Saturday, May 21, 2016

Telur Dadar Kecap dalam Pernikahan

Setiap orang punya caranya masing masing dalam menjalani hidup.

Boleh tahu telur goreng macam apa yang kamu sukai ? Hihi prolognya so' serius amat ya, padahal saya cuma mau ngomongin telor dadar :"

Saya biasa makan telur dadar yang dikocok bersama penyedap, kecap manis dan saus sambal. Warnanya sedikit hitam, dan banyak hitam kalau sedang gosong hehe. Disantap dengan nasi hangat, sudah lezat.

Entah sejak kapan saya mulai memakan telur dadar dengan cara begitu. Yang saya ingat, dulu saya suka makan telur dadar kecap yang dibarengi dengan sop (?) dipikir pikir aneh juga ya haha 😅 (atau ada teman teman yang begitu juga? Hehe)

Setelah menikah, saya bertemu dengan seseorang yang menyukai cita rasa telur dadar yang berbeda. Katanya, telur dadarnya lebih nikmat kalau banyak daun bawangnya, dan digoreng dengan irisan bawang merah yang digoreng duluan.

* * *

Ketika awal kami bertemu, saya membuatkan telur dadar kecap kebanggaan saya (halah) yang kata saya enak. Ternyata ia tak begitu menyukainya, lidahnya tak terbiasa makan telur semacam itu. Begitupun saya, ketika harus makan telur dadar kesukaan beliau awalnya berpikir "ini telur dadar mainstream." Hihi. (Padahal kayanya itu telur dadar normal yang sudah standar internasional mereun yah :p)

Namanya sebagai istri, membuatkan makanan sesuai yang suami suka,  akhirnya saya juga ikut makan telur dadar versi standar. Awalnya aga aneh, tapi seiring waktu berjalan, bahkan saya sampai lupa kalau saya sukanya telur dadar kecap.

* * *

Mungkin semacam itu analogi yang mungkin terjadi dalam pernikahan. Dua orang dengan kisah hidup berbeda, harus selaras hidup bersama. Saling mempengaruhi, saling membawa. Mungkin juga tak pernah benar-benar jelas siapa yang salah atau siapa yang benar. Jenis interaksi keduanya adalah konsekuensi dari pribadi masing masing.

Dominan di luar, belum tentu tetap dominan pada pasangannya. Resesif diluar, belum tentu tak kuasa mendominasi pasangannya. Kompleks memang.

Maka mungkin pernikahan bukan sekedar aku mau apa, kamu mau apa.

Melainkan : aku begini, engkau begitu, kalau kita bersatu jadinya begini. Mari saling menerima dengan sabar dan syukur. Aku begini, engkau begitu, kalau kita bersatu jadinya begini. Baik ngga? Kalau ngga baik. Harus gimana. Apa yang harus aku perbaiki. Apa yang harus kamu perbaiki. Apa darimu yang perlu kulengkapi, apa dari diriku yang perlu kau lengkapkan. Kita mau kemana, apa tanggung jawabku, apa tanggungjawabmu. Apakah yang sudah kulakukan membuat kita sampai kesana, apakah yang kau lakukan juga begitu?

* * *

Sebuah refleksi yang PENTING BANGET setelah membuat telur dadar kecap kesukaan, setelah sekian lama. Hihi. :p

* * *

Pesan moral : setiap orang itu unik. perbedaan pasti ada, tentang bagaimana memanage diri kita, dan kesiapan untuk saling menghargai keunikan orang lainlah yang menjadi penting.

Jumat, 20 Mei 2016

No comments:

Post a Comment