Tuesday, April 11, 2017

Apakah Kegiatan Baca-Tulismu Sudah Bermakna?




Apakah Kegiatan Baca-Tulis mu Sudah Bermakna?
(Sebuah Refleksi dari Target Diri, dan Pembelajaran Bermakna dari Pak Hernowo)

Apapun yang anda baca, selayaknyalah Anda kemudian melanjutkan “pengikatan”, alias menuliskan pemahaman Anda atas apa yang Anda raih dari kegiatan membaca anda.” 
--Hernowo

Komitmen pribadi yang saya buat di bulan januari lalu untuk membaca 1 buku setiap pekan, hanya berjalan baik selama 2 pekan. Komitmennya adalah membaca 1 buku dalam 1 pekan, kemudian meresensi/mereview nya. Namun yang terjadi, saya berhasil melakukannya 2 kali saja di awal, kemudian selanjutnya sekedar membaca buku yang ingin dibaca saja, random, tanpa menuliskannya. Hingga saat ini (bulan April 2017) saya belum benar-benar menamatkan sebuah buku pun. Kalau boleh dinilai, keberhasilan targetnya baru 14% (sukses 2 dari 14 pekan). Dan kalau dilanjutkan tanpa evaluasi, boleh jadi akan tetap tak bertambah sampai di penghujung tahun. Mari jadi rakyat yang berkontribusi meningkatkan indeks membaca di Indonesia. Hehe

Sebetulnya mengapa di 2 pekan pertama itu saya bisa berhasil, adalah karena:
(1)    Menentukan target baca di awal bulan (misal 4 buku)
(2)   Tentukan judul buku apa yang ingin dibaca (tulis lengkap)
(3)  Bawa selalu buku itu kemanapun pergi, membaca nya dan lekas menandai hal menarik (bersama stabilo, pulpen, post it, atau kalau perlu buku catatan khusus)
(4)    Sambil membaca sambil merangkai draft tulisan.
(5)    Saat waktunya menyelesaikan tulisan, hanya butuh waktu khusus, dan selesai!
Faktor kegagalannya ngga perlu dibahas ya, di bulan pertama kurang menjaga konsistensi, dan di bulan berikutnya, tidak menjalankan step 1 yakni membuat target. Otomatis keempat step dibawahnya juga tidak jelas :))

Pak Hernowo, dalam bukunya Vitamin T mengatakan bahwa, sayang sekali bila kita tidak langsung menuliskan (mengikat) bergeraknya pikiran kita saat membaca. Pikiran kita yang berubah akibat proses membaca, kemungkinan besar jadi hilang, dan terbuang percuma. Hilangnya pemikiran berharga kita itu (sebut saja inpirasi yang datang –red), akan tertimpa oleh pikiran baru yang mendesak, yang mungkin sebetulnya tidak lebih berharga dari apa-apa yang sudah kita baca. Kemungkinan kedua, lanjut pak hernowo, adalah belum terbiasa nya diri kita untuk mengikat makna setelah membaca buku, sehingga kita jadi merasa berat untuk melanjutkannya ke kegiatan tulis menulis (mengikat) hal berharga yang tiba-tiba kita dapatkan.

Sering begitu kah? Sayang ya, apalagi di era digital dan informasi semacam ini, kita dibombardir berbagai info, dan seharusnya kita punya waktu untuk bisa memasukkan pemahaman pada pikiran kita dengan lebih baik.

Latihan Diri agar mampu melakukan proses perekaman (mengikat makna) secara akurat:
1.       Mengikat Makna dengan Membuat semacam catatan harian.
Biasakan diri menulis secara cepat dan bebas, bisa dengan kertas atau di handphone.
Kemampuan ini perlu dilatih secara perlahan dan tidak terburu-buru, karena kalau tidak dicicil kegiatan menuliskan itu jadi terasa seperti beban, berat, dan memakan waktu. Padahal kalau setelah membaca segera menuliskan yang didapat, semuanya terasa ringan.
Tidak perlu memperdulikan struktur kalimat yang berantakan, tulis saja.

Manfaat kegiatan membaca lalu menulis :
a.       membantu kita menangkap gagasan hebat yang berkelebatan bagai kilat setiap saat.
b.      Kegiatan membaca kita juga jadi lebih efektif, berdampak pada pemerolehan “mata baru” yang nyata.

2.       Membaca dan Menuliskan PIKIRAN, bukan sekedar HURUF
Apa bedanya ? Hanya membaca huruf akan mengakibatkan kemalasan, sementara membaca pikiran pengarang di buku yang kita baca dapat menggerakkan pikiran kita.
“Apabila seorang pengarang tidak mampu menyampaikan gagasannya lewat bahasa tulis secara bagus, ada kemungkinan dia belum pernah atau jarang berlatih menuliskan pikirannya. Seorang dikatakan berhasil menuliskan pikiran apabila dia rajin menuliskan pikirannya setiap hari.”

Saran pak hernowo, saat menuliskan pikiran, gunakan kata ganti orang pertama, AKU. Mengapa? Tulisan kita menjadi berisi diri kita sendiri, dan bahasa yang tampil di kertas atau layar komputer pun menjadi bahasa khas milik kita. Huruf yang kita susun, kata, kalimat, alinea, semua jadi menggambarkan pikiran dan perasaan kita sehingga pada akhirnya kita bisa menemukan diri kita.

3.       Kita dapat merumuskan ukuran sebuah tulisan yang baik dan menarik itu seperti apa
Sebuah tulisan yang dapat menampung gejolak pikiran si penulis adalah tulisan yang ‘bertenaga’. Artinya sesuatu yang mampu menggugah dan berkemungkinan besar mengubah diri penulis dan diri pembaca.
Ya, proses menulis yang baik adalah ketika kita benar-benar mengupayakan untuk bisa berkomunikasi dengan diri kita sendiri lewat tulisan-tulisan yang kita buat setiap harinya. Menurut pak hernowo, Kita harus bersungguh-sungguh menggali inner-self (diri-lebih dalam) dan bersabar untuk terus memperbaiki tulisannya, agar kita sendiri dulu yang memahaminya, baru orang lain.

Pesan terakhirnya, tulisan yang baik adalah tulisan yang kaya gagasan. Gagasan itu bisa didapat dari pengalaman yang terjadi di diri sendiri taua dari buku-buku karya penulis besar yang memang sudah “bergulat” dengan proses menuliskan pikirannya.

Jadi, apakah proses membaca dan menulis yang kita lakukan selama ini sudah bermakna untuk kita? Apakah sudah membuat kita menemukan diri kita? Apakah kita bisa menangkap gagasan-gagasan dari seorang penulis yang kita baca bukunya? Apakah kita sudah benar-benar menuliskan pergulatan pikiran kita?

Mari membaca (pikiran) dan menuliskan (pikiran) ! :)
Semoga bermanfaat!

Selasa, 11 April 2017
Hajah Sofyamarwa R

#30DWC #30DWChajah #30DWCday1
#30DWCjilid5 #day1

__________________________________________________________________________
Tulisan ini merupakan refleksi dari targetan yang pernah saya buat, ditambah sedikit rangkuman pengikatan makna dari salah satu bab dalam Buku Vitamin T “Antara membaca-Menuliskan Huruf dan Membaca-Menuliskan Pikiran”
Gambar ilustrasi bakground diambil dari picarts, diedit dengan aplikasi phonto.

789 Words

1 comment:

  1. ilmu baru buat saya mbak, terutama dalam hal membaca. harus segera dicoba nih :)
    makasih ya ilmunya....

    ReplyDelete