Tiba-tiba air hujan turun begitu deras, disusul kilat petir dan suaranya yang menggelegar. Hembusan angin menambah ramainya suasana di balik jendela kita, anakku. Ya, kita hanya berdua sore itu.
Tak lama, suara di luar semakin semarak. Butir-butir es ikut turun memenuhi jalan dan menyerang atap-atap rumah.
"Mur.. mur..", katamu. Kau mengingatkanku pada beberapa potong pakaian yang masih tergantung di lantai atas rumah kita. Pasrah, aku tak bergeming lebih memilih di sini, bersamamu memelukmu. Tapi kau terus berkata, "mur.. mur.." sembari menunjuk satu lantai di atas kepala kita. Ah baiklah, mari kita ke atas, mengambil yang kita bisa, dan mendapatkan bahwa pintu telah terbuka lebar, membuat sekawanan air telah membasahi ruang tengah lantai atas kita.
"Cakut.. cakuut..", lanjutmu. Disertai ledakan tangisan saat aku sedang melepasmu dari dekapanku. Setelah melakukan yang perlu kulakukan, aku kembali padamu, dan mulai merasakan sesuatu.
Jendela kita ada yang berlubang tanpa kaca. Selembar penutup tipisnya tak mampu menahan gerombolan angin dingin yang memaksa masuk. Air hujannya menyelinap dari bawah pintu, yang tak seperti biasanya. Angin, suara, air, seketika membuat pikiranku membayangkan apa yang terjadi bila jendel ini tak cukup kuat menahan rumah kita.
Aku tak boleh takut, karena kau harus belajar menjadi berani. Aku harus tetap tenang, karena banyak hal di dunia ini yang perlu disikapi dengan ketenangan. Aku harus bersikap seolah semua akan baik saja, karena aku ingin ku merasa bahwa ada perjuangan melawan rasa takut.
Kemudian langit-langit rumah kita terhempas. Kayu rapuh yang sudah seusiaku itu akhirnya tumbang juga. Perasaanku kini semakin tak karuan. Tak seperti biasanya, kini Allah selipkan sedikit rasa takut dalam hatiku.
Sudah pukul dua, dan seketika aku teringat belum mendirikan shalat. Ada saja caraMu mengingatkanku padaMu. Kalau mungkin itu bukan shalat terakhirku, setidaknya aku sedikit agak lebih khusyu dari biasanya.
* * *
Hujan reda, warga berhamburan saling mengabarkan kondisi rumahnya. Memastikan tidak ada suatu kekurangan apapun, termasuk kamu.
Kuharap kelak rasa takutmu akan bermuara pada yang tepat. Berani tak pernah berarti kalau kau tak takut pada yang Maha Besar. Ujian kehidupan nantinya, semoga dapat kau lalui dengan sabar dan shalat.
* * *
Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sebagian rasa takut, rasa lapar, serta kekurangan harta, jiwa, dan buah. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” --QS al baqarah 2:155
Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. --QS Al Baqarah 2:153
Kamis, 20 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.
#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day10
No comments:
Post a Comment