Rumah Belajar (ala-ala)
Mamah Haidar
Takjub rasanya ketika Allah
secara ‘spontan’ namun begitu lembut menuntunku pada apa yang telah kuniatkan.
Padahal pemikiran itu belum lebih dari 2 minggu paska tugas pembuatan proyek
sosial dari Program Matrikulasi IIP Batch 3.
PERPUSTAKAAN IMPIAN
Sudah sejak dulu cita-citaku
ingin memiliki perpustakaan mini yang bisa diakses siapa saja termasuk
anak-anak. Maka ketika uang sedang ditangan, rasanya ingin sekali memborong
semua buku-buku yang ada di toko buku. Hehe. Setelah aku punya anak, baru
kusadar ternyata selama ini aku seringnya membeli buku buat orang dewasa, bukan
buku anak. Jadi koleksi buku haidar juga belum cukup banyak untuk dapat
dijadikan koleksi perpustakaan anak. Tolong do’a kan saja ya semoga impiannya
bisa terus diperjuangkan J
Diriku yang seperti ini, tak
lepas dari pengaruh keluarga terdekat. Bapak, punya banyak koleksi buku-buku
dan perpustakaan mini (meski saat kecil dulu rasanya tak banyak baca buku
bapak), serta kakak perempuanku yang hobi juga beli buku dengan segala jenis
buku-buku nya yang menarik (terimakasih ya). Dari situ aku berpikir,
mudah-mudahan kesukaanku terhadap buku juga bisa bermanfaat untuk lingkungan
sekitarku. Adik-adik remaja masjid di dekat rumahku dulu juga sering aku
sodorkan berbagai macam buku, kenapa? Karena semenarik-menariknya aku
bercerita, tentu saja aku banyak kekurangan, banyak hal yang lebih menarik
untuk dibaca sendiri oleh mereka, ya lewat membaca sendiri buku-buku itu.
Sekarang, dengan peranku sebagai
warga baru yang juga sudah punya anak, aku berharap semoga apa-apa yang kupunya
bisa dimanfaatkan pula oleh anak-anak di sekitar rumahku. It Takes a village to raise a child. Ya, anak-anak tetanggaku kan
sangat mungkin menjadi teman anakku, maka memberikan lingkungan terbaik juga
merupakan ikhtiarku untuk berbuat baik pada anakku.
RUMAH BELAJAR MAMAH HAIDAR
Hihi, jangan tertawa ya!
Sebetulnya aku dipanggil haidar
dengan sebutan bunda, aku dan suami pun memang menyepakati untuk dipanggil
Ayah-Bunda. Tapi secara alamiah, aku dipanggil mamah haidar sama anak-anak
tetangga. Kadang juga mereka memanggil teh Fya, nama kecilku. Tak apalah, Rumah
Belajar Mamah Haidar lebih ear-catching, bukan? Hehe.
Ini hasil perenunganku setelah
tinggal sebagai warga masyarakat dan memiliki anak. Perpustakaan atau taman
bacaan saja tidak cukup, aku berharap bisa mengadakan kegiatan-kegiatan menarik
di rumahku. Rumahku sering dijadikan tempat bermain bagi beberapa anak
tetangga. Mungkin karena mereka senang bermain dengan haidar. Pada awalnya
mereka hanya sekedar main, membaca buku, menemani haidar. Namun di waktu yang
sama, ketika aku mencetuskan rencana proyek RUMAH BELAJAR MAMAH HAIDAR, anak
tetanggaku tiba-tiba bilang ingin belajar baca iqra padaku. Tak ada angin tak
ada hujan, mereka sendiri yang minta karena merasa sudah cukup besar namun
belum pernah lagi belajar iqra. Terharu :’)
Selama aku disini, aku seringnya
sekedar bertegur sapa dengan tetangga, haha hihi yang seperlunya saja. Sebagai
ibu yang punya anak balita manajemen waktuku masih belum baik, rasanya aku
lebih banyak berkutat di rumah. Sampai aku berpikir, nanti kalau aku meninggal,
tetanggaku akan bersikap seperti apa ya? Rasanya kok aku belum memberikan
manfaat apa-apa selama disini.
Alhamdulillah kegiatan belajar
iqra nya sudah berjalan selama sepekan di rumahku setiap sore. Sejauh ini
sangat menyenangkan dan bikin aku jadi merasa harus belajar tahsin lagi. Coba
cari-cari lagi buku materi tahsin, cari-cari video tahsin Ust Abu Rabbani,
serta meminta suamiku mengoreksi bacaan qur’anku (bagian ini cukup dramatis
mengingat gurunya adalah suami sendiri hihi).
Pada mukadimah kitab al-Mu’allimin karya Ibnu Sahnun, disebutkan
bahwasanya al-Qadhi Isa bin Miskin membacakan Al-Quran kepada anak-anak dan
cucu-cucunya, ‘Iyadh berkata “Setiap
habis ashar, dia memanggil kedua putrinya dan putri saudaranya untuk mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan kepada
mereka. Hal ini juga dilakukan oleh penakluk Shaqliyah, Asad Ibnul Furat kepada
putrinya yang akhirnya memiliki
pengetahuan sangat tinggi.
Disadur dari kitab Tarbiyyatul Aulad (2/167) yang kukutip dari buku
Prophetic Parenting hal. 334.
Kapan seorang anak belajar Al-Qur’an?
Saat ini muridku baru 5 orang,
usianya sekitar 4 SD (2 orang), 2 SD, 5 tahun, dan 4 tahun. Namun yang paling
serius adalah yang sedang belajar iqra 1, yang sudah bisa mengaji al-qur’an
baru sekedar menyimak temannya saja dan
yang lainnya meramaikan :D).
Aku jadi berpikir, mulai usia berapa ya seorang anak harus diperkenalkan dengan iqra dan
al-quran?
Ibrahim bin Sa’ad al-Jauhari mengatakan, “Aku melihat seorang anak
berusia empat tahun dibawa menghadap
al-Ma’mun. Dia hafal al-Qur’an dan pandai ilmu filsafat. Hanya saja kalau
lapar, dia menangis.”
Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman al-Ashbahani
mengatakan : Aku hafal Al-Qur’an pada usia lima
tahun. Aku dibawa menghadap Abu Bakar Al-Muqri untuk memperdengarkan
bacaanku. Saat itu aku masih berusia empat
tahun. Sebagian yang hadir mengatakan, “Tidak usah didengar bacaannya. Dia
masih terlalu kecil.” Ibnul Muqri berkata kepadaku, “Bacalah surat at-takwir!”
Aku pun membacanya dengan baik. Kemudian orang yang lainnya mengatakan,
“Bacalah surat al-Mursalat!” Aku pun membacanya tanpa salah sedikitpun. Ibnul
Muqri berkata, “dengarkanlah bacaannya. Nanti biar aku yang bertanggungjawab.”
Abu Ashim mengatakan, “Aku membawa anakku menghadap ibnu Juraij. Anakku
saat itu usianya belum mencapai tiga
tahun. Dia belajar hadist dan al-qur’an.” Abu ‘Ashim mengatakan, “Tidak apa
apa mengajari anak seusianya hadits dan
Al-Qur’an.”
Dikutip penulis dari Al-Kifayah fi Ilmi ar-Riwayah, karya al-Khathib
al-Baghdadi, hal 116-117, cetakan ggmesir, dalam buku Prophetic Parenting hal
342.
Ternyata bahkan sebelum usia 3
tahun ya.. Proses lainnya coba kubahas dalam postingan lain ya!
* * *
Aku tahu mungkin hal yang kita
lakukan kadang begitu terlihat sepele, tapi Aku yakin, kalau hal “sepele” itu
tidak kita lakukan, bisa jadi akan ada yang
tak mendapat manfaat. Jangan berhenti beramal ketika merasa hal kita
lakukan tidak keren, tidak besar, tidak hebat. Bukankah sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat?
Semoga tulisan ini ada manfaatnya
ya, kalau kalian punya proyek apa di daerah tempat tinggal kalian? Share ya di
kolom komentar ^^
Rabu, 11 April 2017
Hajah Sofyamarwa R.
#30DWC #30DWChajah #30DWCday1
#30DWCjilid5 #day1
928 Words
No comments:
Post a Comment