Mungkin istilahnya,
saya sedang dilanda dilemma. Kenyataan bahwa saya harus menjadi orang yang
membina dan mengusahakan cara-cara yang tentunya bertujuan untuk dapat
bersama-sama menjadi lebih baik.
Semakin lama saya
semakin menyadari bahwa hidayah itu datangnya hanya dari Allah, sekeras apapun usaha
kita mengubah seseorang menjadi lebih baik, tanpa ridha-Nya, bisa apa kita. Dan
bilapun seseorang tersebut memang menjadi baik, buang sikap sombongmu, sekali
lagi itu bukan karenamu.
Dalam membentuk
suatu karakter, diperlukan manusia-manusia berkarakter kuat. Manusia-manusia
yang yakin akan apa yang mereka bawa, dan optimis bahwa bersama mereka ada
Allah yang senantiasa menolong. Mereka yang tidak mengharapkan apapun, selain
ridha Allah.
Saya yakin tidak ada
orang yang tidak mau punya karakter yang kuat, yang kokoh. Namun adakalanya ada
saja orang yang mau-tidak-mau harus
berada dalam posisi membina. Yang menjadi dilemma adalah bagaimana seharusnya
dia memposisikan diri, dan bagaimana dia seharusnya bersikap.
Mungkin lebih nyaman menjadi seorang sosok yang "baik hati", seperti Ibu peri dalam kisah-kisah dongeng. Ibu peri baik hati ini menjadi idola binaannya. Tapi ibu peri dalam versi saya ini terlalu pleghmatis, mengikuti arus, mengikuti kemanapun binannya membawa. ibu peri ini ingin sekali dapat diterima dengan baik, karena memang unsur kedekatan lah yang dia sukai. Namun ia tercelup, bukan mencelup. Bahkan sampai "lupa" misi utamanya. Terus berbincang kesana-kemari, tanpa kemudian punya kuasa lebih untuk mengarahkan.
Atau dengan menjadi
sosok yang "jahat" mungkin lebih mudah? Seperti Ibu suri atau ibu
tiri dalam kisah-kisah terdahulu. Kejam. Diktator. Toleransi rendah. Dengan
begitu lebih mudah bukan mencapai tujuan? Setidaknya kali ini, tipe ini akan
mencelup, bukan tercelup. Sebuah konsekuensi lain adalah, tipe ini tidak akan
diterima dengan baik, barangkali hidupnya akan sengsara dibenci berbagai jenis
orang. Ibu suri versi saya ini, sebenarnya punya maksud baik, tapi terpaksa
untuk menjadi terlihat jahat.
Dua contoh diatas
memang ekstrim, dan segala yang berlebihan memang tidak baik. Bagaimana
menyusun keduanya menjadi paduan yang baik, merupakan suatu kemampuan yang
patut disyukuri.
Namun dalam urusan
akhirat di dunia yang singkat ini, saya lebih memilih jadi ibu suri tapi membawa mereka ke surga, daripada
menjadi ibu peri yang tak sadar malah membawa mereka menjauh dari surga.
Wallahu
'alam
image source: http://osmd.wordpress.com/2012/03/06/dilema/ |
* * * * * * * * * * * * *
Lintasan pikiran
seusai isya tadi.
Ya Allah, kuatkan.
Di hari kelimabelas
KP
Cikole, 18 Juni 2012
No comments:
Post a Comment