Tuesday, April 19, 2022

Hari Pertama Anak Sekolah SD di Jepang, bisa Puasa Ramadankah?


Bismillah..

Alhamdulillah, kemarin (18 April 2022) adalah hari pertama Iday masuk Sekolah Dasar (SD) di Jepang. Nama SD nya Juichiya, lokasinya sekitar 2km dari apato kami.

Persiapan yang dilakukan sebetulnya cukup mepet, pasca-karantina covid kemarin, kami hanya punya waktu menyiapkan nya satu hari saja. Berhubung bundanya perlu bedrest, ayah yang berbelanja keperluan sekolahnya ke Daiso (toko serba 100 yen yang segala ada).

Sebetulnya jadwal masuk musim semi sudah dilakukan di tanggal 7 April 2022 lalu dengan sebuah upacara formal bersama orangtua dan siswa, tapi berhubung perlu karantina, kami tidak bisa menghadirinya.
Foto by : Teh Lilih

Semalam sebelum hari sekolah tiba, Iday mulai curhat mengeluarkan unek-uneknya mengenai kekhawatirannya :
"Bunda, iday khawatir, deg deg an.."
"Kalau senseinya galak gimana?"
"Kalau yang lain makan, iday kabita gimana?"
"Iday belum cukur rambut, gimana?"
"Nanti iday ujiannya gimana?" 😆
Dan beberapa pertanyaan lainnya.

Tentunya bukan hanya iday yang deg deg an. Anak kelas 1 SD di Jepang dibiasakan berangkat sendiri ke sekolah secara mandiri, baik bersama teman dekat rumah maupun sendirian. Hari pertama saat upacara mungkin diantar, tapi setelah itu mereka diharuskan untuk berangkat mandiri. 

Bagi orang Indonesia, mungkin ini merupakan hal yang bikin was was, tapi disini, anak-anak dilatih mandiri dengan difasilitasi berbagai support system keamanan. Baik dari rute jalan (disini lalu lintas terbilang sangat tertib dan aman buat anak), maupun aksesori tas. Hari pertama ini saya ikut membersamai iday dan temannya untuk berangkat ke sekolah, melihat kondisi sekolah dan berbincang dengan sensei nya.

Satu hal lainnya yang jadi penting kami perbincangkan adalah mengenai proses belajar puasanya Iday. Usianya masih 6.5tahun dan belum wajib puasa, namun kami berusaha mengondisikan agar suasana latihan puasa tetap kondusif.

Dengan perjalanan pulang pergi sekolah total 4km dan kenyataan bahwa teman sekelas semua tidak berpuasa, kami pun tetap membekali ia bento (bekal makan, minum dan alat makan), sambil mengkomunikasikan bahwa apabila Iday tidak kuat dan mau berbuka diperbolehkan. Kami pun menitip pesan pada sensei bahwa ia masih latihan.

Kalau melihat riwayat perjalanan puasa Iday di tahun ini, dari 16 hari puasa, 4 hari kami libur puasa karena covid. Dan dari 12 hari puasa, Iday berhasil full puasa selama 7 hari. Karena latihan puasa buat anak yang belum baligh itu harus mengenali kondisi fisik dan psikis anak, sebagai orangtua kami menilai bahwa Iday sudah sanggup secara fisik maupun psikis untuk bisa latihan puasa.

Selama perjalanan Iday berbincang dengan temannya, baik dengan yang lebih tua (sudah puasa full) maupun dengan yang sebaya (sama-sama masih belajar). 

Iday bilang "Nanti pas yang lain makan, kita mau ngeliatin makanan atau mau ngelakuin aktivitas yang lain?"

Lucu sih hihi..
Untuk puasa ini kami tidak menetapkan reward khusus pada awalnya, tapi H-2 sekolah, kami mampir ke second shop sambil memborong mainan murah untuk ayahnya Iday (eh iday hihi). Tercetuslah sebuah program booster untuk menyemangati iday berpuasa, mainannya akan sah dimainkan kalau puasa nya tamat sampai akhir. Mainan seabreg itu tentu jadi tawaran yang sangat menarik bagi Iday. Kami tetap menekankan bahwa latihan puasa itu buat Allah sayang, kalau Allah udah sayang, jangankan hanya mainan segini, yang lebih banyak juga Allah bisa berikan.

PULANG SEKOLAH
Saat pulang sekolah, bento makanan dan air minum masih utuh. Dia cerita di sekolah pas yang lain makan dia hanya ngeliatin aja sambil ngebayangin enaknya. Tapi dia lebih memilih sabar ngga makan supaya nanti dapat mainan.
Masyaallah tabarakallah, luar biasa ya efek mainan itu 😂

Sejak awal pagi sebetulnya dia udah kabita sama isi bento nugget nya, jadi saat pulang pun tetap bilang "Pengen makan bentonya." Tapi alhamdulillah sepanjang pulang sampai sore jelang magrib bunda nemenin iday main sama teman, jadi laparnya teralihkan. 

Alhamdulillah berhasil full puasanya hari ini :)

Sekian cerita puasanya anak usia 6.5 tahun di hari pertamanya sekolah SD di Jepang. Pada intinya orangtua ngga perlu memaksakan anak karena mereka belum wajib puasa, tapi insyaallah bisa melihat kondisi anak. Ngga perlu juga membanding-bandingkan anak satu dengan anak lainnya, karena tentunya setiap individu itu berbeda ya..

Perbanyak diskusi dan sharing cerita agar anak bisa mendapatkan insightnya. Subuh kemarin bunda cerita mengenai perbedaan kehidupan minoritas di negeri Indonesia dengan di Jepang. Kalau di Indonesia, yang tidak puasa nya sedikit jadi mereka yang menahan lapar, sementara kita disini yang berpuasa justru hanya sedikit, maka bismillah ini jadi tantangan tersendiri buat kita.

Semoga ada manfaatnya ya :)

Hajah Sofyamarwa R.
Kanazawa 19 April 2022

#Day18 #PejuangRamadan #30dwcJilid36

No comments:

Post a Comment