Alhamdulillah Allah kasih saya pengalaman baru, sakit saat ramadhan bersama sang balita :)
Meskipun berucap hamdallah itu mudah dituliskan, namun pada kenyataannya ternyata penuh drama.
Setelah 3 hari haidar demam dan sulit makan, keesokan harinya saya bersin-berain tak berhenti dengan sekujur badan yang lemas. Tak bisa dipungkiri, jadi malas melakukan apapun. Padahal sakit saya hanya flu, tapi ya begitu kalau sudah flu ngefek ke semuanya. Inginnya tidur saja supaya ngga terasa dan bersin-bersin.
Astaghfirullah semoga Allah mengampuni.
* * *
Hari ke 4 tantangan komunikasi produktif dilakukan di rumah orangtua saya di margahayu raya.
Komunikasi terhadap pasangan :
Kondisi tidak fit sejujurnya membuat teori yang mau diaplikasikan jadi mentah kembali. Kaidah 7-38-55 komunikasi terhadap pasangan yang saya lakukan sepertinya berhasil menyampaikan pesan bahwa saya sedang sakit dan tidak mood, tapi pesannya sungguh negatif. Ya, intonasi dan body language saya belum bisa saya kendalikan.
Contoh kasus 1 :
Pada saat suami sedang bersiap mandi, saya menyusui haidar lalu tertidur. Ketika bangun saat masih belum sadar betul, suami bilang yang kurang lebih intinya begini : Ini haidar celananya basah belum diganti? Dingin loh.
Karena masih setengah sadar saya hanya tidak ingat betul redaksi yang digunakan. Pesan yang saya tangkap saat itu hanya: saya baru bangun, terus tiba tiba dibilang hal semacam itu, saya agak ngambek. Hehe. Maksudnya kan kalau tahu istrinya sedang sakit, bisa tolong digantikan aja gitu ya langsung celananya.
Setelah mengganti celana, saya mengambil kaus kaki suami ke atas dan kesadaran saya mulai terkumpul betul. Saya kembali normal hehe.
Komunikasi terhadap anak :
Dengan kondisi tidak fit, alhamdulillah masih bisa menjalankan kaidah KISS. Tapi kaidah intonasi yang ramah hanya bertahan di awal-awal. Saya sedang ingin membereskan dapur sampai rapi, tapi haidar sedang ingin digendong terus, saya lama lama hilang kesabaran. Ngga sampai marah sih, tapi tegas hehe. Tapi setelah itu haidar masih terus menangis dan honestly timbul rasa stress di diri saya. Hari ke 4 ini haidar menangis terus sedikit-sedikit.
Alhamdulillah sempat bermain di luar dan menemani saya ke warung membeli bahan makanan, semua terkendali.
Namun rentetan kejadian seharian itu betul-betul luar biasa bagi saya. Drama pemberian makan pun cukup menguras emosi.
Dibuatkan sop, telur ceplok dan nasi haidar ngga mau makan, akhirnya masak nasi goreng dan lumayan mau makan. Sebelumnya karena udah makan snack taro, jadi maunya makan snack terus sepertinya. Saya agak dilema ngasih snack sebetulnya, karena niat nya ngasih supaya ada makanan yang masuk, dan dia jadi selera makan, tapi jadinya malah agak susah makannya.
Bahkan ketika mau ditidurkan pun nangis nya menjadi jadi, saya semakin stress melihat bahwa bisa jadi haidar haus mimi dan lapar sementara ASI mungkin sedang sedikit dan selama sakit haidarpun sedang tak nafsu makan. Astaghfirullah. Alhamdulillah suami mengambil alih haidar menggendongnya. Saya masih terdiam di kasur dan menutup wajah. Astaghfirullah, memang ada ya masa-masa semacam ini.
* * *
Astaghfirullah, padahal ini ramadhan. Saya introspeksi dan sadar diri bahwa kondisi sakit memang "berbahaya". Mungkin benar katanya, kalau ibu ibu tak boleh sakit, emosinya bisa naik turun. Apalagi ibu menyusui, rasa panik terhadap ASI yang kurang juga memengaruhi. Target tilawah saya pun tak tercapai pada hari itu.
Semoga ada pelajaran yang bisa diambil. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Sedikit menginsyafi diri bahwa kita hanya manusia yang memang penuh kekurangan, hanya seorang wanita(ibu, istri) yang memang masih bengkok.
Semoga Allah mengampuni kita semua. Saling menguatkan ya :)
Jumat, 9 juni 2017
Hajah Sofyamarwa R
Pagi hari, Disamping haidar yang terlelap.
#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day23
#Tantangan10Hari
#KomunikasiProduktif
#KuliahBunSayIIP
#GameLevel1
#BunsayBatch2
No comments:
Post a Comment