Tangisan bocah itu memecah keheningan malam. Dua lapis dinding tak mampu meredam kerasnya suara tangisan itu.
"Jempeee! Jempe atuh!"
(Diam! Diam dong! -dalam bahasa sunda)
Alih-alih berhenti, tangisannya semakin menjadi. Penasaran, aku bergegas menuju balkon, mencoba mendengar lebih jauh apa yang jadi akar permasalahannya kali ini. Bukan sekali dua kali kudengar suara bentakan dan tangisan dari rumah itu.
Sampai akhir tak terjawab pula pertanyaanku. Ah, miris sekali. Hal apa yang membuat bocah kecil itu harus menerima bentakan keras dari ibunya. Entah berapa banyak sel-sel otak yang tak tumbuh baik karenanya, entah sedalam apa luka di hati anaknya. Kasihan sekali, ibu macam apa yang seperti itu, pikirku saat itu.
Saat aku kembali ke dalam rumah kembali kulihat wajah polos anakku sedang tidur begitu lelapnya. Anugerah tuhan yang sering membuatku tersenyum, bahkan tertawa terpingkal pingkal dengan tingkah polahnya. Kemudian aku jadi teringat, saat diri ini tak cukup kuat, tak jarang pula aku marah dan bernada tinggi padanya. Astaghfirullah.
* * *
Aku tahu tak mudah menjadi seorang ibu, sementara kebanyakan orang berharap seorang ibu itu tanpa cacat. Semoga Allah mengampuni, memberikan kelembutan hati, kesabaran, kasih sayang serta kekuatan melawan syaithan dan hawa nafsu pada diri kita.
Rasa marah itu wajar, memang Allah ciptakan sebagai konsekuensi dari tabi'at makhluk yang ditujukan untuk membela diri, agama, kehormatan, harta, membela hak-hak yang umum dan menolong orang yang dizhalimi. Maka semoga amarah kita tersalur pada hal yang benar-benar pada tempatnya.
* * *
“I feel that people are basically trying to do their best in the world. Even when you see people making mistakes, you understand why they’re making a mistake. Everybody has flaws, everybody has demons, everybody has ghosts, but I think you watch people and you see everybody trying to do their best.”
-- Jason Katims
Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya”
-- HR Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), Ibnu Majah (no. 4186) dan Ahmad (3/440), dinyatakan hasan oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
Jumat, 21 Juli 2017
Hajah Sofyamarwa R.
Seorang Ibu yang masih harus banyak belajar.
#30dwc #30dwcjilid7 #30dwchajah #day16 #fiksi
No comments:
Post a Comment