Thursday, April 21, 2022

Mendampingi Anak 6,5 tahun Latihan Puasa Ramadhan

Tak terasa sudah memasuki hari ke 19 ramadan. Sebentar lagi akan memasuki 10 hari terakhir, dan sejujurnya belum terbayang akan dijalani seperti apa. Terutama mengenai pensuasanaan ramadan di rumah untuk anak.

Ini jadi tahun pertama saya dan suami cukup memfokuskan anak untuk latihan puasa. Menjadi pengalaman yang baru dan tak "biasa" karena qadarullah dilalui dengan suasana karantina covid dan hari pertama bersekolah SD.

Kali ini saya ingin kilas balik mengenai proses perjalanan kami mengenalkan Ramadan pada Anak kami, dari usia balita hingga masa kini usia 6.5 tahun.

BAGAIMANA RAMADAN ANAK SAAT 5 TAHUN
Tahun lalu saat anak masih 5.5 tahun, saya menjalaninya tanpa kehadiran fisik suami (karena beliau sudah di jepang) dan hanya lewat videocall. Jujur pada awalnya agak deg-deg an karena meskipun memegang prinsip "anak belum baligh, belum wajib" namun kadang kita mendengar berbagai pendapat mengenai usia berapa yang tepat untuk anak latihan puasa.

Pada saat itu kami belum menargetkan apapun karena fokusnya hanya mengenalkan mengenai adanya ibadah puasa ramadan.

1. Tetap berusaha membangunkan saat sahur. Bila bangun biasanya belum sadar untuk mau ikut makan. Biasanya ikut melihat aktivitas anggota keluarga lainnya yang menyantap sahur sambil menonton tv (saat itu saya tinggal di rumah ibu mertua, dan ada film seri yang ia ikuti bersama anggota keluarga lainnya). Tapi ketika anak belum bisa bangun tidak dipaksakan. 

2. Tetap sounding mengenai makan sahur meskipun makan pukul 08.00
Memang ini tidak sesuai dengan aturannya, tapi saya hanya berusaha mengkaitkan aktivitas hariannya dengan apa yang terjadi di sekitar. 
"Karena tadi pagi saat sahur ngga makan, jadi sahurnya sekarang yah jam 08.00"

3. Menyediakan Berbagai Macam Buku mengenai Ramadan 
Salah satu hal yang sangat di syukuri ketika masih berada di Indonesia adalah kemudahan akses terhadap buku-buku islami. Alhamdulillah setiap ramadan selalu ada inovadi dari para penulis dan penerbit buku untuk menyediakan buku-buku bertema ramadan untuk anak.

4. Memperbolehkan anak makan saat memang ia meminta.
Perbedaan usia pada anak-anak memang sangat terasa terkait kematangannya. Di usia ini, meskipun sering di sounding mengenai esensi berpuasa, bagi mereka ketika ingin makan maka ia butuh makan. Saat yang lain tidak makan dan ia tidak melihat makanan, saat lapar ia akan memintanya. Bunda hanya mengkonfirmasi, apakah benar ia akan "berbuka puasa" sekarang? Kebanyakan ia akan memilih untuk tetap makan. Kecuali ada beberapa hari yang ia benar-benar tahan ngga makan sampai waktu ashar, akhirnya berbuka di waktu tersebut.

5. Mengajaknya pada kegiatan khas ramadan di Indonesia : Ngabuburit, pesantren kilat, shalat tarawih di masjid bersama bunda atau teman
Alhamdulillah senangnya bisa sempat mengenalkan kegiatan khas ini, insyaallah jadi masa yang berkesan buat iday. Bersama teman-temannya, saya menemani iday untuk pergi keluar komplek untuk melihat para penjual takjil dan jajanan. Memperbolehkannya untuk ikut memesan takjil untuk dimakan saat berbuka. Kebetulan temannya saat itu kebanyakan usianya sudah lebih besar dari Iday, jadi dia melihat proses bahwa kakak-kakak pun harus bersabar sesaat setelah makanan sampai di tangan dan harus menunggu adzan magrib.

Alhamdulillah pula ia sempat bisa mengikuti pesantren kilat yang diadakan masjid setempat. Ia belajar bergabung dengan teman sebaya dan yang lebih kecil dalam kelasnya, dibimbing oleh ibu guru. Awalnya cukup menantang karena ia lebih senang bermain dengan yang usianya lebih dewasa, sementara teman-temannya berada di kelas yang berbeda. Ia juga senang mendapat oleh-oleh dari bu guru berupa snack untuk berbuka yang diambil dengan cara mengantri bergantian. Sayangnya tidak bisa berlangsung sampai selesai karena baru 3 hari pesantren kilat di berhentikan, tersebab ada kasus covid baru di komplek kami.

Kondisi covid membuat pergi ke masjid dibatasi di tahun lalu, namun tahun ini alhamdulillah Shalat tarawih digelar, dan kami bisa merasakan shalat berjamaah di masjid. Tak jarang ia juga bergantian untuk saling menjemput temannya shalat tarawih di masjid.


BAGAIMANA RAMADAN ANAK SAAT 6.5 TAHUN
Alhamdulillah ramadan kali ini Allah ijinkan kami sekeluarga bisa berkumpul kembali. Rantau di Jepang, lokasi masjid jauh, karantina covid, jauh dari suasana khas ramadannya Indonesia, dan bersekolah.

Di usia 6.5 tahun ini kami mulai menekankan mengenai syariat shalat, untuk menuju persiapan usia 7 tahun. Kalau beberapa waktu sebelumnya iday kami ajak untuk melaksanakan 3 waktu shalat, di usia ini meningkat jadi 4 waktu shalat, dan ia diberi pilihan mau shalat di waktu yang mana saja.

Pada usia ini pula, kami mulai mengajaknya untuk berlatih puasa dengan lebih serius. Kalau di tahun sebelumnya masih sangat "suka-suka", di tahun ini kami lebih memotivasinya untuk bisa berlatih lebih baik.

1. Menjadikan bangun sahur dan Makan Sahur sebagai hal Prioritas
Memang tidak mudah membangun ritme bangun pagi pada anak. Tapi di tahun ini sangat terasa ia sudah bisa dibangunkan dengan relatif mudah, dan bisa serta mau ikut makan. Meskipun ada waktu-waktu yang memang kami tentukan untuk tidak berpuasa dulu (kondisi orangtua covid), tapi ia tetap dibangunkan di waktu sahur. Kami juga memastikan bahwa ia sudah merasa cukup makan untuk bekal selama satu hari berpuasa.

Tantangannya ada pada waktu adzan subuh yang semakin cepat, sedangkan waktu adzan magrib yang semakin lambat. 

Beberapa kali iday makan sahurnya belum habis saat adzan subuh, kami masih perbolehkan ia melanjutkan makannya sampai habis karena masih latihan, sambil memberi pengertian bahwa saat nanti dewasa, adzan subuh sudah tidak boleh makan apapun.

Cara kami membangunkannya juga diusahakan soft dan menyenangkan. Pada awalnya kami menyetelkan suara video, kemudia lagu nasyid, kadang film. Namun lama kelamaan bisa tetap bangun dan terjaga tanpa adanya stimulasi suara itu.

2. Tetap sounding mengenai esensi berpuasa ramadan.
Qadarullah saat ini tak banyak fasilitas buku islami/ramadan yang bisa kami beli seperti saat di Indonesia. Jadi kami memaksimalkan buku yang ada, mengenalkan video, lagu, dan worskheet yang berkenaan dengan puasa ramadan. Kami juga menekankan bahwa secara syariat anak seusia iday tidak ada kewajiban berpuasa ramadan, tapi untuk berlatih diperbolehkan

3. Memotivasi Saat Anak Minta Makan
Pada dasarnya anak ini bisa tahan makan, namun butuh kegiatan untuk mengalihkan rasa lapar dan keinginannya untuk makan. Kalau iday bermain dengan teman, puasa tidak terasa. Taoi karena karantina covid ia tak bisa bermain dengan teman dan jadi mudah bosan. Rata-rata jam kritisnya di siang hari pukul 11.00.

Kami terus menguatkan bahwa sebetulnya ia kuat untuk berpuasa, tapi kadang "kabita" untuk memakan cemilan, atau memang terasa lapar ingin makan. Saat benar benar ngga kuat di awal (sekitar ashar) kami perbolehkan ia berbuka. Lama kelamaan ternyata ia sanggup untuk bisa sering puasa full.

Ujian besarnya saat teman sekelas semua istirahat sekolah dan memakan bentonya. Namun iday mendapat booster reward dari ayahnya untuk bisa menamatkan puasanya dan boleh mendapatkan mainan mainan di akhir. Apresiasi luar biasa karena pergi dan pulang sekolah harus berjalan kaki sebanyak 4 km. Alhamdulillah sejauh ini dia berhasil menahan diri. Hanya saat pulang sekolah selalu bilang lapar dan ingin makan hihihi.

HAL MENARIK SAAT ANAK 6,5 TAHUN  MENJALANI PUASA RAMADAN

Saat Ramadhan Melihat Wafer Tango
Iday : "Wah ada godaan!"
Teman : "Aku mau!"
Iday : "Eh jangan ding"

Sesaat Setelah Berbuka
"Kata iday, puasa tuh terasa berat. Tapi kalau udah berbuka, terasa ringan"
 
Saat Pulang Sekolah
"Bunda, puasa boleh ngga, makan angin?"
"Bunda, boleh ngga nelen ciduh?"

Sekian cerita proses perjalanan kami mendampingi anak latihan puasa ramadan.
Ingat kembali aturan syariatnya dan sadar bahwa setiap anak berbeda, jadi perlu disesuaikan.

Selamat mendampingi proses anak šŸ„°

#Day20 #PejuangRamadan #30DWCjilid36

No comments:

Post a Comment