Thursday, December 21, 2023

Update Kehidupan Dulu

Bismillah, Assalamualaikum!
Lama tak bersua, kali ini bahkan aku sudah jadi mamak anak tiga :)))


Banyak yang ingin kuceritakan, tapi entah yang mana dulu, jadi mari dimulai saja dengan update kehidupan ya :)

2 tahun lebih 2 bulan sudah aku berada di negeri Jepang, bersama keluarga kecil kami. Qadarullah, karena studi suami belum selesai maka kami memperpanjang masa tinggal kami disini selama 6 bulan. Maka 6 bulan ini adalah bulan-bulan yang tentunya lebih mendebarkan ya.

7 November 2023 lalu aku melahirkan anak ketiga yang kami beri nama haneen, alhamdulillah. Perbedaan usianya dengan hanania hanya sekitar 3 bulan, kurang lebih usia hanania 15 bulan saat bayi ketiga lahir. Drama-drama seputar bayi nanti aku cerita ya!

6 bulan ini juga, kami mengundang ibu mertua untuk family visit ke sini. Tujuan utamanya adalah  agar haneen bisa Asi Ekslusif di 6 bulan pertamanya, maka kami mintai tolong untuk menjaga haneen saat nanti aku memulai baito (kerja part time) lagi. Drama-drama seputar menyusui dan kerja part time nanti aku cerita ya! hihi

Alhamdulillah suami juga sedang dalam masa submit paper, revisi major dan perbaikan tata bahasa inggrisnya. Mohon doanya yaa supaya Allah mudahkan, Allah lancarkan..

Kuliah Bunda Cekatan di Ibu Profesional, sayangnya ku sudah DO hehehe. Qadarullah gagalnya bukan karena saat lagi hectic, tapi justru saat sedang "santai" sampai akhirnya terlena. Wiss rapopoo, next time ada kesempatan bisa ikut lagi. meskipun belum kebayang gimana nanti ngatur waktunya bersama 2 bayik hihi

Pekerjaanku menjadi EPC pun udah 6 bulanan - setahunan ini kuputuskan untuk non aktif dulu, kedepannya masih perlu melihat situasi kondisi ya :)


Intinya saat ini sedang menikmati masa-masa pasca lahiran, sekaligus masa-masa menemani paksuami yang sedang berjuang menyelesaikan S3nya. 


Bismillah, 

Semoga Allah kuatkan, mampukan, mudahkan, lancarkan :)

Sampai ketemu di tulisan lainnya! <3


Tuesday, March 14, 2023

Pertama Kali : Belajar Main Sepatu Roda

Alhamdulillah pekan lalu aku berkesempatan untuk main bareng sama keluarga. Sejujurnya salah banget sih emak-emak berbayi biasa bawa bayi kesana, karena biaya tiketnya jauh lebih mahal dan pastinya penggunaannya ngga maksimal banget.

Sejujurnya emang agak dadakan sih, dan ngga ngeh banget kalau disana itu suara bisingnya kenceng. hiks.


***

Langsung ke cerita utama,
Tentunya saat sampai yang jadi prioritas mamak adalah popok bayi dan makan bayi, maka disaat yang lain sibuk main, mamak nangkring santai di area kids playground yang warna-warni.

Setelah menemani berputar-putar, anak-anak ternyata lagi main sepatu roda.
Aku agak ngeri sih, asli belum pernah nyobain, dan ngga kebayang banget gimana bisa seimbang dan ngejalanin kaki dengan sepatu yang rodanya ngejejer di tengah semua. Anyway, akhirnya bayi dititip sama ayahnya, dan akupun mencoba. Lapangannya luas, dan permukaannya tampak mulus, rasanya jadi medan yang tepat buat pemula belajar. Iya dong, kalo jalanan aspal grenjel-grenjel jatuh, baret dong ya hihi.

Pertama kali nyoba pakai sepatu roda yang posisi rodanya kaya ban mobil. Wuih! Susahnya minta ampun. Rodanya berbahan plastik, dan rasanya licin banget! Sepanjang lintasan cuma bisa pegangan tembok dan rasanya udah pengen cepet sampe aja.

Setelah seputeran, akhirnya langsung nekat aja pake sepatu roda yang aslinya. 4 roda nangkring di tengah semua. Kupikir toh nantinya pake ini, jadi ya langsung praktek aja. Pakai dulu semua pengaman lutut, siku, dan telapak tangan. jalan masih ati ati banget dan muterin lintasan masih pegangan tembok.

Aku masih belum bisa ngendaliin kaki, antara kaki dan sepatu nampak belum menyatu. Lama lama belajar napak, dan mulai dikit-dikit lepas dari tembok. Jatoh ngga? jatoh doong, memalukan pula wkwk. Tapi lapangannya empuk, rodanya empuk, dan pelindungnya juga bikin jatoh jadi empuk hihi.

Singkat cerita akhirnya aku mulai bisa jalan tanpa pegangan.
Sayangnya karena cuma sebentar dan ngga keburu nyobain lagi, sampai situ aja deh pengalamanku.
Belum bisa nyerodot dengan indah, tapi ya seenggaknya udah mencoba yaa.

Semangat mencoba hal-hal baru <3
besok paginya pegel-pegel badan sih seharian hihi

Saturday, March 4, 2023

Mendengarkan Cerita Orang : Dapat Insight Mengasuh Anak Perempuan

Malam ini Aku kembali sadar dan ingat kembali, bahwa aku, SANGAT SENANG bertemu dengan orang baru. Bukan sebagai orang yang ramai bercerita, melainkan sebagai pendengar setia.

Bagiku, mendengar cerita orang lain 'memberi makan' bagi laparnya pikiranku. Terlebih Apalagi kalau bisa mendengar cerita orang yang sudah "sepuh". Bagaimana hidupnya dulu, sekarang, bagaimana mendidik anaknya dulu.


* * *

Ya, kesenanganku bertemu orang baru, dulu pernah membuatku merasa diriku adalah seorang yang ekstrovert (yang mendapat energi dari perkumpulan orang orang). Di lingkungan keluarga kecil, seingatku aku selalu berusaha menjadi "badutnya" agar membuat yang lain senang. Ngga garing ya, beneran yang really makes another family member happy. Hasil test MBTI ku dulu pun ESFP (Ekstrovert, Sense, Feeling, Perceiving) Sang Performer.

Seiring waktu berjalan, nyatanya aku tak merasa seperti itu lagi, aku lebih banyak menjadi bumbu-bumbu saja dalam sebuah perkumpulan, gen resesifnya dari para orang orang dominan. Anehnya aku tetap menikmatinya.

Semakin tua, aku semakin merasa kalau aku tuh sebenernya introvert (self claim ini mah ya hihi). 
Tapi apapun itu namanya, kategori jenis itulah yang menggambarkan bagaimana aku merasa. 

* * *

Tulisan ini tercetus sesaat setelah menghadiri undangan syukuran lahiran seorang teman. Teman yang usianya 30 an yang sedang kedatangan kedua orangtuanya. Dari situ aku jadi bisa melihat "lebih dalam" bagaimana kehidupan keluarga mereka.

Aku takjub betapa doktrin "Anak perempuan harus bisa masak" itu bukan "ilmu usang yang kuno". Itu tuh memang baik adanya, apalagi bila ditambah dengan bimbingan dan ruang yang besar untuk bisa praktek, eksplorasi dan diberi tanggung jawab. Perkara apakah kelak sang anak perempuan akan menikahi suami yang juga jago masak dan siap membantu urusan domestik ataupun tidak, skill itu butuh di asah dengan bahagia sih sejak kecil ya..

Nah, jah, karena sekarang udah ada anak perempuan, Mikir deh tuh mikirr, hihi. Hal fundamental apa aja yang perlu di ajarkan ke anak perempuan.

Bismillah, temani aku ya Allah <3

Tetangga

 Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)

Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)


Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)

Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46

Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)


Tuesday, February 21, 2023

NARASI CYB - BAB 1 - MILIKI CINTA YANG BERPIKIR




NARASI BAB 1 CYB - MILIKI CINTA YANG BERPIKIR (part 1)

By : Hajah Sofyamarwa R.


Bab 1 Buku CYB ini berjudul Miliki Cinta yang Berpikir. Secara keseluruhan bagiku perunutan bahasan di bab 1 ini sangat bagus dan menarik karena bisa meluruskan dan merangkul “kekhawatiran” para orangtua mengenai tugas mulia yang akan/sedang diemban.


Aku jadi tersadar bahwa apa yang selama ini kurasakan memang wajar dialami oleh para orangtua. Saat ketika anak hadir, konsekuensinya banyak hal yang berubah dari kehidupan kita, dari mulai prioritas hidup, visi masa depan, sifat bahkan prilaku kita juga bisa berubah. Mengapa bisa begitu ya?


IMPULS ALAMIAH

Secara fisiologis, sebetulnya hadirnya “hormon cinta” atau oksitosin cukup dapat menggambarkan bagaimana seorang manusia bernama ibu bisa begitu menyayangi anak yang ia rawat. Oksitosin ini menghasilkan empati, rasa peduli dan rasa percaya antara ibu dan anak. Oksitosin sendiri akan meningkat seiring dengan meningkatnya pula interaksi antara ibu dan anak, maka hal sederhana seperti sentuhan, belaian, gendongan, pelukan, canda tawa, obrolan kita pada anak menjadi sesuatu yang sangat berarti.


UJIAN

Takdir Allah, setiap manusia punya ujiannya masing-masing. Tak semua “beruntung” untuk bisa mendapatkan indahnya limpahan cinta kasih sayang orangtuanya sedari kecil. Ada anak yang harus menerima bahwa ia tak diinginkan oleh orangtuanya : dibuang, ditelantarkan, bahkan dihabisi nyawanya. Ada pula anak yang tetap hidup namun membawa lukanya hingga dewasa : trauma masa kecil, mememendam dendam, atau stress dengan kondisi kehidupan yang berat. Bukan hal mudah tentunya hidup dalam kondisi seperti itu, maka tak sedikit yang akhirnya mengurungkan niat, jadi enggan memiliki keturunan. Merasa diri tak siap dan mungkin tak ingin kelak anaknya mengalami hal yang sama dengan dirinya.


Sebuah pernyataan dari psikolog Kerry Frost ini sebetulnya cukup mengagetkan, tapi bisa memberikan kita kesadaran sebagai manusia :

“Jelas sekali ada banyak orangtua yang tidak layak punya anak. Sekadar punya anak itu terlalu gampang. Kalau kalian orang-orang dewasa sedang berencana memiliki anak, tanyailah diri kalian sendiri, apakah kalian siap? Apakah kalian masih menyimpan trauma masa kecil? Apakah sebagai pribadi kalian mudah sekali meledak marah dan berkata kasar? Kalau kalian masih mengidap gangguan mental, pertimbangkan lagi apa kalian mampu membesarkan anak dengan sikap pengertian dan dukungan emosional yang konsisten.”


Bagaimana bila jawabannya YA semua?

Apakah artinya kita tidak layak punya anak?
Harus menyembuhkan mental diri dulu sampai selesaikah?

Apakah akan selesai dengan segera? 

Bagaimana bila tidak selesai-selesai sampai maut menjemput?

Atau bagaimana?


MEMPERSIAPKAN DIRI

Sebagai manusia kita tentunya ingin terus belajar menjadi lebih baik. Maka salah satu langkah yang penting adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tak perlu menuntut diri menjadi sempurna dulu, karena sampai kapanpun sejatinya kita tak pernah akan sempurna. Yang kita butuhkan adalah tekad untuk terus berprogress. 


CINTA YANG BERPIKIR

Cinta yang penuh mendalam, yang wajib dilengkapi dengan pengetahuan,

Menurut CM, bekal mengasuh anak, pengetahuan yang dimaksud adalah dasar-dasar fisiologi dan psikologi. Tak cukup bila hanya berbekal “apa kata orang” atau sekadar bersadar pada pengalaman pribadi tanpa dasar yang kokoh. Menjadi orangtua tak ada sekolahnya, maka untuk menjalankan tugas mulia ini, dibutuhkan ilmu yang mumpuni.


DOA & HARAPAN

Dalam realita ada saja anak yang tadinya buruk, saat dewasa berubah dan menjadi baik. Namun bukankah ada pula yang tadinya “terlihat baik-baik saja”, saat dewasa justru menjadi ujian bagi orangtuanya? Maka, doa dan harapan dari orangtua adalah hal yang sangat penting, namun tidak cukup, karena sebagai manusia kita harus berusaha sebaik-baiknya. Membangun rumah yang kokoh dan indah di dunia saja butuh ilmu, perencanaan dan eksekusi yang mantap, apalagi membesarkan anak manusia yang kelak akan kita pertanggungjawabkan.


HAKIKAT ANAK

Anak bukan aset pribadi orangtua. Anak adalah amanah, amanah dari Allah dan amanah dari umat manusia. Apakah anak akan menjadi berkah bagi umat atau justru sebaliknya? Karena anak adalah titipan yang berharga, orangtua tidak cukup membesarkan anak-anak dengan baik. Mereka wajib membesarkan anak-anak dengan sebaik-baiknya. Keliru bila Orangtua merasa bebas melakukan apa saja pada anaknya “Ini anakku, terserah padaku bagaimana cara membesarkannya”


ORANGTUA YANG TIDAK SEMPURNA

Jangan mudah berpuas diri, jangan sombong.

Jangan pula merasa rendah diri, membanding-bandingkan diri hingga terintimidasi.

Setiap orang pasti punya kelemahan pribadi, terpenting sadar dan mau berjuang memperbaiki diri. Anak tak butuh orangtua yang sempurna, melainkan ayah bunda yang mencintai mereka tanpa syarat dan mau terus belajar bersama mereka.


ANAK YANG MENGAJARI KITA BANYAK HAL

Kadang kala kita yang terlalu khawatir tak cukup mampu mencintai, nyatanya anaklah yang mengajari kita bagaimana mencintai dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan pikiran. 


Setiap tahun yang kita habiskan untuk mendidik dan mengasuh anak adalah pengalaman belajar yang komplet, utuh dan tak ternilai harganya. Anak-anak bisa mengeluarkan semua potensi terbaik dalam diri kita, yang sebelumnya kita tak sadari tersimpan di sana. Syaratnya hanya satu, janganlah kita mengeraskan hati.

– Ellen Kristi

Raising children, raising ourselves.

Mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri.

– Naomi Aldort


Alhamdulillah selesai,
Mari sempatkan berefleksi :D

Thursday, February 16, 2023

Insight dan Review Film Ngeri-Ngeri Sedap (Missing Home) 2022

 

Bismillah..

Kali ini aku pengen sharing tentang apa yang kudapat dari film Ngeri-ngeri Sedap. Buat pecinta film ber-genre keluarga kaya aku, film ini RECOMENDED sih menurutku. Plusnya, aku yang blasteran suku Jawa-Sunda ini jadi agak sedikit tahu mengenai adat dan tradisi Batak. Aku suka banget! <3

Film ini bahas keluarga yang sudah cukup matang, sudah bukan anak-anak lagi. Memang belum ada yang menikah dari anak-anaknya, tapi buat aku, cukup jadi pengingat dan refleksi diri tentang "akan menjadi orangtua yang bagaimanakah aku kelak?"

Mungkin aku ngga akan terlalu bahas isi filmnya ya, spoiler tipis-tipis ngga apa-apa ya hihi. Tentunya, better nonton sendiri ya. Aku pengen nulisin pelajaran/insight yang kudapat dari film yang sedang tayang di Netflix ini

1. Pentingnya sosok Suami dan Bapak untuk dekat dan bersahabat dengan anak-anaknya, juga istrinya.

Kalau dilihat memang usia Orangtua di film ini adalah generasi babyboomers yang bisa dibilang masih sangat konservatif dan memegang adat. Mereka yang masih minim ilmu parenting-parentingan sehingga hubungan antara anak dan Bapak masih sangat kaku. Fenomena Bapak yang "harus selalu ditaati" cukup terasa, namun minim koneksi dengan anak. Diperlihatkan bahwa efeknya adalah anak jadi enggan pulang ke rumah orangtua karena "males" selalu dikoreksi dan ngga dimengerti. 

Jenis hubungan yang kulihat dan Pak domu dan mak domu ini sebetulnya unik. sampai punya "ide gila" itu juga saat menjalaninya malah kagok hihihi. "Lembutnya" hati seorang suami/ayah akan berdampak sangat besar pada anak dan istrinya.

2. Ibu yang rindu sama anak-anaknya dan berani mengekspresikannya

Aku di masa sekarang ini anak masih kecil-kecil belum dewasa dan ngerantau, belum ngerti deh gimana rasanya. Tapi aku belajar dari mak domu ini, bahwa kalau rindu ya sampaikanlah kerinduan itu sama anak-anak. Biar anak tahu betapa ia dirindukan orangtuanya, betapa orangtuanya sedang merindukannya. Cinta dan kasih sayang itu bukan hanya dalam hati, tapi perlu diekspresikan melalui kata-kata dan aksi.

3. Anak-anaknya sebetulnya so sweet dan care sama orangtuanya

Meski mereka tersebar di luar kota (bahkan pulau), tapi ketika ada kabar "menggemparkan", mereka kompak untuk pulang dan membantu orangtuanya untuk memecahkan masalah. Kalau anak ngga "baik" sih bisa aja memilih untuk apatis dan ngga peduli ya. Mereka mau ngusahain bantu orangtua mereka dengan cara yang baik dan dewasa. Patut diapresiasi ya!

4. Pahami latarbelakang dari keputusan yang diambil anak

Setiap anak sebetulnya punya misi tersendiri yang udah Allah takdirkan. Orangtua wajib mengarahkan, mendampingi, namun sebagai manusia tak bisa sepenuhnya mengendalikan manusia lainnya. Seiring bertambahnya usia anak, sangat mungkin terjadi perbedaan pandangan yang bila tak orangtua iringi akan menjadi hal yang "mengagetkan". Bila ada hal-hal yang memang bersebrangan dengan prinsip keluarga, tradisi, agama, value atau hal lainnya, diskusi yang sehat sangat dibutuhkan. Sekedar melarang tanpa memahami latarbelakang anak mengambil suatu pilihan justru akan membuat anak semakin jauh. 

Kalau dalam film ini diceritakan adanya ketidaksetujuan orangtua terhadap pilihan anaknya : anak yang mau menikah dengan suku yang berbeda, anak memilih profesi yang tidak disukai orangtua, dan anak yang tak kunjung pulang karena malah merawat "orangtua" lainnya.

5. Hak perempuan untuk mengemukakan pendapat

Dalam berbagai budaya, juga aturan agama, yang kupahami memang perempuan itu diwajibkan tunduk taat pada suami. Namun untuk mewujudkan pernikahan yang berkah tentu kenyamanan dalam mengemukakan pendapat sewajarnya perlu diperhatikan. Seseuatu yang terlalu ditekan, bila tak diatasi dengan baik, suatu saat akan meledak. Sebetulnya hal ini berlaku baik untuk perempuan maupun laki-laki ya. Juga orangtua maupun anak-anaknya.

6. Pentingnya orangtua mengenal anak lebih dalam

Kadang orangtua ngga sadar apa kesukaan, keinginan, bakat, dan perkembangan jiwa anaknya. Dalam film ini, contohnya saat sang Bapak ngga suka dengan pilihan karir anaknya (gabe) menjadi komedian, padahal sang Bapak juga termasuk yang paling lucu banyolannya. Tokoh Sahat (anak terakhir) juga ternyata begitu berarti & bermanfaat di kampung tempat ia bekerja. Ia bahkan mendapatkan banyak pelajaran hidup dari sosok tetua yang ada di tempat tinggalnya di Jawa. 

7. Yang terpenting bukan apa yang terlihat di luar, melainkan bagaimana yang sebenarnya di dalam

Keluarga Pak Domu ini sempat dijadikan percontohan keluarga harmonis bagi keluarga lainnya di tempat ibadahnya, Ada scene saat pak Domu meminta Mak Domu merangkul tangannya saat di depan orang lain, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Hikmahnya buatku, ya setiap keluarga punya ciri khas, baik itu hal bagus yang bisa dicontoh, ataupun permasalahan masing-masing. Tentunya menjaga marwah keluarga juga hal yang penting dan baik. Terpenting adalah berfokus untuk benar-benar baik di dalam hingga kebaikannya bisa terpancar ke luar. 

8. Sosok Bapak yang "curhat" kepada Ibunya saat ada masalah

Ini menarik sih ya, di balik "keras"nya watak sosok Bapak di film ini, masih ada kesempatan ia untuk akhirnya "curhat" kepada Ibunya sendiri meski ia sudah berumur. Kebanyakan dari kita, semakin dewasa semakin "gengsi" untuk menceritakan permasalahan-permasalahan hidup kita pada orangtua. Berkeluh kesah pada orang yang tepat itu boleh kok ya, karena manusia memang makhluk yang suka berkeluh kesah, bukan? Setelah itu jernihkan pikiran dan ambil keputusan yang terbaik.

9. Mau menyadari, mengakui kesalahan dan meminta maaf itu tidak menurunkan derajat, justru membuka jalan kebaikan

Sebetulnya dalam sebuah keluarga/pernikahan, karena semua saling memberi pengaruh, maka kita memang tidak bisa menyalahkan pihak manapun. Namun, dari melihat film ini, aku melihat bahwa kunci dari segala permasalahan adalah ketika sosok Bapak mau "mendengarkan" apa yang istri dan anaknya sampaikan. Fitrah ayah sebagai imam memang menjadi pengambil keputusan dan setiap anggota keluarga butuh taat, namun pemimpin yang baik tentu bisa mengayomi jiwa-jiwa orang yang dipimpinnya.


Secara budaya aku jadi tahu kalau di tradisi batak itu.. (cmiiw)

1. Usahakan menikah dengan dengan yang satu suku untuk menjaga tradisi

2. Anak lelaki merantau, tetapi anak terakhir tidak merantau dan ia yang bertugas merawat orangtua 

3. Motif ulos berbeda-beda dan dipakai di momen yang berbeda

4. Ada upacara adat Sulang-sulang Pahompu : pengukuhan adat pernikahan Batak Toba

5. Ada budaya kumpul di Lapo : warung ngobrol santai, menyanyi, dkk 

6. Ketika ada permasalahan suami istri dan istri sampai pulang ke rumah orangtuanya, istri harus dijemput oleh suami dan anak-anaknya (keluarga)


Bagus banget sih film semacam ini buat generasi muda, jadi bisa kenalan sama budaya-budaya lewat media yang menyenangkan :D

Nah, insyaallah segitu dulu ya, nanti kalau ada aku tambah-tambah lagi.
Mau ngerjain tugas lain dulu, hihi.

Kalau ada rekomendasi film keluarga yang bagus lagi, berkabar ya!