Thursday, April 27, 2017

Angkot VS Gojek

Masih ingat demo para supir taksi konvensional tempo hari yang lalu?
Masih ingat juga, demo para supir angkutan kota yang sampai menghancurkan mobil yang disangka transportasi online?

Dunia berubah, perilakunya pun berubah. Saya dulu termasuk pecinta angkot, terlebih karena di Bandung ini opsi tranportasi memang tidak banyak. Transportasi jarak jauh hanya bisa memilih bus atau angkot. Dan jangan tanya pengalaman saya naik bus, bisa dihitung jari.

Sekarang kita dimudahkan dengan adanya gadget di tangan kita. Dunia sudah di tangan, panggil "supir" serasa panggil supir pribadi. Syukur alhamdulillah.

Saya menulis ini sebagai salah satu orang yang pernah begitu bersyukur menjadi pelanggan setia angkutan kota di Bandung. Selain karena merupakan salah satu angkutan termurah, dalam hiruk pikuk dan waktu perjalanan dalam angkot saya justru mendapat banyak pencerahan. (Ini naik angkot atau semedi ya hihi)

Ongkos angkot yang murah meriah, setiap hari merasakan ganti mobil dan ganti karakter supir, ganti suasana perjalanan, ganti teman perjalanan, mengamati berbagai kejadian di dalam maupun di luar angkot, bisa membaca buku dalam perjalanan, bisa tilawah quran, bisa bengong, bisa tidur, tidur sambil baca buku (eh), senyum sama orang ga dikenal, ngobrol sama penumpang lain, ngeliatin macem-macem pengamen, ngeliatin orang sampai jadi bahan tulisan, turun mendadak karena ketiduran (heu), daaaan lain lain. Hal-hal ajaib itu yang bikin saya kangen dengan angkot. Dulu rata-rata perjalanan saya 1 jam untuk ke sekolah atau kampus (bisa 1,5 jam).

Sekarang, setelah menikah dan menjadi emak-emak gendong anak, saya lebih banyak memakai jasa ojek online untuk kemana mana. Lebih cepat, lebih murah (relatif memang). Haidar pun kalau di angkot lebih ngga tahan lama, pengennya gerak-gerak. Kalau di motor kan anteng terpaksa hehe. Sesekali pakai angkot kalau memang jaraknya terlampau jauh, atau hujan. Posisi tempat tinggal saya saat ini juga untuk mencapai angkot butuh jalan agak jauh (manja haha), jadi daripada naik angkot yang ongkosnya lebih murah seribu (misal) dari ojek online tapi harus jalan, saya milih ojek online aja. Hehe

Saya tahu pengelolaan angkutan kota di bandung masih dikelola swasta. Mewajari kemarahan para supir yang pendapatannya jadi berkurang dari sebelumnya. Bukan berarti mereka semua jahat, mereka juga punya keluarga yang perlu dinafkahi. Kalau cara mereka salah dan kelewat batas ya tetap harus ditindak. Saya jadi saksi kok jaman dulu banyak supir angkot yang baik-baik. Namun bagaimanapun juga jaman terus berkembang dan yang ikut beradaptasi dengan perkembangan jaman akan lebih mudah menjalaninya.

Semoga kita masih diberi keyakinan sama Allah, bahwa rejeki sudah dijamin. Menjemputnyalah yang perlu kreativitas, perlu kerja keras, perlu kerja cerdas.

Kamis, 27 april 2017
Hajah Sofyamarwa R
Emak-emak Pecinta Transportasi Umum

#30dwc #30dwcjilid5 #30dwchajah #day17

No comments:

Post a Comment