Bismilllah..
Ada dua hal yang
mendorong saya harus merampungkan tulisan ini:
1. Saya tukang telat
yang ingin tobat
2. Membaca buku Agus
Mustofa yang berjudul "Tahajud Siang hari, Dhuhur Malam Hari" (buku ini sepertri nya akan di bahas di lain waktu :D)
Waktu adalah
kehidupan. Tidak menghargai waktu berarti tidak menghargai kehidupan. Saya
tertampar, bahwa setiap milidetik yang sering kita sia-siakan, yang sering kita
abaikan, mengilustrasikan kebenaran sempurna surat al-ashr. Bahwa pada
hakikatnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali yang sadar untuk beriman dan
melakukan amal shaleh.
Yah, biasanya orang
menulis karena setidaknya punya integritas untuk diteladani. Tapi kali ini,
tulisan ini dibuat sebagai langkah awal tobat saya yang tukang telat, untuk
lebih menghargai waktu, menghargai kehidupan. Saya sadar, sudah jutaan korban
*lebay* berjatuhan akibat sikap saya. Dalam proses penulisan ini pun masih
dirasa keleletan saya yang berdampak pada waktu orang lain. Bersama ini saya
memohon maaf atas segala kesalahan yang saya lakukan, karena sangat tidak
mungkin menulis semua korban saya disini, bisa terlalu panjang. Saya berharap
kawan-kawan mau saling mendoakan dan memaafkan saya hehe :)
* * * * *
Saya adalah termasuk orang yang sangat meyakini, dan
telah membuktikan bahwa ajaran islam adalah ajaran yang bersifat universal.
Al-qur'an menyimpan petunjuk universal yang akan berlaku sampai akhir zaman.
Bergantung pada kemampuan kita merumuskannya… Dalam buku ini saya hanya
mengungkap salah satu bagian tantangan universal itu. Sederhana saja : tentang
jadwal shalat dan puasa. Kita bisa melihatnya betapa umat islam perlu
merekonstruksi kembali kepahamannya tentang 'waktu'. Sebuah parameter yang oleh
Allah dijadikan sebagai sumpah: "Demi masa." (Agus Mustofa)
Sejauh ini, saya
mulai sampai pada satu kesimpulan bahwa pemahaman kita terhadap waktu sangat
menentukan kualitas diri kita sebagai manusia. Kalau saya bilang waktu itu
sangat penting, semua orang pasti juga akan bilang "Ya Iyalah!".
Namun pemahaman sebagian orang, termasuk saya ini, belum sampai pada tahap
benar-benar memaknai dan mengaplikasikannya pada seluruh kehidupan. Contoh
sederhana saja, kalau kita benar-benar mengerti tentang waktu, kita tidak akan
pernah sengaja datang terlambat pada
suatu pertemuan meskipun tahu bahwa orang-orang lainpun akan terlambat, bukan?
Kemudian saya lalu
teringat pada tulisan ustadz anis matta mengenai umur, bahwa umur adalah sebagai batas masa kerja. Kita harus bertanggung
jawab pada batas umur kita sendiri. Di dalam batas umur, kualitas hidup kita
tidaklah ditentukan pada seluruh umur itu sendiri. Kualitas hidup kita hanya
ditentukan pada batasan umur
efektif kita. Umur efektif kita adalah
saat dimana kita mencapai rasio produktivitas hidup, yaitu apabila 1 unit waktu
kita sama dengan 1 unit amal.
Bisa dibilang kita
ini hanya numpang lewat di lalulintas waktu yang ada. Bersyukurlah bahwa Kita
tidak akan mempertanggung jawabkan seluruh waktu yang Allah hamparkan dari
jaman Nabi Adam sampai sekarang. Ya, kita hanya mempertanggungjawabkan usia
(waktu hidup) yang diberikan pada kita.
Waktu tidak akan
terulang, waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan yang pasti waktu kita
akan kita pertanggungjawabkan >,< Mohon jangan bosan mengingatkan >,<
6 November 2013
No comments:
Post a Comment