Adalah Ustadzah Wiwik Hapsari, seorang wanita yang meninggal dunia akibat kecelakaan motor di Yogyakarta. Mantan ketua PW Salimah DIY itu dikenal sebagai sosok istri dan ibu rumah tangga yang memiliki visi yang sangat kuat tentang surga. Segala aktivitasnya di rumah, di kantor, di organisasi sosial, atau di masyarakat tempatnya mengabdi, baginya adalah jalan-jalan menuju surga.
Bukankah kita begitu mudah mengatakan ingin masuk surga?
Pasti ada yang berbeda, bagi orang yang sekedar berbicara ingin masuk surga, dengan ia yang benar-benar ingin masuk surga.
Bukankah kadang kita merasa getir saat ada seseorang yang selalu membicarakan surga, dan menilai bahwa ia tak realistis dan terlalu jump to conclusion?
Saat mengasuh anaknya, ia selalu bercerita tentang surga. Saat ada pertengkaran, ia lerai dengan kisah surga. Saat berdiauki dengan suami, surga tak pernah lepas dari lisannya. Saat beraktivitas di masyarakat, ia selalu mengingatkan orang sekitar nya untuk mencari surga. Sahabat terdekatnya mengatakan ia sangat layak menjumpai surga, sesuai dengan visi yang sangat terpatri dalam hatinya.
Ingatkah kau, pada kisah seorang arab badui yang menolak haknya menerima harta rampasan perang dari rasulullah. Ia punya hak, tapi ia tak mau mengambilnya. Ia hanya ingin mati syahid dalam keadaan islam dengan hempasan anak panah tepat di lehernya? Percayakah? Itulah yang terjadi.
Dari Syaddad bin Al-Haad radhiallahu ‘anhu berkata :
Ada seorang Arab Badui datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka iapun beriman kepada Nabi dan mengikuti Nabi, kemudian ia berkata kepada Nabi, “Aku akan berhijroh bersamamu”. Maka Nabipun meminta sebagian sahabat untuk memperhatikan orang ini. Maka tatkala terjadi peperangan Nabi memperoleh ghonimah maka Nabipun membagi-bagikan ghonimah tersebut dan Nabi membagikan juga bagi orang ini. Nabipun menyerahkan bagian ghonimah orang ini kepada para sahabat (untuk diberikan kepada orang ini). Dan orang ini tugasnya adalah menjaga bagian belakang pasukan. Tatkala orang ini datang maka para sahabatpun menyerahkan bagian ghanimahnya kepadanya. Iapun berkata, “Apa ini?”, mereka berkata, “Ini adalah bagianmu yang dibagikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untukmu. Iapun mengambilnya lalu menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata keapda Nabi, “Apa ini?”. Nabi berkata, “Aku membagikannya untukmu”. Ia berkata, “Aku tidak mengikutimu untuk memperoleh ini, akan tetapi aku mengikutimu supaya aku dipanah dengan anak panah di sini (seraya mengisyaratkan ke lehernya) lalu aku mati dan masuk surga”. Nabipun berkata, “Jika niatmu benar maka Allah akan mengabulkannya”. Tidak lama kemudian para sahabat bangkit dan maju ke medan perang melawan musuh. Lalu (setelah perang-pen) orang inipun didatangkan kepada Nabi sambil dipikul dalam kondisi lehernya telah ditembus oleh anak panah. Maka Nabi berkata, “Apakah ini adalah (mayat) orang itu?”, mereka berkata, “Benar”. Nabi berkata, “Niatnya benar maka Allah mengabulkan (keinginannya)” Lalu Nabi mengkafani orang ini dengan jubah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Nabi meletakkan mayat orang ini di depan lalu beliau menyolatkannya. Dan diantara doa Nabi tatkala menyolatkan orang ini, “Yaa Allah ini adalah hambamu telah keluar berhijrah di jalanmu lalu iapun mati syahid dan aku bersaksi atas hal ini.” (HR An-Nasaai No. 1952 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhiib wa At-Tarhiib No. 1336)
Ah, mari melihat ke dalam diri dan belajar menjadi wanita yang benar-benar merindu surga. Mengenal lebih jauh tentang surga yang telah Allah janjikan. Yang lebih berharga dari seluruh dunia dan isinya. Meluruskan niat, menghiasi segala aktivitas dengan niat hanya karena Allah.
** Kisah tentang Ibu wiwik diadaptasi dari buku Wonderful Family karya Pak Cahyadi Takariawan, Bab Visi.
Kamis, 27 Juli 2017
Hajah Sofyamarwa R.
#30dwc #30dwcjilid7 #30dwchajah #day22
No comments:
Post a Comment