Saturday, May 21, 2016

Materi Matrikulasi #1 Menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga (Part 1)

[Materi Matrikulasi #1 Menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga]

Materi disampaikan oleh Bu Septi Peni Wulandai dalam Kuliah WhatsApp Grup Matrikulasi Batch 1, pada Senin, 9 Mei 2016 pukul 20.00 – 21.00 WIB.

Salam Ibu Profesional,

Selamat  datang di program Matrikulasi Ibu profesional.
Di sesi pertama ini kita akan membahas tentang 4 hal :
a. Apa Itu Ibu Profesional?
b. Apa itu Komunitas Ibu Profesional?
c. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi Ibu Profesional?
d. Apa saja indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional?
Apa itu Ibu Profesional?

Kita mulai dulu dengan mengenal kata IBU ya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia Ibu itu memiliki makna: 1 perempuan yang telah melahirkan seseorang; 2 sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami; 3 panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum; 4 bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari; 5 yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: -- negeri; -- kota.

Sedangkan kata PROFESIONAL, memiliki makna: 1 bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.

Berdasarkan dua makna tersebut di atas, maka IBU PROFESIONAL adalah seorang perempuan yang : a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
b. Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh–sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.

Apa itu Komunitas Ibu Profesional?

Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri dan sebagai individu.

VISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
Menjadi komunitas pendidikan perempuan yang paling unggul di Indonesia.

MISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL
1.Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anaknya.
2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul.
3. .Meningkatkan rasa percaya diri  ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga  ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
4. Meningkatkan peran ibu menjadi "change agent" (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang.

Bagaimana tahapan-tahapan menjadi Ibu Profesional?

Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional yaitu :

a. Bunda Sayang
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi
guru utama dan pertama bagi anak-anaknya

b. Bunda Cekatan
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya
sehingga menjadi keluarga yang unggul.

c. Bunda Produktif
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri  ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga  ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya

d. Bunda Shaleha
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.

Apa indikator keberhasilan Ibu Profesional?

“Menjadi KEBANGGAAN KELUARGA"

Kalimat di atas adalah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional. Karena customer kita adalah anak-anak dan suami. Maka yang perlu ditanyakan adalah :

BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?

BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.
c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga

BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?

BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?
Anak Tangga Ibu Profesional
Anak Tangga Ibu Profesional. Sumber:

Pertanyaan-pertanyaan

#1 Apakah mandiri secara finansial itu suatu keharusan?
Jawaban:
Makna produktif di Ibu Profesional tidak selalu bermakna dengan uang. Bisa produktif berbagi ilmu dan karya. Hanya secara fitrah ketika kita sudah profesional menjalankan peran hidup kita, maka uang itu akan mengikuti kita, bukan kita yang mengejar uang.
Maka kemandirian finansial menjadi salah satu pendukung (bukan satu-satunya) proses terwujudnya rasa percaya diri seorang ibu. Ibu yang PD akan mendidik anaknya jauh lebih baik.

#2 Step pertama apa yang mesti dilakukan untuk melangkah menjadi ibu profesional?
Jawaban:
Lakukan perubahan sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Materi sekeren apapun kalau tidak dipraktekkan, akan sia-sia, karena tidak akan membumi dan menjadi amalan kita

#3 Bagaimana kita menemukan misi hidup spesifik? Menurut yang saya pelajari, misi hidup tersebut lebih ke aspek batin atau spiritual dibandingkan aspek sosial ekonomi. Meskipun tidak menampik adanya pengaruh ke arah dua aspek tersebut jika kita telah menemukannya. Mohon pandangan ibu.
Jawaban:
Dalam hidup ini tidak ada yang terpisah-pisah antara aspek batin, spiritual, sosial dan ekonomi, semua menjadi satu kesatuan. Orang yang sudah menemukan misi spesifik hidupnya itu akan paham apa maksud Allah s.w.t menciptakan dirinya di muka bumi ini. Sehingga seluruh perjalanan hidupnya adalah perjalanan menuju DIA. Karena orang yang sudah berjalan di jalanNya tidak perlu heboh mencari peluang, peluanglah yang akan datang padanya.

#4 Apakah memang harus berurutan?
Jawaban:
Apabila belum memiliki anak, mulailah dari bunda cekatan, kalau sudah punya anak, langsung ke bunda sayang. Setelah itu lanjut ke bunda produktif dan shaleha. Karena ini merupakan anak tangga Ibu Profesional, maka sebaiknya dikuatkan setahap demi setahap, agar mendapatkan pijakan yang kuat.

#5 Bagaimana jika ingin menjadi seorang ibu profesional tapi kurang dukungan dari suami?
Jawaban:
Bunda, perempuan itu makhluk luar biasa, diberikan berbagai kekuatan ganda, jadi apabila suami tidak mendukung, tetap berjalanlah dan JANGAN BERHENTI.
Dengan catatan : selama suami tidak mengganggu perjalanan anda sebagai Ibu Profesional, lanjutkan. Tapi kalau mengganggu segera selesaikan dulu rintangan ini.
Setelah anda berjalan, segera mendekatlah ke Yang Maha Membolakbalikan hati. Agar suami kita mau mendukung perjalanan kita mendidik anak. Karena berdasar pengalaman, istri yang tidak didukung suami, akan tetap menjalankan aktivitas mendidik anak dengan BAIK, berbeda apabila kondisi sebaliknya.
Sedangkan  keluarga yang suami istri mau berjalan bersama beriringan, bisa mendidik anak dengan SANGAT BAIK. Sehingga pilihannya hanya dua BAIK dan SANGAT BAIK

#6 Bila berbicara tentang komunitas terkadang secara tidak langsung terbagi menjadi ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Yang ibu bekerja kebanyakan jadi terfikir untuk resign demi perkembangan anak anak nya. Bagaimana di iip memandang ini bu?
Jawaban:
Di Ibu Profesional hanya ada satu ibu yaitu IBU BEKERJA. Ada yang memilih BEKERJA DI RANAH DOMESTIK dan ada yang memilih BEKERJA DI RANAH PUBLIK, dua-duanya memerlukan keprofesionalitasan. Sehingga harus mengikuti pijakan-pijakan yang ada.
Ibu yang memilih bekerja di ranah domestik harus menguatkan bunda sayang dan bunda cekatannya sebagai pijakan masuk ke ranah publik dengan dasar ilmu bunda produktif dan bunda shalehah.
Ibu yang memilih bekerja di ranah publik, harus menguatkan bunda produktif dan bunda shaleha dengan benar, agar bisa dengan cepat  mengejar ketertinggalan di bunda sayang dan bunda cekatan.

#7 Ketika ada ibu profesional, bagaimana dengan ayah profesional?  Bagaimana dengan keprofesionalan ayah dalam keluarga?
Jawaban:
Jangan pernah menuntut ayah, karena fitrahnya laki-laki baik-baik itu untuk perempuan baik-baik. Pasangan hidup adalah cermin bagi kita, ketika kita mendapati suami "tidak sesuai harapan" jangan buru-buru menuntut, itu pertanda kualitas kita juga sama. Maka pakai prinsip :
"For Things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST"
Untuk mengubah seseorang, maka ubahlah diri kita terlebih dahulu. Istilah di Ibu Profesional, "proses memantaskan diri'. Jangan pernah berhenti di ranah ini, karena Allah tidak akan rela memberikan kita pasangan hidup yang tidak mau berubah ketika kita terus berubah.
Apabila ingin mengajak para ayah, buatlah aktivitas keluarga, jangan diminta sang ayah menyendiri mencari komunitas sendiri.

#8 Saya sudah menemukan minat dan bakat dan sudah merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat ini tetapi saya tidak tau bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita saya....bagaimana saran ibu?
Jawaban:
Hanya ada dua kata KONSISTEN dan KOMITMEN. Menurut penelitian para ahli, seseorang akan menjadi ahli itu apabila sudah mencapai 10.000 jam terbang. maka tetapkan mulai besok, sehari akan mendedikasikan waktu kita untuk ranah minat dan bakat ini berapa jam?, berkomitmenlah bahwa 10.000 jam terbang anda akan raih selama berapa tahun? setelah itu konsisten di satu hal, jangan berganti-ganti.

#9 Untuk Bunda Sayang, bagaimana menilai bahwa anak bangga dan suka dididik oleh ibunya? Karena yang saya lihat satu anak (7th) seperti menurut agar tidak kena marah, dan yang satu (5th) seperti tidak mau mendengar apa yang saya sampaikan untuk kebaikannya.
Jawaban:
Lihatlah respon mereka, dan IQRA', pertajam hati untuk membacanya. Karena kondisi di atas artinya "komunikasi kita ke anak" belum clear. Maka perkuat materi komunikasi produktif.

#10 Apakah ini merupakan sebab akibat bu? Kalau suami tidak mau / tidak bisa / tidak mampu banyak terlibat, apakah cara ibu ini belum benar / banyak kekurangan dalam mendidik anak-anaknya?
Jawaban:
Tergantung tipe apa suami kita. Kalau tipe suami itu hanya mencari nafkah dan urusan rumah adalah urusan istri, maka semakin kita tidak mampu mendidik anak, semakin tidak ingin terlibat, karena merasa menambah beban pikiran dia. Akhirnya cuek dalam kegalauan. Tapi kalau suami tipe  "family man", melihat istri tidak mampu mendidik anak, akan semakin ingin melibatkan diri bahkan mendidik kita.

#11 Dan siapakah sebenarnya yang harus mulai terlebih dahulu, apakah memang mesti dari seorang ibu dulu?
Jawaban:
Karena anda yang melahirkan, maka jangan pernah bergantung pada siapapun dulu untuk mendidik anak, meski itu suami kita. Andaikata suami kita mau terlibat itu bonus keberkahan yang luar biasa.

#12 Bagaimana cara mendidik anak-anak jika kita masih tinggal dengan mertua yang kadang ada bedanya dalam mendidik anak, anak jadi banyak pola asuhnya.
Jawaban:
Bunda berdiskusilah terus dengan mertua untuk menemukan titik temu pola pendidikan antara kita dan mertua kita. Tentukan mana ranah yang prinsip tidak bisa diubah, dan mana ranah yang fleksible menyesuaikan kondisi. Seringlah ajak ibu mertua berkegiatan bersama, sehingga masing-masing akan saling memahami.

#13 Bagaimanakah cara single mom bisa menjadi ibu profesional? Dan bagaimanakah efek ke anak? Apakah bisa tumbuh seperti umumnya?
Jawaban:
Saya dibesarkan oleh seorang single mom, ayah meninggal saat saya usia 8 th. Ibu menjadi sosok yang sangat tegar saat itu. Perempuan memang ditakdirkan untuk memiliki energi dobel. Sehingga pintar-pintarlah memanage energi tersebut. Logika harus seimbang dengan perasaan. Kemudian untuk peran ayah, ibu saya dulu mendekatkan saya ke pakdhe/ om dari jalur ibu, agar sosok ayah tidak hilang dari kehidupan saya. Alhamdulillah sampai hari ini semua berefek positif.

#14 Bagaimana mengaplikasikan bunda sayang karena yang dirasakan ketika anak bertambah dan semakin besar sepertinya lebih sulit untuk membuat anak bangga dengan didikan ibunya?
Jawaban:
Kuncinya tidak boleh BERHENTI mengaplikasikan sebisa yang kita mampu. Teruslah berjalan, karena tugas kita hanya ikhtiar, hasil itu hak Allah. Jangan terganggu oleh perasaan, saya merasa, sepertinya, katanya dll. Pastikan apa yang bunda jalankan sudah ON Track, maka jangan berhenti meski anak kita makin besar. Karena nanti PR makin banyak dan waktu tidak bisa diputar ulang. Pengalaman saya bunda sayang itu cukup efektif di kisaran usia anak 0-12 th, setelah itu bunda bisa masuk ranah produktif dengan tenang dan bahagia.

#15 Mungkinkah seorang ibu merasa sudah menjalani hal-hal pada tahapan Bunda Sholeha tapi dia merasa ada beberapa hal pada tahapan bunda Cekatan yg belum di kuasainya. Bagaimana pendapat ibu?
Jawaban:
Sangat mungkin, indikatornya apa? Biasanya ada yang tidak seimbang dalam perjalanan kita di Bunda Shaleha. Mulai dari memanage waktu, struktur berpikir, mempolakan aktivitas dll. Kalau menjumpai kondisi ini, lebih baik mundur dulu sesaat untuk membenahi management diri kita di bunda cekatan, setelah itu ambil start lagi dengan persiapan matang untuk bisa mencapai finish di bunda shaleha.

#16 Menjadi ibu profesional sangat saya dambakan dari dulu, materi sudah didapatkan, sering ikut kuliah tapi saya merasa belum profesional juga malah bingung mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan biasanya satu materi dipraktekan, belum selesai saya ganti lagi materi yang lain karena sepertinya penting dan harus segera dan begitu seterusnya. Yang saya dapatkan justru saya merasa setengah-setengah. Bagaimana mengatasinya ya bu dan butuh berapa lama kira-kira kita konsisten dengan satu materi.
Jawaban:
Disini pentingnya membuat checklist profesionalisme perempuan yang jadi NHW #1 kita. Artinya ada skala prioritas yang harus kita kerjakan satu persatu. Mulailah dari yang mudah terlebih dahulu baru beranjak ke tingkat kesulitan yang makin tinggi. Cara menilai adalah per minggu. Misal materi komunikasi produktif, anda akan mulai dengan pekan ini belajar "the power of question" ke anak-anak. Maka lihat bagaimana perkembangan komunikasi anada pekan ini dengan pekan lalu? terus tambahkan hal baru lagi setiap saat.

#17 Saat ini banyak bermunculan komunitas belajar perempuan yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan IIP. Berkaitan dengan visi ibu profesional diatas, apakah ada rencana masa depan untuk membuat program bersama/bersinergi dengan komunitas pendidikan perempuan yang lain bu? Dan adakah bayangan bentuk kolaborasinya seperti apa?
Jawaban:
Alhamdulillah makin banyak komunitas yang tumbuh, bersinergi itu kunci utama teh, selama masing-masing komunitas memiliki core value yang hampir sama. Bentuk kolaborasi yang sangat memungkinkan adalah membentuk jejaring dalam bentuk Community Based Education for Woman. Bahkan saya sedang membayangkan hadirnya Woman University di Indonesia. Ini perlu jejaring.

Nice HomeWork #1 Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan

Bunda, setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga, pekan ini silakan membuat: CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN.

Sebagai individu
b. Sebagai istri
c. Sebagai ibu

Buatlah indikator yg kita sendiri bisa menjalankannya.
Kita belajar membuat "Indikator" untuk diri sendiri. Indikator harus:
- SPESIFIK (unik/detil),
- TERUKUR (contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)
- Bisa diraih
- Berhubungan dengan kondisi permasalahan sehari-hari dan ada BATAS WAKTUnya.

Siapa yang akan menilai?
- Diri kita sendiri
- Anak-anak
- Suami

(Bersambung)
Copas dari postingan teh shanty dewi arifin di grup institut ibu profesional bandung

Telur Dadar Kecap dalam Pernikahan

Setiap orang punya caranya masing masing dalam menjalani hidup.

Boleh tahu telur goreng macam apa yang kamu sukai ? Hihi prolognya so' serius amat ya, padahal saya cuma mau ngomongin telor dadar :"

Saya biasa makan telur dadar yang dikocok bersama penyedap, kecap manis dan saus sambal. Warnanya sedikit hitam, dan banyak hitam kalau sedang gosong hehe. Disantap dengan nasi hangat, sudah lezat.

Entah sejak kapan saya mulai memakan telur dadar dengan cara begitu. Yang saya ingat, dulu saya suka makan telur dadar kecap yang dibarengi dengan sop (?) dipikir pikir aneh juga ya haha 😅 (atau ada teman teman yang begitu juga? Hehe)

Setelah menikah, saya bertemu dengan seseorang yang menyukai cita rasa telur dadar yang berbeda. Katanya, telur dadarnya lebih nikmat kalau banyak daun bawangnya, dan digoreng dengan irisan bawang merah yang digoreng duluan.

* * *

Ketika awal kami bertemu, saya membuatkan telur dadar kecap kebanggaan saya (halah) yang kata saya enak. Ternyata ia tak begitu menyukainya, lidahnya tak terbiasa makan telur semacam itu. Begitupun saya, ketika harus makan telur dadar kesukaan beliau awalnya berpikir "ini telur dadar mainstream." Hihi. (Padahal kayanya itu telur dadar normal yang sudah standar internasional mereun yah :p)

Namanya sebagai istri, membuatkan makanan sesuai yang suami suka,  akhirnya saya juga ikut makan telur dadar versi standar. Awalnya aga aneh, tapi seiring waktu berjalan, bahkan saya sampai lupa kalau saya sukanya telur dadar kecap.

* * *

Mungkin semacam itu analogi yang mungkin terjadi dalam pernikahan. Dua orang dengan kisah hidup berbeda, harus selaras hidup bersama. Saling mempengaruhi, saling membawa. Mungkin juga tak pernah benar-benar jelas siapa yang salah atau siapa yang benar. Jenis interaksi keduanya adalah konsekuensi dari pribadi masing masing.

Dominan di luar, belum tentu tetap dominan pada pasangannya. Resesif diluar, belum tentu tak kuasa mendominasi pasangannya. Kompleks memang.

Maka mungkin pernikahan bukan sekedar aku mau apa, kamu mau apa.

Melainkan : aku begini, engkau begitu, kalau kita bersatu jadinya begini. Mari saling menerima dengan sabar dan syukur. Aku begini, engkau begitu, kalau kita bersatu jadinya begini. Baik ngga? Kalau ngga baik. Harus gimana. Apa yang harus aku perbaiki. Apa yang harus kamu perbaiki. Apa darimu yang perlu kulengkapi, apa dari diriku yang perlu kau lengkapkan. Kita mau kemana, apa tanggung jawabku, apa tanggungjawabmu. Apakah yang sudah kulakukan membuat kita sampai kesana, apakah yang kau lakukan juga begitu?

* * *

Sebuah refleksi yang PENTING BANGET setelah membuat telur dadar kecap kesukaan, setelah sekian lama. Hihi. :p

* * *

Pesan moral : setiap orang itu unik. perbedaan pasti ada, tentang bagaimana memanage diri kita, dan kesiapan untuk saling menghargai keunikan orang lainlah yang menjadi penting.

Jumat, 20 Mei 2016

Monday, May 16, 2016

Dibalik Perempuan bernama Ibu

Ada yang pernah bilang bahwa perempuan itu begitu hebat.

Mengandung calon anaknya sembilan bulan dalam rahimnya, dan setelah lahir masih akan sering menggendongnya sampai batas usia tertentu.
Apakah perempuan yang setelah melahirkan seketika mendapatkan suntikan energi yang membuatnya jadi kuat ? Apakah mereka tidak capek atau pegal-pegal?

Sedetik setelah melahirkan dan jadi ibu, perempuan tetap manusia, tentu saja. Sehingga menggendong anak juga lama kelamaan akan pegal. Sunatullahnya ya BERAT, karena punya massa dan bukan hidup di bulan yang tanpa dipengaruhi gaya gravitasi hihi.

Syukur alhamdulillah Allah menciptakan segalanya dengan tingkatan yang perlahan lahan naik, tidak ujug-ujug. Jadi tubuhnya pun menyesuaikan perlahan lahan.
Bayangkan saja kalau setelah bayi lahir, tiba tiba beratnya 20 kilo? :)

Bersamaan dengan anak yang kemana mana harus digendong, muncul konsekuensi baru. Harus dikemanakan gembolan para perempuan kece yang isinya beranekarupa, belum lagi kini ada tambahan barang-barang keperluan bayi? Saya yakin banyak perempuan yang mampu membawa nya. Tapi, kini selalu ada lelaki baik hati yang siap siaga membawakan gembolan ibu-ibu ini. Mau tidak mau, siap tidak siap (kalo ngga mau jitak aja wkwkw)

* * *
Beginilah kami kalau lagi jadwal menginap ke rumah orangtua kami. Dengan fixxion hitam kami melaju, bahu ayah jadi selalu dihiasi tas ransel kantor, tas selempang kecil, dan tas bayi besar. Berat loh itu, pegal. Belum lagi harus pakai jaket tebal dan penahan angin yang kalau kelamaan pasti kepanasan. Ayah juga sering banget gendongin haidar, jadi ya ngga selalu bunda yang gendong kok :)

Ah terimakasih ayah, sudah selalu siap berbagi peran dan sigap backup in bunda :")  😭😭😭

Ditulis 16 mei 2016
Foto 17 april 2016

"Keluarga super tidak dibangun oleh seorang superman saja. Namanya juga keluarga super : ada superman, ada superwoman, ada superchild. Superdede lain lagi." 😂
Ini quotes abal abal bunda 😅 hehe