Kau menyuruhku mengambil bungkusan dari dalam tas mu, sesaat setelah kau sampai ke rumah. Bukan hal mewah, terkadang sekotak nasi makan siang yang belum kau makan, terkadang pula sekedar wadah kresek kecil berupa sepotong makanan. Iya sepotong, setengah dari yang telah kau makan tadi.
* * *
Aku jadi ingat sejak kecil dulu mamaku suka membawa bungkusan berisi aneka kue dari acara pengajian atau arisannya. Biasanya dibawa lengkap, dan pulang lalu diserbu oleh kami, keempat anak nya. "Mah, mau ini ya? Hehe." Tanpa benar benar ingat apakah mama juga mau atau tidak. "Sok aja." Begitu kata mamaku, walaupun semakin besar kadang aku menanyakan dulu, apakah beliau mau atau tidak. Yah, biasanya hanya sepotong kecil saja.
Aku jadi ingat sejak kecil dulu mamaku suka membawa bungkusan berisi aneka kue dari acara pengajian atau arisannya. Biasanya dibawa lengkap, dan pulang lalu diserbu oleh kami, keempat anak nya. "Mah, mau ini ya? Hehe." Tanpa benar benar ingat apakah mama juga mau atau tidak. "Sok aja." Begitu kata mamaku, walaupun semakin besar kadang aku menanyakan dulu, apakah beliau mau atau tidak. Yah, biasanya hanya sepotong kecil saja.
Bungkusan dari bapakku juga sering menjadi incaran kami. Apa saja. Meski kadang apa - apa yang bapak bawa adalah hal yang "berbeda", tapi toh bisa habis juga. Kami jadi banyak pengalaman, belajar memakan makanan yang "berbeda". Bapak pun seringnya berkata, "sok aja, buat kalian." Kami pun kembali lahap menyantapnya.
* * *
Nah, sekarang kembali pada kamu, suamiku. Pada bungkusan darimu yang berisi setengah dari apa yang sudah kau makan. Mungkin orang-orang bingung mengapa hanya setengah saja kau berikan padaku. Tapi aku begitu paham bagaimana rasanya menahan diri untuk tidak menghabiskan satu buah pisang aroma --misalnya, kesukaanmu. Bukankah lebih mudah menghabiskannya saja, dripada harus menyisakan setengah buatku? Ya, aku begitu paham rasanya. Sama sekali tidak sepele. Mencoba berbagi dengan sesederhana yang dipunya, mencoba mengingat yang dirumah ketika sedang berada di luar. Berbagi, biarpun sedikit.
Nah, sekarang kembali pada kamu, suamiku. Pada bungkusan darimu yang berisi setengah dari apa yang sudah kau makan. Mungkin orang-orang bingung mengapa hanya setengah saja kau berikan padaku. Tapi aku begitu paham bagaimana rasanya menahan diri untuk tidak menghabiskan satu buah pisang aroma --misalnya, kesukaanmu. Bukankah lebih mudah menghabiskannya saja, dripada harus menyisakan setengah buatku? Ya, aku begitu paham rasanya. Sama sekali tidak sepele. Mencoba berbagi dengan sesederhana yang dipunya, mencoba mengingat yang dirumah ketika sedang berada di luar. Berbagi, biarpun sedikit.
Sudah cukup bagiku.
Barakallahu, lelaki imamku :)
Kamis, 13 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.
Hajah Sofyamarwa R.
* * *
Postingan ini terinspirasi dari seorang kawan yang juga sedang mensyukuri pasangan nya. Semoga kita semua dikaruniai Allah kemampuan bersyukur yang menyehatkan hati :)
Postingan ini terinspirasi dari seorang kawan yang juga sedang mensyukuri pasangan nya. Semoga kita semua dikaruniai Allah kemampuan bersyukur yang menyehatkan hati :)
Yang bersyukur, Allah tambahkan nikmat Nya :)
#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day3
No comments:
Post a Comment