Saturday, May 27, 2017

Ramadhan Bersama Balita

Era digital ini, sangat mudah menjumpai berbagai rekomendasi aktivitas maupun pernak pernik penyambutan bulan Ramadhan. Rupanya tak sulit untuk mendapatkan berbagai tools bagi para orangtua memberikan pengalaman ramadhan yang berharga pada anak-anaknya.

Ada yang sejak jauh hari sudah membuat dekorasi rumah penyambutan ramadhan, ada yang sudah membuat worksheet ramadhan, ada yang sudah membeli buku-buku edukasi untuk dibaca, dan sebagainya.

Bagaimana dengan saya?

Dari jauh hari saya hanya sounding pada anak balita saya yang berusia 20 bulan. Sedikit bercerita saja, tidak banyak. Saya membeli beberapa buku tambahan untuk menjadi bahan bacaan untuk dibacakan pada anak saya. Saya tahu banyak link untuk worksheet tapi belum mencetak nya. Hehe. Intinya belum ada hal khusus yang benar-benar saya lakukan untuk mempersiapkan balita saya.

Banyaknya informasi juga perlu proses untuk mengolahnya. Sampai saat ini saya masih sekedar mengobservasi perkembangan haidar dan kemudian baru menyelipkan apa-apa yang bisa diselipkan pada waktu tersebut.

Hari pertama ramadhan, ada hal yang menarik. Seperti biasa, setiap sore pukul 4 atau 5 rumah kami kedatangan anak-anak tetangga yang belajar iqra. Usianya bervariasi, dari mulai 4 tahun, 5 tahun, 8 tahun dan 10 tahun. Haidar yang masih 20 bulan pun belum mengikuti proses belajar. Sekedar ikut bermain dan terkadang ikut menirukan proses membaca iqra nya.

Sejak magrib dan masuk 1 ramadhan, saya dan suami berlomba membaca quran bersama. Praktis haidar tidak mendapat teman bermain, dan tentu saja berupaya mengajak kami memperhatikannya. Jangan tanya bagaimana kondisi quran saya saat ini, hihi. Saat kami mengaji, haidar juga ingin mengaji.

"Aji, ngaji.." celotehnya.

Karena saya pun sedang mengejar target bacaan, maka saya mencarikan quran yang ada untuk haidar pegang, setidaknya kami semua jadi sama. Hehe. Menariknya, haidar sudah bisa membuka qurannya sambil menunjuk huruf-hurufnya dan mengucapkannya seolah benar-benar membaca. Gayamu, dek ^^

Mungkin selama ini haidar sering mendengar dan melihat kakak-kakak membaca iqra. Saya sendiri belum pernah mengajari haidar secara langsung membaca iqra. Selain karena haidar masih terlalu kecil, saya menganggap bahwa nanti akan tiba masanya untuk belajar iqra. Kami hanya berusaha mensuasanakan saja, memberi atmosfernya.

Hal menarik lainnya, saya berusaha mendiktekan huruf huruf hijaiyah sederhana untuk haidar ulangi. Misal A, I, U atau Ba, Bi Bu, sampai huruf hijaiyah terakhir. Dan hidar bisa mengikutinya dengan baik, kecuali pada huruf tsa, tsi, tsu. Masih terdengar ca,ci,cu. Hehe. Haidar senang sekali. Bahkan ketika saya baru mengatakan A dan I, haidar sudah mengulangnya dengan mengatakan A,I,U secara lengkap. Masyaallah.

Hikmah yang bisa saya petik, setiap anak punya kemampuan, dan masa nya masing masing untuk belajar. Sebagai orangtua perlu mendampingi dan berusaha menemukan momen untuk bisa melakukan pembelajaran secara alami sesuai perkembangan anak.

Tidak perlu iri bila perkembangan anak kita berbeda dengan yang lain, karena memang beda. Tidak perlu merasa inferior karena melihat ibu-ibu lain melakukan kegiatan ini itu, sementara kita tidak. Yang perlu diingat adalah, apakah pendampingan kita sudah maksimal? Kalau belum ya tingkatkan.

Masing masing anak sudah lahir dengan fitrah keimanan masing-masing,
Semoga kita terus dibimbing Allah untuk membimbing anak-anak kita ya.

Sabtu, 27 mei 2017
Hajah Sofyamarwa R.

#30dwc #30dwcjilid6 #30dwchajah #day11

No comments:

Post a Comment