Saturday, December 21, 2013

Antara Transjakarta dan Angkot Bandung

Sebuah perspektif baru yang muncul ketika beberapa pekan lalu (5-8 Des '13) ada keperluan untuk bertandang ke Kota Jakarta. Di Bandung saya terbiasa bepergian menggunakan angkot, tanpa pakai ilmu perangkotan yang jelas, hanya berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang alakadarnya. *btw, emang ilmu perangkotan itu kaya gimana? hehe*

I'm totally blank about Jakarta, ditambah lagi saya sangat kurang dalam mempersiapkan perjalanan kali ini. Ngga punya peta jakarta, ngga punya peta busway, wajar saya banyak bengang-bengong aja disana hehe. Alhamdulillahnya ditemeni temen-temen yang lebih ngerti (thanks cham, ra, la, nes).

KESAN TERHADAP TRANSPORTASI JAKARTA
Jenis angkutan di Jakarta sangat beragam broo! Angkot, busway, bajaj (ternyata ini beneran haha), mikrolet, bus kota, taksi, kopaja, kereta, dll. Saat itu saya bingung daerah, jadi bingung juga harus pake busway yang mana. Sistem tranjakarta ini sudah sangat rapi dan baik, maka bagi yang baru pertama kali, asal ngerti sistemnya, akan mudah bepergian kemana-mana. Hampir di setiap halte selalu ada peta rute busway yang memudahkan pengunjung. Ini keren banget! (ketahuan katro ya saya.. -_- hehe). Selain itu, hanya bayar 3500 RUPIAH  SAJA bisa naik busway kemana pun kita mau, asal tau rute. Kondisi bus rata-rata nyaman (ber AC pula), petugas busway nya baik dan informatif, daaaan jalanan juga ngga macet karena punya jalur khusus (ini nih yang kata berita banyak pengendara yang suka melanggar).




saking katro nya saya foto in isi busway hehe

YANG SAYA BANDINGKAN
Berawal dari hal kecil ketika di halte busway saya bingung harus memilih bus mana yang harus dinaiki., saya kemudian terpikir hal ini. Perjalanan dengan transjakarta akan mudah karena kita sudah punya peta-nya. Sebelum berangkat, para penumpang harus jelas tujuan dan tau banget dimana harus turun. Tahu tujuan, ada peta, dan tahu dimana harus turun. Sedangkan saya, selama mengangkot di kota Bandung, ga pernah peduliin sama peta angkutan. Sekedar tahu tujuan, tidak punya peta, seringnya mengandalkan jurus 'tanya orang', turun naik sembarangan -_-.  Kalau dianalogikan pada saya, hampir mirip dengan saya yang seringnya let it flow saja hehe.

GAGASAN
1. Setiap angkot di bandung sebenarnya sudah jelas trayeknya, ada pengelolanya juga. (Untuk hal ini saya tidak banyak bicara karena belum punya data apa-apa hehe) Hanya mungkin, kita perlu merangkumnya menjadi sebuah gambaran besar utuh yang saling berhubungan, mungkin di buat sistem spt transjakarta. --> Perbaikan pada tahap ini, salah satu dampaknya berpeluang memperbaiki mindset seluruh warga bandung, dan memudahkan para pendatang.
Kalaupun ini sudah ada, berarti saya yang cupu, atau juga kurang sosialisasi hehe
2.Petugas Transjakarta punya seragam. Pernah saya lihat Supir Angkot Caheum Ledeng berseragam kompak polo shirt Hijau-hitam. Betapa indahnya bila para supir angkot bandung kemudian kompak berseragam :) <3 <3 (menurut saya ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa sistemnya sudah cukup baik terorganisir)

BANYAK  HARAPAN
Bandung JUARA di bawah kepemimpinan Pak Ridwan Kamil  rasanya bukan sekedar mimpi.  Saya yakin transportasi di bandung akan menjadi salah satu agenda besar yang akan digarap. Beberapa bulan lalu juga dari pihak indie pernah mengadakan angkot day sebagai upaya kepedulian terhadap bandung.
Bandung lautan komunitas positif, dan saya yakin mereka akan bersedia gotong royong berkontribusi.

* * * * * *

Semakin banyak kita berjalan-jalan, semakin sadar bahwa bumi Allah itu luas, bahwa saya ini banyak sekali ngga tau nya, bahwa banyak pelajaran bisa diambil dan betapa dunia ini begitu menarik! Yah, Mungkin itulah berkah perjalanan. Perjalanan membuat kita menyadari apa yang sebelumnya tidak pernah kita sadari :)


Antara Transjakarta dan Angkot Bandung --- ceuk abdi. hehe

Kamar, 20 Desember 2013
Hajah Sofyamarwa

Thursday, December 19, 2013

nostal-entrepreneur-ia

image source : rapgenius.com
Astaghfirullah, semoga ampunan selalu tercurahkan pada diri-diri kita ini.
Semoga kita diberikan nikmat untuk selalu mensyukuri setiap jengkal kehidupan kita

Ini kali kedua paling dramatis saya tidak bisa berangkat karena tidak punya ongkos. Ongkos yang hanya sekitar 15 ribu rupiah, yang terkadang jarang saya syukuri. Di luar sana saya yakin ini tidak ada apa-apanya. Barangkali saya harus belajar dari Tian, sang anak gawang dari Dieng yang harus bekerja 1 bulan penuh untuk mendapat upaha sekedar 75 ribu rupiah. Atau bahkan dari seorang janda muda yang sedang kelimpungan membiayai hidup keempat anaknya.

Uang. Saya hampir tak pernah membahasnya. Dulu saya jarang pernah merasa kesulitan uang. Saya sendiri bukan tipe orang yang banyak maunya beli ini itu. Ada uang lebih ya syukur bisa beli macem-macem, kalopun nggak juga, ya ngga diambil pusing.

Bicara uang, saya jadi inget sama kesenangan saya yang dulu, menghasilkan uang lewat jualan! Hihi. Tapi seiring berjalannya waktu, karena pilihan saya sendiri, mungkin saya yang mematikan sendiri api entrepreneur itu. Faktornya banyak, mungkin akademis yang padat, punya ketertarikan lain, kebutuhan yang sudah terpenuhi, dan munculnya pikiran "ngga enak ngambil untung dari orang lain". Pemikiran yang kurang pintar ya, haha.

NAPAK TILAS BELAJAR DAGANG
1. SMP : Bikin dan jualan nutrijell untuk danus Pagelaran Kelas
2. SMA : Jualan Kue basah (untungnya gede, jadi seneng hehe) untuk danus acara Rohis, jualan mukena
3. Kuliah : Jaman TPB Jualan gorengan buat LSS, al-hayaat, himpunan, angakatan; danusan pribadi kue basah, jual pulsa.
Semenjak itu saya belum pernah dagang lagi. Saya ingat saat itu entrepreneur lagi booming banget. Sempat ikut euphoria di awal-awal dengan ikut unit entrepreneur, seminar-seminar, ikut kompetisi ide bisnis. Namun, setelah itu saya jadi gak tertarik karena merasa semua orang beramai-ramai kesana, jadi mainstream (?) *alasannya apa banget -_-*

SAYA ITU GA BISA NYIPTAIN PRODUK SENDIRI, BISANYA NGEJUALIN BARANG ORANG
Subjudulnya ga nyantei dan kepanjangan. Hehe. Ini mindset yang pernah saya amini betul saat belajar berdagang.
1) saya kurang pede dengan produk sendiri,
2) masarin barang orang bikin seneng karena bikin orang seneng dan ngga ada beban,
3) ga mikirin keuntungan, ga itung-itungan, ga ngambil untung dari orang lain.
Dari situ kemudian saya berpikir bahwa mungkin saya lebih cocok jadi marketing, yang heboh-heboh masarin produk punya orang lain. Kebanyakan aktivitas yang saya jalani juga membuat saya ngga terlalu memikirkan keuntungan pribadi, saya hanya berpikir "bagaimana membuat hal ini menjadi sebegitu sangat menarik" *syiarthinking*

PUNYA BARANG DAGANGAN, PENGENNYA DIKASIIN ORANG AJA BUAT HADIAH
Yah, namanya juga belajar dagang ya, apalagi sekarang statusnya udah bukan mahasiswa, ingin mandiri dan bisa menghasilkan uang sendiri.
Ketika kepepet mendera, mengaktifkan berbagai saraf kreativitas dan membakar segala amunisi tekad *naon*, saya membuat pernak-pernik bros untuk dijual. Caca ica mulai diajakin belajar jualan (biar rugi yang penting belajar). Saya? Menyertakan bros itu pada berbagai hadiah yang saya berikan kepada teman. *gubrag, jualan macam apa itu? Akhirnya ga jadi jualan -_-*

* * * * *

Waktu kemudian menjadi saksi atas perubahan mindset saya. 
Sebagai manusia yang belajar dewasa dan mandiri, saya harus punya banyak uang untuk memperlancar amal-amal saya. Saya harus bisa terus beramal tanpa membebani orang tua lagi.
Saya muslim dan saya harus kaya.
Saya punya begitu banyak orang yang butuh dibantu kehidupannya.

Uang itu komponen pendukung yang vital, yang dapat membantu kita menjalankan tugas utama kita.
Wallahu'alam saya belum tau apa nantinya akan benar-benar ingin jadi pengusaha, atau menghasilkan uang dengan cara yang lain.

Bila tidak dengan harta, tidak pula dengan jiwa, maka dengan bekal apa bisa menebus syurga?
-Rifa Khairunnisa-

Hajah Sofyamarwa,
13 November 2013

Tuesday, December 17, 2013

belajar menjadi relawan

Alhamdulillah
Akhirnya saya mulai berani melakukan apa yang sebenarnya saya sukai :)

***
Saya jadi ingat masa-masa PROKM 2009 silam, saat-saat kesadaran sebagai mahasiswa baru dibangkitkan. Saat-saat diajarkan menjadi seorang mahasiswa idealis yang berprinsip dan peduli pada rakyat.
Menyanyikan lirik ini selalu dramatis dan membuat mata saya meleleh.
"berjuta rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat..
Kusampaikan salam salam perjuangan.
Kami semua cinta cinta Indonesia.."

***
Siang itu seorang kawan mengajak saya untuk mendaftar dalam acara yang diadakan BP2M Salman (bidang pemberdayaan Masyarakat masjid Salman-red). Belum terlalu jelas infonya, saya mencari info di mading  dan memutuskan untuk ikut.

Sebagai mahasiswa Saya ga pernah ngerasain ikutan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampus! 4 tahun saya berkuliah di jurusan biologi ITB tanpa pernah mengalami KKN di desa, membuat saya merasa masih ada yang 'hutang' untuk memahami masyarakat lebih jauh. Sebenarnya di ITB ada mata kuliah pilihan KKN Tematis, saya juga dulu sempat mendaftar. Sayangnya saat itu bentrok dengan ospek jurusan, saya pun memutuskan lebih memprioritaskan untuk bantu teman panitia lain sekaligus mencoba lebih dekat dengan adik-adik tingkat. Waktu Ospek jurusan (PPN) 2010 juga sempet ada live in beberapa hari, tapi saya ga bisa ikut T_T (yang pernah, bersyukur ya, saya ngiri hehe)

Yah namanya manusia, terkadang perlu waktu untuk bisa menyadari suatu hal. Rasa berhutang ini baru muncul setelah saya lulus menjadi sarjana, ketika kemudian dihadapkan pada berbagai realitas kehidupan masyarakat yang tidak seideal di kampus.

Berusaha keras mengingat, ternyata saya pernah juga terlibat dalam kegiatan sosial (hehe alhamdulillah) ini hanya bagian dari mensyukuri bahwa 4 tahun berkuliah hati saya masih dianugerahi oleh Allah sejumput rasa empati.

***
Saya senang kalau bisa berinteraksi dengan masyarakat, belajar banyak dari kehidupannya, dan belajar bagaimana memperlakukan masyarakat dengan baik.
Jadi, mudah-mudahan saya bisa belajar banyak dari proses ini. Teori yang mungkin pernah dipelajari bisa bermanfaat untuk diaplikasikan ke masyarakat. Setinggi apapun pendidikan formal kita, kita "bodoh" tentang ilmu nyata di masyarakat.

Semoga bisa belajar dari banyak guru kehidupan dimanapun :)