Tuesday, March 14, 2023

Pertama Kali : Belajar Main Sepatu Roda

Alhamdulillah pekan lalu aku berkesempatan untuk main bareng sama keluarga. Sejujurnya salah banget sih emak-emak berbayi biasa bawa bayi kesana, karena biaya tiketnya jauh lebih mahal dan pastinya penggunaannya ngga maksimal banget.

Sejujurnya emang agak dadakan sih, dan ngga ngeh banget kalau disana itu suara bisingnya kenceng. hiks.


***

Langsung ke cerita utama,
Tentunya saat sampai yang jadi prioritas mamak adalah popok bayi dan makan bayi, maka disaat yang lain sibuk main, mamak nangkring santai di area kids playground yang warna-warni.

Setelah menemani berputar-putar, anak-anak ternyata lagi main sepatu roda.
Aku agak ngeri sih, asli belum pernah nyobain, dan ngga kebayang banget gimana bisa seimbang dan ngejalanin kaki dengan sepatu yang rodanya ngejejer di tengah semua. Anyway, akhirnya bayi dititip sama ayahnya, dan akupun mencoba. Lapangannya luas, dan permukaannya tampak mulus, rasanya jadi medan yang tepat buat pemula belajar. Iya dong, kalo jalanan aspal grenjel-grenjel jatuh, baret dong ya hihi.

Pertama kali nyoba pakai sepatu roda yang posisi rodanya kaya ban mobil. Wuih! Susahnya minta ampun. Rodanya berbahan plastik, dan rasanya licin banget! Sepanjang lintasan cuma bisa pegangan tembok dan rasanya udah pengen cepet sampe aja.

Setelah seputeran, akhirnya langsung nekat aja pake sepatu roda yang aslinya. 4 roda nangkring di tengah semua. Kupikir toh nantinya pake ini, jadi ya langsung praktek aja. Pakai dulu semua pengaman lutut, siku, dan telapak tangan. jalan masih ati ati banget dan muterin lintasan masih pegangan tembok.

Aku masih belum bisa ngendaliin kaki, antara kaki dan sepatu nampak belum menyatu. Lama lama belajar napak, dan mulai dikit-dikit lepas dari tembok. Jatoh ngga? jatoh doong, memalukan pula wkwk. Tapi lapangannya empuk, rodanya empuk, dan pelindungnya juga bikin jatoh jadi empuk hihi.

Singkat cerita akhirnya aku mulai bisa jalan tanpa pegangan.
Sayangnya karena cuma sebentar dan ngga keburu nyobain lagi, sampai situ aja deh pengalamanku.
Belum bisa nyerodot dengan indah, tapi ya seenggaknya udah mencoba yaa.

Semangat mencoba hal-hal baru <3
besok paginya pegel-pegel badan sih seharian hihi

Saturday, March 4, 2023

Mendengarkan Cerita Orang : Dapat Insight Mengasuh Anak Perempuan

Malam ini Aku kembali sadar dan ingat kembali, bahwa aku, SANGAT SENANG bertemu dengan orang baru. Bukan sebagai orang yang ramai bercerita, melainkan sebagai pendengar setia.

Bagiku, mendengar cerita orang lain 'memberi makan' bagi laparnya pikiranku. Terlebih Apalagi kalau bisa mendengar cerita orang yang sudah "sepuh". Bagaimana hidupnya dulu, sekarang, bagaimana mendidik anaknya dulu.


* * *

Ya, kesenanganku bertemu orang baru, dulu pernah membuatku merasa diriku adalah seorang yang ekstrovert (yang mendapat energi dari perkumpulan orang orang). Di lingkungan keluarga kecil, seingatku aku selalu berusaha menjadi "badutnya" agar membuat yang lain senang. Ngga garing ya, beneran yang really makes another family member happy. Hasil test MBTI ku dulu pun ESFP (Ekstrovert, Sense, Feeling, Perceiving) Sang Performer.

Seiring waktu berjalan, nyatanya aku tak merasa seperti itu lagi, aku lebih banyak menjadi bumbu-bumbu saja dalam sebuah perkumpulan, gen resesifnya dari para orang orang dominan. Anehnya aku tetap menikmatinya.

Semakin tua, aku semakin merasa kalau aku tuh sebenernya introvert (self claim ini mah ya hihi). 
Tapi apapun itu namanya, kategori jenis itulah yang menggambarkan bagaimana aku merasa. 

* * *

Tulisan ini tercetus sesaat setelah menghadiri undangan syukuran lahiran seorang teman. Teman yang usianya 30 an yang sedang kedatangan kedua orangtuanya. Dari situ aku jadi bisa melihat "lebih dalam" bagaimana kehidupan keluarga mereka.

Aku takjub betapa doktrin "Anak perempuan harus bisa masak" itu bukan "ilmu usang yang kuno". Itu tuh memang baik adanya, apalagi bila ditambah dengan bimbingan dan ruang yang besar untuk bisa praktek, eksplorasi dan diberi tanggung jawab. Perkara apakah kelak sang anak perempuan akan menikahi suami yang juga jago masak dan siap membantu urusan domestik ataupun tidak, skill itu butuh di asah dengan bahagia sih sejak kecil ya..

Nah, jah, karena sekarang udah ada anak perempuan, Mikir deh tuh mikirr, hihi. Hal fundamental apa aja yang perlu di ajarkan ke anak perempuan.

Bismillah, temani aku ya Allah <3

Tetangga

 Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)

Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)


Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)

Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46

Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)