Monday, April 11, 2022

Menjaga Lisan di Bulan Ramadhan


“Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kata yang mengundang keridhaan Allah, meskipun dia tidak terlalu memperhatikannya; namun dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkan beberapa derajatnya. Dan sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang mengundang kemurkaan Allah, sementara dia tidak memperhatikannya; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam”. 
(H.R Bukhari 6478)

* * *

Bulan Ramadhan mengajarkan kita agar bisa menjaga seluruh aspek diri kita dari hal-hal yang tidak Allah ridhai, termasuk salah satu di dalamnya mengenai perkara lisan. Kondisi pandemi sebetulnya memungkinkan kita untuk sedikit lebih menjaga jarak dan tak terlalu banyak berinteraksi, sehingga lisan kita bisa terjaga. Namun, kemajuan teknologi saat ini membuat semua itu tetap tanpa batasan dan bahkan bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun.

KOMUNIKASI SAAT KARANTINA TERPISAH
Ada sebuah hal menarik, dalam kondisi kami yang sedang karantina di rumah, pasalnya saat ini Ayah Bunda berada di ruang yang sama, dan Iday berada di ruangan berbeda sendirian.

Awal mulanya tenggorokan ayah yang sakit dan tidak memungkinkan untuk mengeraskan suara saat shalat berjamaah, jadi kami menggunakan WA call. Namun saat anak harus terpisah sendiri, kami tersambung dan berkomunikasi lewat google meeting di laptop masing-masing, agar suara lebih jelas dan bisa tetap bertatap muka.

Bisa dibayangkan ya, harus terpisah sendirian berhari-hari bagi seorang anak. Lama kelamaan pasti ada rasa kangen ingin bersama, dan ingin saling berpelukan seperti sedia kala. Tapi apa daya memang keadaan harus begini dulu, agar iday tetap sehat dan tidak terinfeksi corona juga.

Tentunya ada kelebihan dan kekurangan dari metode yang kami lakukan. Kadang posisi duduk kurang tepat sehingga suara kurang terdengar jelas. Belum lagi kalau bunda sedang di dapur dan memanggil iday sementara iday berpikir bunda ada di kamar, tak jarang tetap ada miskomunikasi.

Pernah suatu ketika bunda udah agak nge-gas duluan, ternyata iday sudah melakukan yang bunda katakan namun bunda kurang mendengar jawabannya. Tentunya bunda malu dan meminta maaf karena tidak mengkonfirmasi ulang dan keburu ngegas duluan. (dikit sih hihi)

Hal ini mengingatkan bunda, bahwa sebaik-baik diri kita menjaga, terkadang ada masanya kita khilaf dan perlu merendahkan hati untuk meminta maaf.

MENJAGA PRASANGKA HATI, LISAN DAN JEMPOL
Begitu banyak hal juga terjadi di luar sana, yang sangat mudah kita update berita/kabarnya via media sosial atau youtube. Hal-hal buruk yang kadang membuat diri gatal untuk berkomentar negatif atau sekedar mengotori hati dengan berbagai prasangka.

Hematku, saat kita mempunyai kuasa untuk tabayyun (mengkonfirmasi), maka tabayyunlah terlebih dulu. Tahan diri untuk tidak berkata hal negatif yang tanpa tujuan. Namun bila tak terjangkau kita, atau bahkan bukan urusan kita, jaga lisan kita. 

Disamping itu, bila suatu hal itu terjadi pada saudara muslim kita, maka carilah juga 1001 alasan untuk berkhusnudzhan dulu padanya sampai terbukti kebenarannya. Semata-mata untuk menunaikan hak ukhuwahnya, juga untuk menjaga hati kita yang mudah sekali kotor. 

* * *

Runah di Surga Bagi Yang Meninggalkan Perdebatan, Kebohongan, & Mulia Akhlaknya
Dari Abu Umamah Al-Bahili ia berkata, telah bersabda Rasulullah,  “Aku menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi siapa yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benarDan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian tengah bagi siapa yang meninggalkan kebohongan sekalipun sedang bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian atasnya bagi siapa yang mulia akhlaknya.” 
(H.R. Abu Dawud no. 4800 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464)

Bagiku, hal ini sudah cukup jelas, namun terkadang memang ada hal-hal yang perlu di konfirmasi (tabayyun) dengan lebih jelas. Tentunya dalam rangka berdiskusi mencari titik temu, bukan untuk berdebat atau memenangkan suatu pembicaraan. Lakukan dengan kepala dingin dan itikad baik untuk tetap berkhusnudzhan pada lawan bicara.

Semoga bisa jadi pengingat bagi kita semua..

#Day9 #30dwcjilid36 #PejuangRamadan

No comments:

Post a Comment