http://www.arkive.org/golden-eagle/aquila-chrysaetos/image-A19491.html

Golden eagle chick in nest
© Laurie Campbell / lauriecampbell.com
http://www.arkive.org/golden-eagle/aquila-chrysaetos/image-A15721.html

Monday, April 17, 2017

Belajar Makna Proses dari Ikan Hiu

Ada yang tahu kah, kenapa hiu bisa jadi salah satu hewan paling mematikan dan menakutkan di lautan ?

Tayangan Rimba Pemburu di televisi siang tadi membuatku terkejut. Ternyata dibalik kegagahan seekor hiu spesies tertentu, terdapat fakta-fakta menarik yang membuatku jadi paham : bahwa proses, seringkali tak mengkhianati hasil.

Perlu kita tahu bahwa species ikan hiu bermacam macam, dan punya cara berkembang biak yang juga tidak sama, hiu macan pasir misalnya. Jenis hiu ini berkembang secara ovovivipar : bertelur, kemudian melahirkan. Yang membuatku terkejut, adalah ternyata bahwa telur telur pertama yang menetas di rahim sang induk, akan memakan telur-telur lain yang ada (baik yang belum dibuahi, ataupun adik-adiknya). Ya, kanibalisme antar saudara.

Telur yang menetas dan menjadi hiu itu akan saling mempertahankan diri, memakan telur lain dan berkembang menjadi lebih besar daripada sebelumnya, masih dalam tubuh sang induk. Pada akhirnya, dari sekian telur yang ada, hanya sekitar 2 yang dapat lahir dan dapat sukses menjadi pemangsa ulung.

* * *

Hiu sudah ditempa kemandiriannya, ketahanannya mempertahankan diri, sejak ia menetas, bahkan sebelum ia dilahirkan di lautan bebas. Bayi hiu pertama yang menetas dengan baik dalam rahim induk, bisa memakan telur-telur lain hingga hanya yang terkuatlah yang lahir.

Bukan tanpa alasan, karena semenjak ia dilahirkan nanti, ia akan mencari makan sendiri tanpa "disuapi" orang tua nya. Ia harus mandiri, hidup tangguh sendiri mengahadapi samudera lautan yang luas. Hanya hiu-hiu yang kuat lah yang kita lihat di lautan saat ini, hiu-hiu yang dengan izin Tuhannya belajar bertahan hidup bahkan dengan memangsa saudara sendiri, bersaing untuk dapat hidup.

Maka bukan hadiah, kalau hiu yang kita lihat saat ini begitu menakutkan dan mematikan.

Ah kalau begini jadi ingat juga ya asal usul kita, betapa kita juga adalah manusia-manusia pilihan Tuhan untuk suatu maksud, yang menjadi hebat dan menjadi yang terbaik tanpa perlu saling sikut.

Maka teruslah bergerak dan berproses, nikmatilah. Karena proses tak pernah mengkhianati hasil.

Senin, 17 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day7

* * *

Sumber inspirasi
1. Rimba Pemburu Trans 7 (Senin 17 April 2017)
2. http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/05/kenapa-bayi-hiu-makan-saudaranya-sendiri
3. http://desnaikhsandra.blogspot.co.id/2011/01/apakah-hiu-bertelur.html?m=1

Sunday, April 16, 2017

Daya Gerak

Ada sesuatu yang mungkin tak kita pahami tentang orang-orang yang begitu kokoh dengan keyakinannya, terhadap tuhannya. Hati, kata, gerak, sikap, semua mantap, seolah tak gentar melawan apapun. Padahal tuhan kita sama, dan kitapun mungkin juga melakukan hal yang sama. Apa bedanya?

Kita tahu, ada orang yang geraknya terlihat mantap. Namun ketika ujian datang, tubuhnya gamang. Ia sekedar tahu sedikit, tapi keyakinan belum mantap dalam dirinya. Tak lama ia akan menghilang

Ada pula yang tahu segalanya, terlalu banyak tahu sampai tak bisa beramal apa-apa. Kekayaan ilmu nya tak membuatnya banyak beramal, bahkan ilmunya tak membawanya pada keyakinan hakiki.

Iman.
Mari kita tengok kembali kadar keimanan kita. Yang tak bisa dilihat, namun cukup bisa dirasa. Yang tak bisa diukur, namun bisa kita uji. Yang seharusnya bergetar saat namaNya disebutkan. Yang seharusnya menjadi energi dari setiap aktivitas fisik kita.

Ibadah wajib kita, ibadah sunnah kita, apakah sudah mendekatkan kita pada Nya ? Apakah membuat kita semakin cinta dan dicintai-Nya ? Ataukah sekedar gerak tanpa makna yang tak menjadikan kita menjadi lebih kuat ? Apakah sudah melindungi seluruh aktivitas kita ?

* * *

Bukhari meriwayatkan dari abu hurairah, ia berkata bahwa rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah berfirman :
Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku memproklamirkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan amalan yang lebih aku sukai daripada dengan mengerjakan ibadah yang telah aku fardhukan atasnya.
Hamba ku yang senantiasa mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah sunnah, niscaya aku mencintainya.
Jika aku telah mencintainya, aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, menjadi penglihatannya yang dengannya ia melihat, menjadi tangannya yang dengannya ia berbuat, dan menjadi kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada Ku, niscaya aku akan memberinya, dan jika dia memohon perlindungan kepadaku, niscaya Aku melindunginya.

* * *

Minggu, 16 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day6

Saturday, April 15, 2017

Bertukar

Lelaki paruh baya itu tak berhenti menyapa setiap pengunjung masjid ini, termasuk kami. Perawakannya sedang, dengan pakaian taqwa sederhana memakai peci kecil berwarna putih. Bekas hitam nampak di sudut-sudut alisnya, wajahnya tak putih namun bersih.

Gaya berceritanya begitu menarik, meski kami tak berhenti kaget dan tetap waspada. Pembicaraannya sedikit memotong agenda kami. Sudahlah tak apa, kita lihat apa maksudnya. Ceritanya panjang lebar, tapi kucoba serap apa apa yang bermanfaat.

Dia berjanji memberikan sebuah informasi pada kami. Tapi, tunggu katanya. Sebelum bergegas masuk ke dalam masjid, ia memastikan kami akan tetap di selasar ini sampai ia selesai. Waktu duha, dan ia keluar melewati kami, membawa sebungkus keresek hitam. Lisannya tak berhenti berkata, sepertinya seluruh otaknya terus bekerja untuk mrmbuat kami yakin padanya.

Aku tetap berusaha sopan, dan sepertinya maksudnya kini sudah tercapai. Isi keresek hitam itu kemudian berpindah padaku, dan ia pulang dengan membawa selembaran uang kertas. Bertukar.

Ia berhasil.

Sabtu, 15 April 2017
Hajah Sofyamarwa

#30dwc #30dwcjilid5 #day5 #30dwchajah #squad2

Friday, April 14, 2017

Orang-orang yang Berhijrah (Dari Mekkah ke Madinah)


Sekarang ini banyak orang beramai-ramai mengajak kita untuk hijrah. Sebetulnya apa yang dimaksud dengan hijrah? Apakah sekedar berpindah tempat? Bagaimana manusia-manusia terdahulu berjuang dengan hijrahnya? Udah pernah baca-baca tentang kisah hijrah dari Mekkah ke Madinah?

Setelah 10 Tahun periode kenabian Rasulullah SAW berjuang di Mekkah, tibalah saatnya untuk hijrah ke Madinah. Proses hijrah ini terjadi sampai 2 bulan lebih setelah bai’at aqabah kubra. Di bawah ini ada contoh kisah beberapa orang yang berhijrah pada masa itu, dan perhatikanlah baik-baik kondisinya.

1.       Abu Salamah. Abu Salamah adalah orang yang pertama hijrah, setahun sebelum masa bai’at aqabah yang kedua (kubra). Sudah mempunyai istri dan anak, namun berhijrah sendiri. Saat istrinya mau menyusul, keluarga sang istri protes. Bagi mereka hijrah adalah kepentingan Abu salamah saja, Tidak merasa masuk di akal mereka, mengapa mereka harus hijrah dari rumahnya di mekkah menuju tempat dimana mereka tak punya apa-apa (Madinah). Akhirnya sang istri di bawa oleh keluarganya. Tahu kondisi begitu, sekarang keluarga Abu salamah tersinggung, “kami tidak akan meninggalkan anggota keluarga kami bersama wanita yang diambil secara paksa”, maka setelah “berebut” akhirnya anak Abu Salamah dibawah keluarganya. Jadi Abu salamah hijrah sendiri, Istri kembali pada keluarganya, sedangkan anaknya di bawa keluarga suaminya.
Ummu salamah setama kurang lebih setahun, sehari-harinya menangis, tentu saja, sendirian berpisah dari suami dan anaknya. Pada akhirnya ada kerabat yang kasihan dan menyuruh Ummu salamah untuk ikut hijrah.

2.       Shuhaib bin Sinan Ar-Rumy. Menyerahkan seluruh hartanya pada kafir quraisy yang menahannya. “Dulu engkau datang kepada kami dengan keadaan hina dan sengsara. Pada saat bersama kami harta bendamu melimpah. Engkau mendapatkan apa yang engkau inginkan. Sekarang engkau pergi begitu saja dengan harta-hartamu itu?” begitu kata para kafir quraisy. Shuhaib menjawab : “Bagaimana jika aku serahkan hartaku, apakah kalian akan membiarkanku pergi?”. Dan kafir quraisy itu meng-iya-kan.
Kalau mau dipikir, harta benda kepemilikannya kan jelas, milik shuhaib. Hak shuhaib juga sebetulnya kalau mau membawa seluruh harta bendanya. Tapi demi bisa berhijrah ia rela meninggalkan harta nya, demi memperoleh keberuntungan yang dikatakan rasulullah.

3.       Umar Bin Khattab, Iyasy bin Abu Rabi’ah, dan Hisyam bin Al-Ash bin Wa’il.
Hisyam nya di tahan kafir quraisy. Iyasy dan Umar berhasil bertemu. Datang Abu jahal dan Al-Harits untuk menakut-nakuti Iyasy perihal ibunya yang bernadzar tidak akan menyisir rambut dan tidak akan berteduh dari sinar matahari selama tidak melihat iyasy. Iyasy pilu, Umar menguatkan, “Wahai iyasy, Demi Allah, jika mereka ingin memperdayaimu agar mau meninggalkan agamamu maka hindarilah. Demi Allah, jika ibumu telah tersiksa oleh kutu, pasti dia akan menyisirnya dan bila dia sudah tidak tahan dengan teriknya matahari, pasti dia akan berteduh.”. Tapi iyasy memilih kembali bersama Abu Jahat dan Al-Harits.
Yang berkesan buat aku adalah ketika umar menyuruh Iyasy untuk menunggangi unta Umar, padahal ibaratnya Umar udah ngasi nasehat dan Iyasy ngga mendengar nasihatnya, tapi tetep dikasi bantuan Unta. Semacam : “Bro, bawa nih mobil gue, buat elo”, baik banget ga sih?
Setelah itu ternyata Abu jahal memperdayai Iyasy dan mengikatnya. Saat sampai di Mekkah, Iyasy di bully “Wahai penduduk Mekkah, Beginilah seharusnya kalian memperlakukan orang-orang dungu itu”

Ckckck.. begitu 3 contoh orang orang yang berhijrah. Rela berpisah dengan keluarga, dengan harta, ditakut-takuti dan dipermalukan di depan umum. Maka hakikatnya hijrah bukan sekedar berpindah tempat. Perjuangan merelakan segala kemudahan dunia menjadi salah satu prasyaratnya.

Kalau kita coba mengingat, hijrah yang pertama dilakukan pada tahun ke 5 periode kenabian rasulullah SAW. Bedanya saat itu hijrah dilakukan ke Habsyah, dengan jumlah hanya sekitar 16 orang (12 laki-laki, 4 perempuan), dan yang melatarbelakangi adalah karena tekanan dan siksaan dari kafir quraisy begitu kejam. Pada masa hijrah itu, dakwah Islam masih sembunyi-sembunyi, hijrah untuk melindungi  diri dan mencari ketenangan. Sedangkan pada masa Hijrah di tahun ke 10, pemeluk Islam sudah jauh lebih kuat, sudah mengancam keberadaan kau quraisy dan ingin melakukan penyebaran Islam dengan lebih massif lagi.

Menarik ya? Mungkin kapan kapan kubahas lagi ya tentang hijrah pertama ke habsyah dan bagaimana menariknya adegan ketika Rasulullah yang akan pergi berhijrah.
Semoga bermanfaat!

Jumat, 14 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.
#30DWC #30DWChajah #30DWCday4
#30DWCjilid5 #day4

_________________________________________________________________
Tulisan ini merupakan upaya pengikatan makna saya mempelajari sirah nabawiyah. Apa yang saya baca, saya ceritakan dan bagikan. Merupakan bagian dari postingan 30 Days Writing Challenge, jadi sangat menerima bila ada feedback berupa masukan, saran, kritik tentang penulisan ini. Terimakasih ya ! J

Referensi : Buku Shahih Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury)





Thursday, April 13, 2017

Hanya setengah




Kau menyuruhku mengambil bungkusan dari dalam tas mu, sesaat setelah kau sampai ke rumah. Bukan hal mewah, terkadang sekotak nasi makan siang yang belum kau makan, terkadang pula sekedar wadah kresek kecil berupa sepotong makanan. Iya sepotong, setengah dari yang telah kau makan tadi.

* * *
Aku jadi ingat sejak kecil dulu mamaku suka membawa bungkusan berisi aneka kue dari acara pengajian atau arisannya. Biasanya dibawa lengkap, dan pulang lalu diserbu oleh kami, keempat anak nya. "Mah, mau ini ya? Hehe." Tanpa benar benar ingat apakah mama juga mau atau tidak. "Sok aja." Begitu kata mamaku, walaupun semakin besar kadang aku menanyakan dulu, apakah beliau mau atau tidak. Yah, biasanya hanya sepotong kecil saja.

Bungkusan dari bapakku juga sering menjadi incaran kami. Apa saja. Meski kadang apa - apa yang bapak bawa adalah hal yang "berbeda", tapi toh bisa habis juga. Kami jadi banyak pengalaman, belajar memakan makanan yang "berbeda". Bapak pun seringnya berkata, "sok aja, buat kalian." Kami pun kembali lahap menyantapnya.

* * *
Nah, sekarang kembali pada kamu, suamiku. Pada bungkusan darimu yang berisi setengah dari apa yang sudah kau makan. Mungkin orang-orang bingung mengapa hanya setengah saja kau berikan padaku. Tapi aku begitu paham bagaimana rasanya menahan diri untuk tidak menghabiskan satu buah pisang aroma --misalnya, kesukaanmu. Bukankah lebih mudah menghabiskannya saja, dripada harus menyisakan setengah buatku? Ya, aku begitu paham rasanya. Sama sekali tidak sepele. Mencoba berbagi dengan sesederhana yang dipunya, mencoba mengingat yang dirumah ketika sedang berada di luar. Berbagi, biarpun sedikit.

Sudah cukup bagiku.
Barakallahu, lelaki imamku :)

Kamis, 13 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.

* * *
Postingan ini terinspirasi dari seorang kawan yang juga sedang mensyukuri pasangan nya. Semoga kita semua dikaruniai Allah kemampuan bersyukur yang menyehatkan hati :)
Yang bersyukur, Allah tambahkan nikmat Nya :)

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day3

Wednesday, April 12, 2017

Rumah Belajar (ala-ala) Mamah Haidar

Rumah Belajar (ala-ala) Mamah Haidar

Takjub rasanya ketika Allah secara ‘spontan’ namun begitu lembut menuntunku pada apa yang telah kuniatkan. Padahal pemikiran itu belum lebih dari 2 minggu paska tugas pembuatan proyek sosial dari Program Matrikulasi IIP Batch 3.

PERPUSTAKAAN IMPIAN
Sudah sejak dulu cita-citaku ingin memiliki perpustakaan mini yang bisa diakses siapa saja termasuk anak-anak. Maka ketika uang sedang ditangan, rasanya ingin sekali memborong semua buku-buku yang ada di toko buku. Hehe. Setelah aku punya anak, baru kusadar ternyata selama ini aku seringnya membeli buku buat orang dewasa, bukan buku anak. Jadi koleksi buku haidar juga belum cukup banyak untuk dapat dijadikan koleksi perpustakaan anak. Tolong do’a kan saja ya semoga impiannya bisa terus diperjuangkan J
Diriku yang seperti ini, tak lepas dari pengaruh keluarga terdekat. Bapak, punya banyak koleksi buku-buku dan perpustakaan mini (meski saat kecil dulu rasanya tak banyak baca buku bapak), serta kakak perempuanku yang hobi juga beli buku dengan segala jenis buku-buku nya yang menarik (terimakasih ya). Dari situ aku berpikir, mudah-mudahan kesukaanku terhadap buku juga bisa bermanfaat untuk lingkungan sekitarku. Adik-adik remaja masjid di dekat rumahku dulu juga sering aku sodorkan berbagai macam buku, kenapa? Karena semenarik-menariknya aku bercerita, tentu saja aku banyak kekurangan, banyak hal yang lebih menarik untuk dibaca sendiri oleh mereka, ya lewat membaca sendiri buku-buku itu.

Sekarang, dengan peranku sebagai warga baru yang juga sudah punya anak, aku berharap semoga apa-apa yang kupunya bisa dimanfaatkan pula oleh anak-anak di sekitar rumahku. It Takes a village to raise a child. Ya, anak-anak tetanggaku kan sangat mungkin menjadi teman anakku, maka memberikan lingkungan terbaik juga merupakan ikhtiarku untuk berbuat baik pada anakku.

RUMAH BELAJAR MAMAH HAIDAR
Hihi, jangan tertawa ya!
Sebetulnya aku dipanggil haidar dengan sebutan bunda, aku dan suami pun memang menyepakati untuk dipanggil Ayah-Bunda. Tapi secara alamiah, aku dipanggil mamah haidar sama anak-anak tetangga. Kadang juga mereka memanggil teh Fya, nama kecilku. Tak apalah, Rumah Belajar Mamah Haidar lebih ear-catching, bukan? Hehe.

Ini hasil perenunganku setelah tinggal sebagai warga masyarakat dan memiliki anak. Perpustakaan atau taman bacaan saja tidak cukup, aku berharap bisa mengadakan kegiatan-kegiatan menarik di rumahku. Rumahku sering dijadikan tempat bermain bagi beberapa anak tetangga. Mungkin karena mereka senang bermain dengan haidar. Pada awalnya mereka hanya sekedar main, membaca buku, menemani haidar. Namun di waktu yang sama, ketika aku mencetuskan rencana proyek RUMAH BELAJAR MAMAH HAIDAR, anak tetanggaku tiba-tiba bilang ingin belajar baca iqra padaku. Tak ada angin tak ada hujan, mereka sendiri yang minta karena merasa sudah cukup besar namun belum pernah lagi belajar iqra. Terharu :’)

Selama aku disini, aku seringnya sekedar bertegur sapa dengan tetangga, haha hihi yang seperlunya saja. Sebagai ibu yang punya anak balita manajemen waktuku masih belum baik, rasanya aku lebih banyak berkutat di rumah. Sampai aku berpikir, nanti kalau aku meninggal, tetanggaku akan bersikap seperti apa ya? Rasanya kok aku belum memberikan manfaat apa-apa selama disini.
Alhamdulillah kegiatan belajar iqra nya sudah berjalan selama sepekan di rumahku setiap sore. Sejauh ini sangat menyenangkan dan bikin aku jadi merasa harus belajar tahsin lagi. Coba cari-cari lagi buku materi tahsin, cari-cari video tahsin Ust Abu Rabbani, serta meminta suamiku mengoreksi bacaan qur’anku (bagian ini cukup dramatis mengingat gurunya adalah suami sendiri hihi).
Pada mukadimah kitab al-Mu’allimin karya Ibnu Sahnun, disebutkan bahwasanya al-Qadhi Isa bin Miskin membacakan Al-Quran kepada anak-anak dan cucu-cucunya, ‘Iyadh berkata “Setiap habis ashar, dia memanggil kedua putrinya dan putri saudaranya untuk mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan kepada mereka. Hal ini juga dilakukan oleh penakluk Shaqliyah, Asad Ibnul Furat kepada putrinya yang akhirnya memiliki pengetahuan sangat tinggi.
Disadur dari kitab Tarbiyyatul Aulad (2/167) yang kukutip dari buku Prophetic Parenting hal. 334.

Kapan seorang anak belajar Al-Qur’an?
Saat ini muridku baru 5 orang, usianya sekitar 4 SD (2 orang), 2 SD, 5 tahun, dan 4 tahun. Namun yang paling serius adalah yang sedang belajar iqra 1, yang sudah bisa mengaji al-qur’an baru sekedar menyimak temannya saja  dan yang lainnya meramaikan :D). Aku jadi berpikir, mulai usia berapa ya seorang anak harus diperkenalkan dengan iqra dan al-quran?

Ibrahim bin Sa’ad al-Jauhari mengatakan, “Aku melihat seorang anak berusia empat tahun dibawa menghadap al-Ma’mun. Dia hafal al-Qur’an dan pandai ilmu filsafat. Hanya saja kalau lapar, dia menangis.”

Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman al-Ashbahani mengatakan : Aku hafal Al-Qur’an pada usia lima tahun. Aku dibawa menghadap Abu Bakar Al-Muqri untuk memperdengarkan bacaanku. Saat itu aku masih berusia empat tahun. Sebagian yang hadir mengatakan, “Tidak usah didengar bacaannya. Dia masih terlalu kecil.” Ibnul Muqri berkata kepadaku, “Bacalah surat at-takwir!” Aku pun membacanya dengan baik. Kemudian orang yang lainnya mengatakan, “Bacalah surat al-Mursalat!” Aku pun membacanya tanpa salah sedikitpun. Ibnul Muqri berkata, “dengarkanlah bacaannya. Nanti biar aku yang bertanggungjawab.”

Abu Ashim mengatakan, “Aku membawa anakku menghadap ibnu Juraij. Anakku saat itu usianya belum mencapai tiga tahun. Dia belajar hadist dan al-qur’an.” Abu ‘Ashim mengatakan, “Tidak apa apa mengajari anak  seusianya hadits dan Al-Qur’an.”

Dikutip penulis dari Al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, karya al-Khathib al-Baghdadi, hal 116-117, cetakan ggmesir, dalam buku Prophetic Parenting hal 342.

Ternyata bahkan sebelum usia 3 tahun ya.. Proses lainnya coba kubahas dalam postingan lain ya!

* * *
Aku tahu mungkin hal yang kita lakukan kadang begitu terlihat sepele, tapi Aku yakin, kalau hal “sepele” itu tidak kita lakukan, bisa jadi akan ada yang  tak mendapat manfaat. Jangan berhenti beramal ketika merasa hal kita lakukan tidak keren, tidak besar, tidak hebat. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat?
Semoga tulisan ini ada manfaatnya ya, kalau kalian punya proyek apa di daerah tempat tinggal kalian? Share ya di kolom komentar ^^

Rabu, 11 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.
#30DWC #30DWChajah #30DWCday1
#30DWCjilid5 #day1

928 Words

Tuesday, April 11, 2017

Apakah Kegiatan Baca-Tulismu Sudah Bermakna?




Apakah Kegiatan Baca-Tulis mu Sudah Bermakna?
(Sebuah Refleksi dari Target Diri, dan Pembelajaran Bermakna dari Pak Hernowo)

Apapun yang anda baca, selayaknyalah Anda kemudian melanjutkan “pengikatan”, alias menuliskan pemahaman Anda atas apa yang Anda raih dari kegiatan membaca anda.” 
--Hernowo

Komitmen pribadi yang saya buat di bulan januari lalu untuk membaca 1 buku setiap pekan, hanya berjalan baik selama 2 pekan. Komitmennya adalah membaca 1 buku dalam 1 pekan, kemudian meresensi/mereview nya. Namun yang terjadi, saya berhasil melakukannya 2 kali saja di awal, kemudian selanjutnya sekedar membaca buku yang ingin dibaca saja, random, tanpa menuliskannya. Hingga saat ini (bulan April 2017) saya belum benar-benar menamatkan sebuah buku pun. Kalau boleh dinilai, keberhasilan targetnya baru 14% (sukses 2 dari 14 pekan). Dan kalau dilanjutkan tanpa evaluasi, boleh jadi akan tetap tak bertambah sampai di penghujung tahun. Mari jadi rakyat yang berkontribusi meningkatkan indeks membaca di Indonesia. Hehe

Sebetulnya mengapa di 2 pekan pertama itu saya bisa berhasil, adalah karena:
(1)    Menentukan target baca di awal bulan (misal 4 buku)
(2)   Tentukan judul buku apa yang ingin dibaca (tulis lengkap)
(3)  Bawa selalu buku itu kemanapun pergi, membaca nya dan lekas menandai hal menarik (bersama stabilo, pulpen, post it, atau kalau perlu buku catatan khusus)
(4)    Sambil membaca sambil merangkai draft tulisan.
(5)    Saat waktunya menyelesaikan tulisan, hanya butuh waktu khusus, dan selesai!
Faktor kegagalannya ngga perlu dibahas ya, di bulan pertama kurang menjaga konsistensi, dan di bulan berikutnya, tidak menjalankan step 1 yakni membuat target. Otomatis keempat step dibawahnya juga tidak jelas :))

Pak Hernowo, dalam bukunya Vitamin T mengatakan bahwa, sayang sekali bila kita tidak langsung menuliskan (mengikat) bergeraknya pikiran kita saat membaca. Pikiran kita yang berubah akibat proses membaca, kemungkinan besar jadi hilang, dan terbuang percuma. Hilangnya pemikiran berharga kita itu (sebut saja inpirasi yang datang –red), akan tertimpa oleh pikiran baru yang mendesak, yang mungkin sebetulnya tidak lebih berharga dari apa-apa yang sudah kita baca. Kemungkinan kedua, lanjut pak hernowo, adalah belum terbiasa nya diri kita untuk mengikat makna setelah membaca buku, sehingga kita jadi merasa berat untuk melanjutkannya ke kegiatan tulis menulis (mengikat) hal berharga yang tiba-tiba kita dapatkan.

Sering begitu kah? Sayang ya, apalagi di era digital dan informasi semacam ini, kita dibombardir berbagai info, dan seharusnya kita punya waktu untuk bisa memasukkan pemahaman pada pikiran kita dengan lebih baik.

Latihan Diri agar mampu melakukan proses perekaman (mengikat makna) secara akurat:
1.       Mengikat Makna dengan Membuat semacam catatan harian.
Biasakan diri menulis secara cepat dan bebas, bisa dengan kertas atau di handphone.
Kemampuan ini perlu dilatih secara perlahan dan tidak terburu-buru, karena kalau tidak dicicil kegiatan menuliskan itu jadi terasa seperti beban, berat, dan memakan waktu. Padahal kalau setelah membaca segera menuliskan yang didapat, semuanya terasa ringan.
Tidak perlu memperdulikan struktur kalimat yang berantakan, tulis saja.

Manfaat kegiatan membaca lalu menulis :
a.       membantu kita menangkap gagasan hebat yang berkelebatan bagai kilat setiap saat.
b.      Kegiatan membaca kita juga jadi lebih efektif, berdampak pada pemerolehan “mata baru” yang nyata.

2.       Membaca dan Menuliskan PIKIRAN, bukan sekedar HURUF
Apa bedanya ? Hanya membaca huruf akan mengakibatkan kemalasan, sementara membaca pikiran pengarang di buku yang kita baca dapat menggerakkan pikiran kita.
“Apabila seorang pengarang tidak mampu menyampaikan gagasannya lewat bahasa tulis secara bagus, ada kemungkinan dia belum pernah atau jarang berlatih menuliskan pikirannya. Seorang dikatakan berhasil menuliskan pikiran apabila dia rajin menuliskan pikirannya setiap hari.”

Saran pak hernowo, saat menuliskan pikiran, gunakan kata ganti orang pertama, AKU. Mengapa? Tulisan kita menjadi berisi diri kita sendiri, dan bahasa yang tampil di kertas atau layar komputer pun menjadi bahasa khas milik kita. Huruf yang kita susun, kata, kalimat, alinea, semua jadi menggambarkan pikiran dan perasaan kita sehingga pada akhirnya kita bisa menemukan diri kita.

3.       Kita dapat merumuskan ukuran sebuah tulisan yang baik dan menarik itu seperti apa
Sebuah tulisan yang dapat menampung gejolak pikiran si penulis adalah tulisan yang ‘bertenaga’. Artinya sesuatu yang mampu menggugah dan berkemungkinan besar mengubah diri penulis dan diri pembaca.
Ya, proses menulis yang baik adalah ketika kita benar-benar mengupayakan untuk bisa berkomunikasi dengan diri kita sendiri lewat tulisan-tulisan yang kita buat setiap harinya. Menurut pak hernowo, Kita harus bersungguh-sungguh menggali inner-self (diri-lebih dalam) dan bersabar untuk terus memperbaiki tulisannya, agar kita sendiri dulu yang memahaminya, baru orang lain.

Pesan terakhirnya, tulisan yang baik adalah tulisan yang kaya gagasan. Gagasan itu bisa didapat dari pengalaman yang terjadi di diri sendiri taua dari buku-buku karya penulis besar yang memang sudah “bergulat” dengan proses menuliskan pikirannya.

Jadi, apakah proses membaca dan menulis yang kita lakukan selama ini sudah bermakna untuk kita? Apakah sudah membuat kita menemukan diri kita? Apakah kita bisa menangkap gagasan-gagasan dari seorang penulis yang kita baca bukunya? Apakah kita sudah benar-benar menuliskan pergulatan pikiran kita?

Mari membaca (pikiran) dan menuliskan (pikiran) ! :)
Semoga bermanfaat!

Selasa, 11 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30DWC #30DWChajah #30DWCday1
#30DWCjilid5 #day1

__________________________________________________________________________
Tulisan ini merupakan refleksi dari targetan yang pernah saya buat, ditambah sedikit rangkuman pengikatan makna dari salah satu bab dalam Buku Vitamin T “Antara membaca-Menuliskan Huruf dan Membaca-Menuliskan Pikiran”
Gambar ilustrasi bakground diambil dari picarts, diedit dengan aplikasi phonto.

789 Words

Menjadi Fighter di 30 Days Writing Challenge #30DWC



Bismillah
Insyaallah selama 11 April 2017 - 9 Mei 2017 menjalani masa 30 Days Writing Challengr nya mas Rezky Firmansyah bareng temen-temen KMO inspiratoracademy.

Semoga istiqomah dan bisa menulis dengan lebih terarah ^^

#30DWC #30DWCJilid5 ##30DWCSquad2  #30dwchajah

Monday, April 10, 2017

Hadiah dari Bentang Pustaka melalui Giveaway ophiziadah.com


Alhamdulillah sekitar 3 bulan lalu dapat rejeki 2 buah buku dari bentangpustaka ketika saya mengikuti giveaway yang diadakan mba ophi ziadah (ophiziadah.com). Saat itu syaratnya tidak terlalu sulit, membaca postingan-postingannya, memberi respon berupa komen, dan memberikan alasan kenapa saya ingin mendapatkan buku Melihat Dunia.

Ini komentar saya pada waktu itu, sekitar bulan Juli 2016 tanggal 26.

Kenapa aku ingin mendapatkan Buku Melihat Dunia?
Saya adalah ibu baru yang masih perlu belajar menjadi ibu. Kutipan kutipan dari postingan mba ophi bikin saya penasaran dengan keseluruhan isi bukunya. Basic nya saya doyan banget sama buku, tapi saya juga jadi tertarik karena baru kemarin lusa "ngga sengaja" ketemu bu yanti nya di sebuah acara diskusi parenting. Beliau sangat vokal dan menyemangati para ibu2 yang ada.
"Syukuri setiap hal kecil yang kita lalui sekarang, karena nantinya kita akan begitu rindu, dan sadar bahwa hal itu tak akan terulang." Kalimatnya terlihat klise, tapi akan beda kalau melihat sendiri bagaimana bu yanti mengungkapkannya :)

Saya ingin membaca habis bukunya, menyerap hal hal terbaik dan semangat ketangguhan beliau, untuk saya praktekan sebagai ibu. 

Saya ingin tahu bagaimana rasanya dikaruniai anak yang gifted, serta bagaimana menyikapinya. Saya juga ingin tahu bagaimana cara beliau istiqomah mengungkap keluarbiasaan anaknya, sementara kadang dunia mengatakan anak kita "beda".
Alhamdulillah.

* * * *
Setelah bukunya sampai, ternyata saya mendapat 2 buku : Melihat dunia dan The magic of tidying things (ini katanya bonus yeay alhamdulillah)
Insyaallah nanti ada sedikit ulasan dari kedua buku itu ya ^^

Senin, 10 April 2017
Hajah Sofyamarwa Rachmawati

Saturday, April 8, 2017

Kamu Istri yang Pundungan atau Baperan? Coba Baca Ini.

Merasa jadi istri yang baperan, pundungan? Coba baca ini ya. 

“Kehidupan setelah menikah itu bukan untuk menuntut hak, tapi untuk menjalankan kewajiban. Perjanjian kita hakikatnya sama Allah, bukan sama pasangan kita. Pada akhirnya kan yang dihisab adalah sejauh mana kita berikhtiar menjadi yang terbaik, menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya, bukan sekedar menuntut hak apa saja yang sudah kita dapatkan.”

Semoga Allah merahmati seorang ustadz yang memberikan pernyataan itu dalam ceramahnya di sebuah acara TV Damai Indonesiaku. Saya bahkan tidak tahu namanya, sekedar tak sengaja mendengar sesaat sebelum saya menjemur pakaian di siang hari.

Tapi bagi saya itu pukulan telak. Jleb!

Setelah menikah, muncul pertanyaan dalam diri saya, kenapa saya itu begitu pundungan? Hehe. Iya, saya sendiri juga heran. Rasanya ko aneeh sekali. Namun kemudian saya berpikir mungkin itu karena adanya kesenjangan antara harapan-harapan kita sebelum menikah dengan realita yang ada setelah menikah. Percayalah insyaallah pasanganmu saat ini memang sudah yang terbaik yang Allah berikan, hanya saja mungkin kau yang belum memahaminya. Memahami dirinya, memahami formulasi hubungan antara kalian. Maka benarlah nasihat ini : sabar dan syukur.

Kehidupan semakin menarik ketika Allah mengamanahkan kita seorang anak. Muncul lagi konflik antara ekspektasi terhadap pasangan, dengan realita yang ada. Padahal pasangan kita sudah memberikan yang terbaik yang ia bisa. Dari situ saya juga semakin bertanya-tanya, “Ko saya pundungan ya? Ko gampang baperan ya? Ko rasanya ada ganjalan ya?” Introspeksi pun harus dimulai.

APA YANG SALAH YA?
1.      Kurang ibadah
2.       Kurang ikhlas
3.       Kurang ilmu
4.       Kurang sabar
5.       Kurang syukur
6.       Kurang deket sama Allah
Astaghfirullah.  Banyak kurangnya :( 

Realitanya memang ada jenis-jenis manusia yang belum baik dalam menjalankan perannya sebagai suami/istri, namun ketika kita belum bisa lapang dengan yang terjadi, menurut saya memang hal itu yang sering terjadi. Dan anehnya (namanya manusia), setelah tau penyebabnya boleh jadi ngga bisa langsung bener-bener bertobat. Mungkin ada ikhtiar memperbaiki kualitas ibadah, perbanyak, cari ilmu, dengerin kajian-kajian, berusaha ikhlas, dll. Tapi ya hidayah kan Allah yang beri, jalannya bisa dari mana aja.

Contoh kesenjangan antara harapan dan kenyataan:

Pundungnya saya tuh dulu suka diem aja. Padahal suami ngga suka saya diem sambil pundung. Padahal saya kalo pundung emang diem. Gimana itu ? Saya ngga mau ngalah karena merasa itu cara pundung saya. Tapi disisi lain, kan kita ingin suami seneng, masa hal yang ngga disukain malah dipiara? Pokonya waktu itu pusing deh saya hehe.
Saya kalau ngerasa ngelakuin kesalahan akan nanya ke suami berkali-kali biarpun dia udah jawab “Ngga apa-apa”. Sementara suami terganggu karena saya nanya berulangkali dan ngga percaya kalau beliau beneran ngga apa-apa.
Di sisi lain, saya kalau pundung justru pingin ditanya-tanya, malah suami Cuma nanya sekali, dan ketika kita bilang ngga apa-apa, mereka akan berhenti bertanya. Padahal saya maunya ditanyain terus haha.
Keduanya melakukan hal yang sebagaimana ia ingin diperlakukan. Berita baiknya, mengubah habit perlu waktu ya ngga bisa instan.Remeh ya problemnya? Tapi ya begitulah.

Nah, hal menarik yang saya pribadi syukuri adalah, ketika dapat  tausiyah dari ustad itu (yang bahkan saya ngga tau siapa), saya semacam dapat pencerahan.

“fokus pada kewajiban, bukan menuntut hak.”

Semenjak itu, bersamaan dengan tekad yang udah saya sampaikan juga ke suami bahwa saya akan woles dan ngga baper berlebihan, mode pundung udah ngga pernah saya lakuin lagi, beneran. Ini baru berjalan sekitar sepekan sih, hehe. Tapi Alhamdulillaaaah banget, lebih ringan.

Pelajaran yang bisa saya ambil:
1.       Fokus sama kewajiban diri, bukan menuntut hak
2.       Hidayah bisa datang dari siapapun bahkan dari yang ngga kita sangka

Sekian dari saya, tulisan ini sama sekali bukan untuk menggurui, semata-mata dibuat sebagai dokumentasi dan pengingat pribadi, dan syukur-syukur kalau bisa bermanfaat buat yang membaca. Semoga semakin dikuatkan dalam beraktivitas hanya karena Allah.
Sharing ya mak, cara ngatasin kebaperan dan kepundungannya ? hehe

Hajah Sofyamarwa R
Sabtu, 8 April 2017

*Pundung itu dalam bahasa sunda, artinya kurang lebih sakit hati karena tersinggung, mudah tersinggung.