Dari dulu sampai sekarang, menitipkan anak adalah suatu hal yang biasa. Saya mungkin membahasnya secara luas dulu. Entah titip selama ayah bunda kerja pada keluarga/pengasuh, titip sementara, titip ikut bekerja ke kota (misal dari desa), atau menitipkannya di sekolah untuk belajar.
Semakin menjadi menarik pembahasannya di masa kini, karena muncul wacana ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Mengenai hal itu, tidak saya bahas panjang, karena yang harus kita pahami adalah tiap kondisi keluarga berbeda. Maka terkadang tidak ada yang lebih baik, namun mana yang lebih cocok dengan kondisi khas masing-masing.
Saya pribadi saat ini masih fokus di rumah sebagai ibu rumah tangga dengan balita berusia hampir 2 tahun. Belum pernah menitipkan anak seharian pada mertua atau ortu, karena selain anak belum dekat dengan mereka, lokasi rumah cukup jauh, dan tidak ada alasan urgent untuk saya titipkan, kan saya di rumah. Hehe.
Namun anak saya hampir setiap hari harus bermain ke rumah uyut nya yang lokasinya 3 rumah dari rumah tinggal saya saat ini. Supaya aki dan ema uyutnya ada "co'oan" (mainan). Jadi ya walaupun saya ibu rumah tangga, saya pun "menitipkan" anak saya.
Loh ngapain?
Insyaallah menyenangkan orangtua itu ada pahalanya. Haidar juga pasti belajar sesuatu di sana. Saya pun merasa lebih bisa leluasa membereakan rumah atau me time sendiri. Bagi ibu ibu pasti tahu rasanya mengurus anak dan rumah seperti apa, memang ada kalanya butuh waktu jeda.
Saya mencoba menganalisis latar belakang saya pribadi dan suami, untuk jadi bahan pertimbangan keputusan-keputusan kami. Saya dibesarkan dari ibu yang tidak bekerja di ranah publik, sementara suami dibesarkan oleh ibu yang bekerja. Semasa kecil ibu saya dibantu oleh asisten rumah tangga, sedangkan suami saya, selama ibu bekerja, beliau diasuh oleh kakek dan neneknya. Sejak kecil, saya tidak pernah diperbolehkan menginap di rumah saudara, sementara saudara-saudara saya sering menginap di rumah saya.
Untuk membuat kesimpulan, ternyata banyak faktor yang terlibat. Saya pribadi sejak awal memang ingin memegang anak sendiri, yang dalam perjalanannya selain bahagia, pasti mengalami kebosanan juga, wajar. Tapi ada lemungkinan suatu saat nanti saya perlu bekerja dan menitipkan anak juga, siapa yang tahu. Saya hanya perlu mencari tahu lagi pengalaman-pengalaman orang lain dan mencari role model yang mendekati kebutuhan keluarga kami nantinya.
Sedikit merenung, mari belajar lagi tentang bagaimana para shalafusshaleh mendidik anak-anaknya
Para sahabat-sahabat yg shaleh pun suka menitipkan anaknya pada orang shaleh. Mungkin saat ini kita sebut "magang", saat anak kita titipkan pada seseorang yang memiliki keahlian khusus atau karakter khusus.
Sebaik baiknya orangtua, ada kalanya kita tidak didengar oleh anak kita, karena anak kita sudah tahu "cacat diri kita". Kita pun memang bukan superman yang bisa segala hal.
Menitipkan anak yg dicontohkan para orang orang shaleh yang di bahas disini, maksudnya menitip dididik iman islamnya.
Contoh:
1. Rasulullah sewaktu kecil juga yatim piatu, kemudian diasuh orang lain. Hasilnya, tetap bisa bagus, maka perlu dipelajari faktor-faktor.
2. Ibu anas bin malik (ummu sulaim) "menghadiahkan" anaknya, Anas, ke rasulullah. Anas dibiarkan untuk harus ikut membantu rasulullah juga. Efek pendidikannya terbukti baik, tentu saja, dididik oleh rasulullah.
Maka benarlah nasihat ini,
"Carilah tetangga sebelum mencari rumah. Beli lingkungan sebelum beli rumah."
Jangan sekedar beli rumah dulu baru ngecek tetangganya, karena kita perlu lingkungan yang baik untuk pembiasaan kita, dan pembiasaan tumbuh kembang anak kita. Mau tidak mau anak kita akan bergaul dengan tetangga.
Jaman sekarang tidak hanya yang dekat rumah, kita bisa kenal dengan yang rumah nya jauh melalui media sosial. Jadi seberulnya sangat bisa kita "magang"kan anak-anak kita.
Saya pribadi berharap punya anak yang shaleh, yang tidak dikungkung selalu di dalam rumah, tapi bisa mengenali lingkungannya dan bersosialisasi dengan baik, maka harus didukung dengan lingkungan yang baik.
#30dwc #30dwchajah #30dwcjilid6 #day27
No comments:
Post a Comment