Tuesday, March 31, 2015

Kantung Keresek dan Niat yang Sekedar

Saat membeli sesuatu, seringkali barang tersebut dibungkus dan dijadikan satu dengan sebuah kantung keresek. Setelah barang dipakai, keberadaan kantung keresek pun tak begitu penting lagi adanya.

Bukan, saya bukan mau kampanye hijau atas penggunaan kantung keresek yang berlebih. Hehe.

Coba lihat koleksi tas kita yang mungkin jumlahnya lebih dari 1. Terkadang sebelum pergi kita sempat memikirkan, akan pakai tas yang mana ya? Terlebih lagi wanita, ujung kerudung sampai sepatu kan harus match.

* * *

Keresek hitam itu kulihat tergantung di bahu bocah lelaki itu. Tampak terikat kuat dengan seutas tali rapia biasa, diselempangkan dan terisi barang dagangan. Barangkali tissue, ya, seperti apa yang memenuhi kedua tangannya. Matanya awas, sembari sigap selap-selip di lalu lalang kendaraan di jalanan yang padat merayap.

Hanya 2 ribu rupiah dijualnya, tak jauh berbeda dengan harga pasaran. Aku tiba tiba ingat pada anak lain yang menjual barang semacam itu dengan harga 5 ribu rupiah. Ah, anak ini polos sekali.

Terbersit niat untuk membantu membelinya. Toh barangnya dibutuhkan dan harganya normal. Tapi tiba tiba lampu menyala hijau, dan semua menjadi harus berjalan serba cepat.

Ah, dasar aku ini, niat hanya tinggal niat.
Tanpa keteguhan hati melaksanakannya, niat hanya sekedar niat. Tapi tak apalah, kita tahu niat baik akan membekas di hati kita. Semoga lebih banyak lagi niat kita yang terlaksana.

De Marrakesh B3 18, dituangkan 5 April 2015

Friday, March 20, 2015

A Home Team (2) - Dodik Maryanto

Postingan lanjutan dari kulwapp IIP Bandung bersama Pak Dodik Maryanto : A Home Team

7⃣ Dalam sebuah team smua punya peran yang berbeda2. Mnrt ibu/bpak, apa msing2 peran utama ayah,ibu dan anak dalm keluarga untuk membentuk tim yg solid? terimakasih.
-Shofi-IIP bandung-
7⃣ bunda Shofi, yang kami lakukan di rumah. Ayah berperan sebagai leader, ibu manager, dan anak-anak sebagai partner. Itu dalam keseharian. Tetapi kami juga memiliki sarana latiham berganti peran saat mengerjakan projek keluarga. Saat projek A dengan pimpro si kakak, maka kakak sebagai leader ayah bisa sebagai partner. Begitu seterusnya. Itu yang kami namakan management DONAT✅

8⃣ Ayah saya punya karakter yg kuat. Dan saat marah kata2 beliau seringkali menyakiti hati, baik kepada ibu maupun saya dan anak2nya yang lain.
Walaupun saya sudah hafal karakter beliau dan tetap menyayangi beliau, tetap saja sulit menghadapi karakternya.
Bagaimana cara menghadapi dan membangun komunikasi dengan pasangan/orang tua yang mudah berkata tajam saat sedang emosi?
Yulia - IIP Bdg

8⃣ bunda Yulia, kalau karakter tersebut tidak bisa diubah, maka tugas kita hanya mendengarkan tanpa haris melawan, saat beliau marah. Jangan hadapi api dengan api. Dan pahamilah saat marah , nalar tidak berjalan dengan baik. Setelah itu maafkan, terima, ajak untuk berbicara saat cooling down. Nanti anda akan menjadi anak yang luar biasa. Sebentar bola bekel yang dilentingkan ke lantai keras, bakal melambung tingi✅

9⃣ Bu Septi/Pak Dodik
Bgmn pola pengasuhan anak saat ekonomi sulit shg ayah dan ibu sibuk bekerja mmnuhi kbutuhan?
-nurmalia IIP Bdg-
9⃣ bunda Nurmalia, saat Allah memberikan kondisi tersulitan di kehidupan kita, yakinlah bukan kita yang sedang diuji, tapi Allah sedang memuliakan anak-anak kita dengan caranya. Maka mereka harus dilibatlan dalam pembicaraan , meski tidak harus detail. Ajak mereka mengikuti prosesnya. Dan selalu cek apakahnkemuliaan anak naik? Kalau ya lanjutkan. Tapi jangan pernqhnmeninggalkan mereka dengan alasan ekonomi✅

🔟 Apakh transfer of feeling dilakukan setiap hari?adakah waktu khususnya?apakh pertanyaannya hanya itu2 saja?dan jika itu sdh berhasil dilakukan,apa yg selanjutnya sy lakukan u membentuk hometeam yg sy impikan?
-Zahra, IIP Bdg-
🔟 bunda zahra, komunikasi akan berkembang seiring jam terbang. Jadi anda mulai dulu yang pertama, nanti Allah akan memberikan ilmu berikutnya. Yakinlah. Just DO it✅

1⃣1⃣ Assalamu'alaikum...bu septi, kadang ketika kami sedang berkumpul, suara saya dan suami kadang tidak sinkron, bagaimana caranya kami kompak.  Trima kasih.
-Dewi-
1⃣1⃣ bunda Dewi, sinkronkan dulu di kamar, perbanyak komunikasi dengan suami berdua. Sehingga kalau bapak bilang A ibu juga akan bilang A. Kalau saat life diskusi dengan anak-anak diantara anda berdua ada yg tidak xoxok, salah satu harus silent. Tapi kalau topiknya debat keluarga😊 boleh sekali-kali diadakan silakan debat scr rasional jgn emosional✅
1⃣2⃣ Pertanyaan
Bagaimana cara menghadapi orang tua yang tinggi sekali tingkat intervensinya hingga urusan makan apa pun diintervensi dan memiliki karakter selalu benar?
-Ririn-
1⃣2⃣ bunda Ririn, sekali-kali anak boleh menyampaikan ketidaksukaam terhadap intervensi ortu. Bicarakan baik-baik, dan minta mereka mendengar. Usulkan ada satu hari suara anak, dan selebihnya ortu boleh bersuara. Buat kesepakatam keluarga hal-hal apa yang membuat semua orang  merasa nyaman✅

1⃣3⃣ Assalamualaikum..
1. Bagaimana berkomunikasi dlm keadaan marah?Memang diam lebih baik dilakukan ketika marah,tp kadang suka gak bisa.Alih alih jadi menyakiti pasangan atau anak?
2. Dalam berkomunikasi dengan suami,saya suka sulit mengartikan maunya.Karena tidak to the point. Bilang A tp pengennya B. Sementara saya mengartikan A..Akhirnya gak mudeng deh jadinya.. Bagaimana ya mengatasinya?
-Mirayana-
1⃣3⃣ bunda Mirayana, jangan hadapi marah dengan marah, karena marah itu api, maka pasangan harus bisa menjadi air. Maka kalau pasangan kita marah, segeralah minum air dan jangan ditelan, itu sebagai latihan di awal. Kalau pasangan sudah selesai marah, baru telan airnya😊
2. Kumci komunikasi itu 2 C yaitu clear dan clarify, jangam sungkan untuk mengklarifikasi pernyataan suami. Kemudoan baru lanjutkan pembicaraan selanjutnya✅

* * * alhamdulillah, selesai :) * * *
Semoga bermanfaat :)

A Home Team - Dodik Maryanto (Kulwapp IIP Bandung)

'A' HomeTeam
Resume Kulwapp IIP Bandung 2
Narsum : Dodik Maryanto
Admin : shona Vitrilia
Host : Zakia Mutmainnah
18 Maret 2015

Kita mulai dengan melihat beda antara 'kerumunan' dan 'team'.
Saat jalan-jalan pagi dan melewati sebuah pasar kaget, apa yang Bunda dapati?

Sekumpulan orang, ada yang heboh menawarkan barang, sebagian sibuk menawar barang, yang lain hanya lihat-lihat saja, ada pula yang jalan kesana-kesini, bahkan ada pula yang bengong. Setiap orang sibuk dengan kegiatannya sendiri, mengejar tujuannya sendiri yang tak selalu ada kaitan dengan yang lain, interaksi seperlunya sebatas kebutuhan jikapun ada, berada di tempat yang sama namun tak saling sapa satu dengan lainnya, asing dan tak peduli kecuali ada maunya. Inilah KERUMUNAN.

Para penggemar bola tentu tak asing dengan Barca, tempat Lionel Messi dan Neymar mengukir prestasi, tapi tak mungkin sendiri. Setiap pemain mengerti posisi, tugas, peran dan tujuan. Mereka saling mengerti bahkan tanpa keluarnya satu kata pun, memberikan support satu dengan yang lain. Menyajikan permainan cantik yang membuahkan goal kemenangan, rapat menjaga dari serangan lawan. Ini satu contoh TEAM.

Kerumunan dan Team sama-sama merupakan kumpulan orang.
Kerumunan tak mempunyai tujuan bersama yang menyatukan mereka, tak ada komunikasi untuk saling mengerti. Yang menyatukan mereka hanya karena kebetulan berada di tempat yang sama.

Team disatukan oleh tujuan bersama, tatanilai yang diyakini semua, komunikasi dan interaksi yang membuahkan saling mengerti, tahu peran, posisi dan tugasnya, saling memberikan dukungan dan bantuan, gembira bersama bergerak menggapai impian.

Mari kita tengok keluarga kita, lebih dekat dengan ciri-ciri kerumunan ataukah team?

Sebuah hometeam berbeda dengan team lainnya. Hometeam tidak bisa sesuka-suka ganti pemain, anggotanya memiliki usia dan tingkat kematangan yang berbeda-beda, ada peran-peran yang secara alamiah sudah melekat pada anggotanya, ada pula yang dapat berganti-ganti dimainkan.
Hometeam memerlukan manajemen yang unik. Sebagian dari kita menganggap akan bisa dengan sendirinya mengatur rumahtangga bila tiba waktunya, ketrampilan itu akan tumbuh secara naluriah. Bukankah orang tua kita juga tak repot-repot belajar saat membesarkan kita?

Barangkali memang demikian.
Namun bila yang hendak kita bangun adalah 'A' HomeTeam, hometeam yang berkualitas 'A' dan bukan sekedar hometeam maka ada hal-hal yang perlu kita cermati.

Kita dengan pasangan hidup kita dipertemukan dan disatukan setelah dewasa. Sebelumnya kita dibesarkan di lingkungan berbeda, melalui jalan berbeda, dengan cara berbeda, dan mungkin juga dengan tatanilai yang berbeda.
Maka langkah pertama adalah banyak-banyaklah membangun KOMUNIKASI, verbal maupun non verbal. Sering-sering ngobrol bareng, melakukan kegiatan bersama, membicarakan apa yang kita sukai dan tidak kita sukai, memahami gelagat dan bahasa tubuh. Jangan diam saja dan menganggap pasangan hidup kita pasti tahu atau seharusnya tahu. Pasangan hidup kita bukan dukun kan? ;p
Yang pertama dibangun adalah tatanilai bersama, our values.
Tak perlu banyak, yang utama dulu saja yang akan menjadi INDUK NILAI.
Sekedar contoh, Induk nilai Tanah Perdikan Margosari adalah iman dan kehormatan.

Meski rumusannya sederhana, proses ini bisa jadi berdarah-darah, penuh tetesan air mata. Maka Anda dan pasangan perlu menyepakati konstitusi dan aturan main dasar. Kami memiliki 3 aturan sederhana:
1. Mesti TETAP BERKOMUNIKASI seberapa pun marahnya.
2. Segala keputusan yang dihasilkan dalam keadaan marah, BATAL demi hukum.
3. Bila terjadi selisih atau beda pendapat, kembali kepada al QUR'AN dan al HADITS.

Proses ini bisa jadi lama, jangan berharap bagai membalik telapak tangan: Plek, selesai. Tidak! Intensitas komunikasi dan main bareng akan sangat menentukan. Maka perbanyaklah sarananya. Misalnya: Makan bareng, sholat berjamaah, bermain bersama, ngopi pagi, dll.
Manfaatkan teknologi, bikin grup keluarga di wa/line/bb dll. Share hal-hal baik yang mencerminkan nilai keluarga.

Setelah itu kita akan lebih enak untuk membicarakan TUJUAN keluarga.
Tidak harus sekali jadi, biarkanlah tujuan ini dinamis dan berkembang. Secara berkala dibicarakan bersama.
Dengan mengetahui tujuan bersama dan sasaran masing-masing, setiap anggota keluarga jadi tahu hal-hal yang dibutuhkan yang lainnya. Dengan demikian mereka mengerti bila hendak men-support yang lainnya.
Bila saat ini sepertinya tidak ada kerjasama dalam keluarga, yang satu tak mau membantu yang lainnya, barangkali karena yang satu dan yang lain tidak saling mengerti apa yang diperlukan.
SALING MEMAHAMI adalah dasar tumbuhnya kerjasama team.

Aturannya: Understand first then to be understood.

Dan kuncinya adalah KOMUNIKASI.
Kita bahas di lain kesempatan.
Sukses selalu!

/Dodik Mariyanto/*
Email : didod2020@gmail.com
FB : Dodik Mariyanto
Twitter : @dodikmariyanto

SESI TANYA JAWAB
1⃣ Bu, apakah jika suami tdk ingin mengenal teknologi lbh jauh, home team lebih lama terwujudnya? Krn utk komunikasi hanya terjadi saat bertemu saja, sedangkan utk bepergian hanya sms dan telpon. Utk Grup WA, line atau BBM beliau lbh suka menggunakannya. -Zakia-
*Lbh suka tdk menggunakannya
1⃣ teh Zakia, tidak teh komunikasi itu dibangun dengan tatap muka terlebih dahulu, adanya teknologi itu hanya sarana untuk mengeratkannya tapi bukan satu-satunya cara. Saling menulis pengalaman kemudian menshare saat ketemu otu juga dahsyat. Jadi kunci hometeam itu hati✅

2⃣ Assalamualaikum wr wb
Hal menarik ada dalam 3 aturan, saya belum mengerti point 2 sperti apa? ..
Terima kasih - Yayu - IIP bandung
2⃣ bunda Yayu, aturan tersebut kami buat, dengan pemahaman apabila dalam kondisi marah, semua kalimat yang keluar dari mulut kami saat itu, batal demi hukum. Karena kami yakin saat marah nalar biasanya tidak wajar. Maka yang berlaku adalah kalimat setelah cooling down✅

3⃣Assalamu'alaikum...
Bagaimana cara pendekatan orang tua, khususnya Ibu, dlm mengenalkan 'A' hometeam pd anak usia 2-3 thn? Trm ksh.
Fithri_IIP Bandung
3⃣ bunda fitri, libatkan dalam aktivitas-aktivitas keluarga. Misal buatlah projek keluarga dimana anak usia 2-3 th nertugas m2ngembalikan mainan padq tempatnya. Jadi kalau ada mainan tidak pada tempatnya maka dialah yang mengingatkan. Projek ini bosa dinamakan clean up. ✅

4⃣ Assalamu'alaykum pak dodik/bu septi
Saya dan suami terkadang berbeda cara untuk menuju ketujuan bersama,  tidak saling menyalahkan sih...tapi jd tdk spt sebuah tim.  Kondisinya memang krn  kondisi kerja suami yg padat,  sering dibicarakan agar konsisten punya  waktu berkumpul tp nyatanya susah sekali.  Mohon masukannya dr pak dodik.  Terimakasih.
-Nur-
4⃣ bunda Nur, pertama memang harus satu jalan, setelah itu cara boleh berbeda. Karena tim itu tidak selalu mendapatkan peran yang sama dan melakukan hal yang sama. Kunci kita adalah membangun moral character keluarga terlwbih dahulu yg harus sama, setelah performance character bisa sama bisa berbeda✅

5⃣ Assalamu'alaikum Bu Septi, Pak Dodik..apakah sebagai orang tua, masih berhak untuk memiliki mimpi pribadi? Apa segala hal tentang keinginan dan mimpi harus dikomunikasikan kepada seluruh anggota keluarga (termasuk anak)?
-Karin, IIP Bdg-
5⃣ bunda Karin, selama mimpi tidak dipungut pajak😄 kita masih berhak bermimpi. Buatlah mimpi ibu, mimpi suami, mimpi anak menjadi  MIMPI KITA. Dan diwujudkan bersama di keluarga. Sehingga kalau ada yang sukses di keluarga tidak ada kecemburuan dan memicu tantangan baru✅

6⃣ Saya seorg ibu rumah tangga dgn 5 org anak,bagaimana cara saya membentuk hometeam yg baik dlm rumahtangga saya?apa2 yg mesti saya lakukan u membentuknya?,sy bingung bagaimana hendak memulainya,krn sejak kecil kami tdk terbiasa kumpul dan membahas satu kesepakatan bersama,...anak saya yg paling besar berumur 11,9,8,4,dan 2thn.
-Zahra, IIP Sulsel-
6⃣ bunda Zahra, mulailah demgan mematikan televisi di ruang keluarga, siapkan teh dan cemilan, dan start dengan transfer of feeling. Bagaimana perasaan kakak hari ini, apa yang dirasakan adik saat di sekolah, saat ayah di kantor? Biarkan mereka bercerita. Kemudian latih master mind.
A. Sudah sukses apa hari ini
B. Apa rahasia sudah bisa sukses seperti itu
C. Minggu depan pengin sukses apa✅

Pertanyaan 7-13 Bersambung ke post selanjutnya ya :)

Pujian (1) : Antara Pujian dan Koreksi

Saya jadi tertarik menulis ini karena 3 hal. Pertama, saya hanya ingin merefleksikan bagaimana masa lalu "mendidik" saya terkait pujian. Kedua, saya dihadapkan pada sebuah kondisi dimana saya harus terbiasa disanjung, sedangkan saya tak terbiasa dan bingung menyikapinya (hehe._.) Dan ketiga, saya harus mengerti bagaimana sebuah pujian akan berdampak baik, kaitannya dengan membangun sebuah keluarga.
Maka dari itu, rencananya hal ini akan saya bagi menjadi 3 bagian. (Btw, Manusia hanya bisa berencana hehe)

Saya dibesarkan pada lingkungan yang tak membudayakan pujian atau sanjungan. Apa apa yang sudah baik, yasudah, tapi bila ada sebuah kesalahan, sebutkan. Katanya, seperti itu agar kita tak mudah cepat puas atau sombong, juga supaya kita bisa perbaiki kesalahan kita. Namun, betulkah harus seperti itu ?

Mungkin sindromnya terjadi tak hanya pada lingkungan saya. Saya yakin, begitu banyak orang yang memiliki cara pandang semacam itu. Saya yakin dampak pada setiap individu akan bervariasi, tergantung bagaimana komposisi antara pujian dan koreksi, juga tergantung bagaimana individu tersebut memaknainya.

Sebelum lebih jauh, saya penasaran apa kata KBBI tentang puji, sanjungan dan koreksi

pu·ji n (pernyataan) rasa pengakuan dan penghargaan yg tulus akan kebaikan (keunggulan) sesuatu

san·jung v, me·nyan·jung v melontarkan kata-kata pujian untuk membangkitkan rasa senang; mempersenangkan hati

mengoreksi /me·ngo·rek·si/ v 1 membetulkan (memperbaiki) kesalahan.

****
Karena saya jarang dipuji (atau karena emang ga ada hal yang bisa dipuji? Hehe), saya begitu terbiasa melakukan segala hal dengan biasa biasa saja. Tidak pada semua hal sih. Saya melakukan segala hal sebagaimana yang saya inginkan saja. Kalau maunya segitu, ya segitu, titik. Hehe

Saya pernah baca, kalau untuk anak anak, pujian sangat bagus untuk memotivasi. Puji pada hal spesifik yang memang anak itu baik disitu, fokus pada hal baiknya. Bila konsisten, Dampaknya akan bagus untuk masa depannya, motivasinya untuk menjadi yang terbaik akan besar. Dan memang terbukti, sudah saya coba pada beberapa anak yang saya temui.

Anak yang terlalu sering dikoreksi malah akan takut dalam melangkah. Padahal, masa-masa itu adalah masa yang penting untuk bereksplorasi.

Btw, alhamdulillah, sejauh ini saya ngga terlalu takut pada banyak hal. Yang kurang mungkin, motivasi saya untuk jadi numero uno hehe. Saya ngga mengutuki diri ko, toh selama ini emang menganggap blm perlu perlu amat kaya gitu. Hehe. Saya sendiri memahami kenapa saya seperti itu. Tapi tenang, mungkin nanti akan ada masa nya saya semakin baik, ya! Kan kita semua hidup sambil terus belajar ya? Doakan! :D

Februari 2015

Thursday, March 19, 2015

USG 13-14 Weeks :)

Allahu akbar.. allahu akbar..

Dek, 10 Maret 2015 lalu, ayah sama bunda ngecek kehamilan di RS al Islam. Sementara ini masih kontrolnya sama dr. Ani, Spog. Beliau ini Tipe dokter yang ayah bundanya mesti aktif nanya, kalau nggak, pasti periksanya cuma bentar banget. Hehe

Bunda cek usg terakhir udah 6 minggu yang lalu, jadi agak nervous ini mau usg liat dede lagi. Tau ga, bunda sempet ngebayangin, "gimana kalau pas usg, adek tiba tiba ngga ada!" >,< Bunda aneh ya mikir kaya gitu? Hehe -_- maaf ya dek, bunda khawatirnya rada ngelantur sih emang hehe.

Usg sebelum ini adek masih kecil banget, dan organ adek belum terbentuk sempurna. nah, usg kali ini, masyaallah.. entah kenapa bunda terharu banget. Bunda udah bisa liat adek udah tumbuh seperti bayi dekk :"3 Dan kali ini, ayah sama bunda udah liat detak jantung adek, masyaallah.. :")) insyaallah sehat terus ya..

Menariknya, sebelum ini bunda kan juga udah pernah liat foto usg orang lain dari berbagai sumber, dan harusnya biasa aja. Terua jaman bunda kuliah dan praktikum juga sempet belajar proses perkembangan makhluk hidup, harusnya udah ngga aneh ya. Tapi ini emang beda dek. Rasanya bunda ngga percaya kalau adek ada di rahim bunda. Ya Rabb.. :")

Alhamdulillah alhamdulillah..
Semoga allah memampukan ayah dan bunda bisa memegang amanah dengan baik ya dek :")

Wednesday, March 18, 2015

Polisi dan Razia Motor yang Aneh

Bismillah, ini kompilasi kisah saya waktu kena razia motor. Hehe. semoga saya inget sama pelajaran berharga ini, dan semoga ada cuilan manfaat bagi yang baca :)

SEBELUM PUNYA SIM
1. Razia di polsek ciwastra
Kisah : waktu itu masih kuliah tingkat 2 kalo ga salah. Saat itu udah magrib, mau ke rumah sodara di baturaden buat pinjem kamera. Karena deket (geser komplek doang dikit), berasa ga usah nyiapin apapun. Ternyata di setop sama pak polisi di polsek. Jeleger 🔥🔥
Kondisi :
- no sim
- no STNK
- lampu ngga dinyalain
- ngga pake helm
Status : ke laut aja ya mending hehe
Ending : NANGIS BOMBAY (udah tau salah, ngga bisa ngapa ngapain lagi. Udah gitu motor mau disita padahal motor kakak ._.) Nelepon rumah, mashan dateng, nego damai, bayar 100.000. Lanjut nangisnya. Inget banget waktu itu masih polos, sidang teh gimana?? Si mashan cuma ngakak. Ahahaha. Emang belum pantes dapet SIM mental begini mah

2. Razia di jl. Supratman (28 juni 2014)
Kisah : entah dari pagi udah ada feeling ngga enak pas tau ada razia.
Siang nya pas pulang, udah takdirnya ke gap gara gara lampu mati. Hehe
Biasa kan dikasi tau denda dll. Terus tadinya mau disidang tgl 11.
"siap pak insyaallah"
Trus dia bilang : kalo gini motornya mesti ditahan juga. Keberatan?

"Ya Keberatan lah pak, biasanya juga stnk aja."
"Tapi paling sy telpon ortu dlu, ijin pulang g bw motor. Sy pulang naik angkot."

"Ade adanya berapa? Bisa dibantu."

"Ada 100ribu pak, tapi ini uang buat bayar sesuatu di rumah (oriflame). Kalo sy pulang g bawa uangnya, percuma pak."

"Ada brp atuh, dibantu. 50 ada?"
"Beneran pak ngga ada segitu."

"Motor ny ditahan, kasian ke adenya"

"Iya pak, tapi ya kalo harus gitu ya udah. Da emang salah. Gpp insyaallah."

*polisinya bingung mikir gelisah*

"Yaudah ini peringatan aja. Bisa kan ya bikin sim. "
"Bisa pak insyaallah."
Kondisi :
- STNK kadaluarsa
- no sim
- lampu mati
Status : Nekat ga punya sim, lupa cek lampu.
Ending : dibebaskan, kekeuh milih sidang. Mungkin ribet kalo mereka harus ngangkut motor. Hehe

SUDAH PUNYA SIM
Well, bagi saya kepemilikan sim saya itu sebuah prestasi (dasar ya ga punya prestasi lain hihi), dibuat secara sadar dan penuh perjuangan (lebay haha). Karena sebelum punya sim saya nekat tetep bermotor (dengan mesti deg degan terua tiap liat pak polisi dengan baju stabilo), setelah punya sim, suka kepingin ditangkep pas razia (dasar, gitu aja sombong). Saya penasaran dengan karakter tiap polisi yang ditemui.

3. Razia di belokan jl. Jakarta menuju laswi (sept 2014)
Kisah : habis survey gedung pindad buat nikaha. Mau jemput icha di banjarsari. Sempet mikir kelupaan bawa helm buat icha, tapi yaudah lah ya. Biasanya ambil jalur supratman, malah belok kiri, dan TRAP! LAGI ADA RAZIA.
Kondisi :
- STNK kadaluarsa
- kestop karena LAMPU MATI!
Status : lupa banget ga ngecek.
Ending : STNK Ditahan. Pak polisi nya bagus ini mah, emang ga nawari nego apapun. Sidang langsung di pengadilan katanya. Yes sidang! (Emang pingin nyobain). Pas ke pengadilan beberapa hari kemudian, ternyata masih di jalan jawa) Ambil ke polres, dinasehatin, bayarnya 40rb. Yaa, gagal ngerasain sidang :"((

4. Razia di soekarno Hatta dekat MTC (18 mar 2015)
Kisah : asalnya yari kunci motor di rumah ga ketemu, dompet ketinggalan. Jadi kedistrak buat inget bawa stnk (padahal udah dipegang sebelumnya). Biasa lewat sini selalu mepet polisi (siapa tau dipanggil hehe ga ding. Kalo mepet justru emang jarang dipanggil karena mungkin ga keliatan menghindar). Ternyata STNK nya ketinggalan! Dipanggil lah, dan minta sidang aja.
Kondisi :
- no STNK
Status : lupaa
Ending : dibebaskan begitu saja.
Saya bilang stnk nya tadi udah dipegang, malah ketinggalan.  Diperlihatkan tabel denda maksimal yang bikin orang takut (500rb). Pak polisinya nawari opsi sidang, titip sidang, dan menitik beratkan pada titip sidang. Polisi pertama bilang 60rb. polisi kedua bilang 75rb, saya protes bukan karena harga nya turun, tapi karena ga konsisten, pasti ada apa apa dong. Saya kekeuh aja sidang, saya bilang da emang saya salah, saya bilang bisa sidang tanggal segitu.  Terus dia bilang motornya yang ditahan. Saya protes karena polisi di razia edisi seblumnya bilang sim yang ditahan. Kekeuh aja mau sidang.
Bapaknya manggil-manggil saya bu haji, pas aku sambil nunggu dan tiis ngemper di trotoar (haha). Singkat cerita dibebasin, dan bilang jangan lupa lagi ya. Akhirnya ibu dateng bawain stnk. (Haduh haduh).

* * * * * * * * * *
Dari pengalaman razia yang saya alami, ada 2 sikap polisi yg saya temui :
(1) tegas bener-bener negakkin hukum,
(2) negotiable bahkan sebelum kita nya ngomong apapun.
Mana yang saya suka?
Jelas yang pertama, walaupun pada pengalaman saya, aga ribet mesti ke pengadilan.
Tapi jenis kedua, saat dia ngajak nego rasanya pingin ngomong macem macem nanyain aturan hukum yang berlaku. Ketika dia nyebut aturan aneh, rasanya saya pengen kejar supaya dia bisa ngomong yang benernya. Walaupun jenis polisi kedua ini yang bikin saya bebas dari aturan yang berlaku hehe (enak aja sih saya mah dibebasin)

Hikmah nya :
1. Periksa kelengkapan bermotor
2. Pegang prinsip yang bener. Prinsipnya penegak hukum mesti tegas, dan ga boleh lembek. Trus sebagai warga negara yang berusaha taat agama dan bangsa, kalau kita nya lembek, penegak hukumnya juga ikutan lembek.

Saya ngga tau mungkin suatu saat bisa jadi kena razia lagi, dan bisa jadi ngga seberuntung ini. Dan siapa yang tau nanti nanti taunya saya ngelakuin yang ga bener juga (naudzubillah, doain jangan ya). Tapi beneran deh, sy belum nemu istilah titip sidang dan bayar di tempat itu suatu hal yang benar. Kalo ada yang tau, tulung banget ya sharing.
Pegang prinsipnya, berani aja karena benar. (Kecuali pak polisinya ngasi tau ada peraturan resminya)

* tadi lihat pak polisi marahin anak cabean abg, setelah uangnya dimintain. Sedih banget liatnya ._.

* apresiasi sama pak polisi yang pernah nilang saya. Dan saya yakin banyak pak polisi indonesia yang senantiasa tegas menegakkan kebenaran :D

* * * *
Baru pengadilan dunia, brosist.
Pengadilan akhirat ngga bisa "sekedar" pengen nyobain rasa disidang, nyuap malaikat, titip hisab; terus nanti bisa jalan jalan ke surga neraka bebas.
Astaghfirullah..

T.T

Thursday, March 12, 2015

Capcay Mas Brewok dan 'Nafsu Memasak'

Melanjutkan tema "pola makan" di trimester 1 yang lalu pada postingan yang ini, saya getek pengen banget bikin postingan ini.

Anugerah mual-muntah yang saya alami di trimester 1 kemarin, ternyata ngaruh ke nafsu makan dan nafsu masak. Hehe.

Sebelumnya saya lagi doyan doyannya masak, gimanapun rasanya toh tetep ada yang makan (saya makan, akang juga rela makan hehe). Tapi ketika 'nafsu masak' sedang menurun, buat makan hasil masakannya juga jadi ngga mau.

Terus saya sadar, sekarang mesti lebih banyak makan sayur sayuran, jadi kadang mesti masak sayur. Sayur tergampang sedunia kan jatuh pada capcay dan sop, nah kalau bikin sop masih suka manusiawi rasanya, tapi entah kalo capcay, saat itu saya ogah juga makan bikinan sendiri hehe. Padahal rasanya mungkin ga separah-yang-kamu-pikirkan juga, entah karena emang ga nafsu aja ato gimana.

Sampai suatu ketika makan capcay nya mas brewok (di depan margahayu), saya terharu makan capcay nya.
MAAAS KENAPA BISA ENAK GINI CAPCAY NYAAA???? :O

Setiap beli pasti enak (quality control masakannya udah oke pisan hehe). Terus saya berazam suatu saat beli nanti, mesti liat dan tanyain si mamang pake bumbu apa aja.

Btw masakan mas brewok yang enak bukan cm capcay sih, mie tektek, kwetiaw, nasgornya juga enak semua.
Emang jago weh si mamang nya ini mah hehe.

Makasih mas brewok, aku jadi makan sayur kembali :"D hehe

Friday, March 6, 2015

Nafsu Makan Trimester Awal

Jelang pekan ke-12 usia dede janin dari perhitunganku. Tak terasa sudah hampir tiga bulan berlalu ya? Itu berarti trimester pertama hampir berakhir, dan akan memasuki trimester kedua. Insyaallah :)

Nafsu Makan dan morning sick Trimester Awal
Sejak awal kehamilan, aku mencari tahu tentang apa apa saja yang terjadi di tiap trimesternya. Konon, trimester awal akan diwarnai dengan morning sick alias mual-mual-muntah yang dibumbui dengan hilangnya nafsu makan, karena indera penciuman menjadi lebih sensitif. Sampai bulan kedua, aku tak merasakan mual mual berlebih yang mengganggu, makanya kupikir sepertinya aku tak akan mengalaminya (padahal namanya juga hormonal, tergantung kondisitiap orang). Akupun masih doyan makan dan bersemangat sekali memasak. Tapi entah mengapa, menjelang puncak bulan ketiga, aku mual hampir setiap hari! Mual, kemudian harus makan, kemudian harus keluar lagi karena ada penolakan. Ckckck.. tak pernah terbayangkan bahwa kini makan menjadi sebuah perjuangan..

Makanya selalu, kalau sudah ada indikasi mual, harus kumuntahkan dulu (aduh maaf ya frontal, bacanya jangan sambil makan), baru bisa makan dengan tenang. Karena rugi sekali kalau makan, trus muntah. Jadi harus makan lagi, dong? :O
Btw, alhamdulillah akang juga suka nemeni kalau aku lagi mual-muntah. Bahkan kalau aku mual dan tertahan, dia suka bantu dengan menstimulasi agar aku mau muntah (hihi kebayang kan kaya apa, padahal dia juga jadi kepingin muntah abis itu) jazakallahu khairan, yaangg :")

Buah pisang ambon
Harus cari cara back up hal ini. Buah pisang selalu jadi andalan. Sekali makan bisa 8, banyak dan nutrisinya bagus, tapi tetap mesti masuk nutrisi lainnya. Seenggaknya cukup mengenyangkan. Jadi inget waktu itu ujug ujug pengen cake pisang malem- malem. Terus akang nyariin dan akhirnya dapet. Aaaa terimakasih >,< bela-belain nyari padahal habis seharian kerja, capek, dan udah malem banget. :") jazakallahu khairan :)

Nasi putih
Tak pernah kubayangkan akan "rewel" maksudnya semasa sebelum ini pun aku jarang komplain sama makanan. Mendekati akhir bulan ketiga ini, kurang selera sama nasi putih, jadi harus bikin nasi goreng, atau sumber karbohidrat yang lain kaya ubi, mie, bihun, makaroni, kentang. Hehe emang bawaan, atau emang pengen ganti suasana aja? Hehe
Tapi ciyus deh, ini aneh. Hehe

Karena ga nafsu makan, masak pun jadi ga selera, karena ga bernafsu untuk memakannya. Dan hal ini imbasnya jadi ke banyak hal. Pertama  amanah makanku bertambah, dari hanya diri sendiri, kini ada dede janin. Kedua, suamiku juga harus makan. Ketiga, ada keluarga satu atap yang seharusnya aku masakin juga. Hehe. Udah mah masaknya belum master, ditambah lagi ngga nafsu makan. Aku mah kasian sama yang harus makan masakanku. Hehe

Susu Ibu Hamil
Sempat beli 1 kotak, Lactam*l. Aku ga rewel tentang ini. Kayanya merk apapun hajar aja. Tapi dari banyak referensi, sebenernya kita ga terlalu perlu minum susu ibu hamil, asal bisa mastiin makannya bener. Hehe. Habis satu kotak itu jadi ngga minum lagi. Liat pola makan ku yang sekarang, ibu mertua ngewanti wanti minimal susu harus masuk. Jadi sepertinya akan diagendakan beli susu bumil habis ini.

* * * * *
Menarik. Trimester awal adalah masa krusial pertumbuhan seorang anak manusia di dalam rahim. Sebuah masa yang irreversible, dimana nutrisi yang dimakan harus baik untuk menunjang kehidupannya jauh ke depan. Di sisi lain, seorang ibu secara hormonal mengalami perubahan sehingga nafsu makannya jadi berubah. Janin butuh asupan terbaik, dan sang ibu harus berjuang memakan makanan yang baik.

Bukankah kini kau merasakan perjuangan seorang yang dulu mengandungmu?

Mungkin Ini salah satu jawaban dari pertanyaan bodohmu sebelum ini :
Kenapa sih al quran nyuruh kita berbakti sama orang tua (ibu), padahal perjuangan yang disebutkan "hanya" sejak kehamilan hingga kau disapih? 3 tahun "saja".

Bismillah, menyelami maksud maksud Allah.. semoga kita bisa menjadi anak shaleh yang berbakti pada orang tua, juga kelak menjadi orang tua yang sebaik baiknya.
Aamiin..

De Marrakesh, 6 Maret 2015

Sunday, March 1, 2015

Transisi

Pola asuh, kebiasaan-kebiasaan, budaya keluarga, pembiasaan-pembiasaan yang dialami setiap orang pasti berbeda, setiap keluarga memiliki kebijakan-kebijakan dan prinsip yang mereka anut. Ada yang memang prinsip nya sudah terpatri dalam jiwa, dan diterjemahkan oleh kehidupan sehari hari. Ada pula yang tak tahu prinsip yang dianut, tapi menjalankannya setiap harinya, itu juga prinsip, hehe.

Alhamdulillah, allah berikan saya kesempatan untuk dapat melihat lebih dalam mengenai hal ini, untuk mempelajari lebih. 22 tahun dibesarkan dalam sebuah keluarga, kini Allah mengajarkanku untuk mengenal sebuah keluarga baru, dengan segala paketan yang tentu saja berbeda dengan paketan keluargaku.

Selalu ada kali pertama untuk segala sesuatu. Maka untuk hal ini, saya juga memahamkan pada diri saya bahwa inilah proses belajar saya. Saya harus belajar beradaptasi. Kaget? Pasti, tentu saja. Jangankan dengan keluarga baru, kalau baru beli kacamata baru aja pasti mata harus beradaptasi dulu. Kalau mau mindahin taneman hasil kuljar dari lab ke tanah lapang juga tanaman harus diaklimatisasi dulu agar bisa bertahan tetap hidup.

Alhamdulillah saya bersyukur, dengan ini, saya jadi punya sudut pandang baru. Saya jadi punya frame baru mengenai "paketan" keluarga saya, dan saya juga belajar dari "paketan" keluarga baru saya. Dari sana, Allah munculkan rasa dalam hati saya, bahwa apapun yang kita alami, hangatkan dengan sabar dan syukur. Ya, kau merasa jadi lebih bersyukur dengan apa yang selama ini kau dapatkan.

Ada kalanya kita mempertanyakan takdir Allah pada kita, mempertanyakan maksud-maksudnya. Tak ada yang salah dengan itu, namun yang perlu kita pahami adalah bahwa tak pernah ada kehendak buruk untuk kita dari Allah. Allah pasti sudah menyiapkan paketan takdir kita dengan sebaik baiknya. Maka, tetap berjuang menjalaninya dan sabar. Karena seringnya, semua baru dapat kita pahami setelah semua kejadian berlalu, ya kan? Waktu akan menjawabnya.

Sama seperti saya, dan mungkin beberapa anak lainnya di berbagai belahan bumi lainnya. Terkadang tak sabar hingga muncul rasa tak bersyukur dalam hati. Kondisi keluarga begini-lah, ortu gue begitu lah, hidup gue begitu-lah, dan segala keluhan lainnya. Padahal akan ada suatu masa, kamu begitu mensyukuri bagaimanapun buruknya kondisimu di masa lampau.

Ada 2 hal yang mungkin bisa lahir dari pengalaman yang-kata-dia-pahit : (1) Perasaan tak terima dan ingin membalas dengan melampiaskannya pada orang lain, atau (2) berupaya menerima, mempelajari lebih, dan berupaya tak melakukannya lagi pada siapapun. Bersyukurlah ketika Allah menanamkan perasaan yang kedua padamu. Rasa pertama diwujudkan seperti perpeloncoan, sedangkan rasa kedua menimbulkan tekad yang kuat dalam diri untuk menjadi lebih baik.

Alhamdulillah,
Alhamdulillah,
Alhamdulillah.
:)