Friday, July 27, 2012

Belajar Hidup di Dunia : Dari Bayi, Film Inception, dan Belanja di Mall


"Terkadang saat lelah berjalan jauh dan tak melihat ada ujung di tepinya, aku harus berhenti dan melihat kembali peta perjalananku. Sudah benarkah tujuanku, sudah benarkah niatku, akan cukupkah perbekalanku. Ataukah aku sebenarnya tak tahu dan tak yakin, kaki ini akan melangkah kemana?"

Hidup di Dunia Hanya Menunggu
Beberapa waktu yang lalu dalam sebuah pengajian warga, saya kembali diingatkan, bahwa hidup di dunia hanya sekedar menunggu. Hidup hanya sekedar menunggu untuk kemudian dijemput pada kehidupan yang sebenarnya setelah kematian.

Ini beberapa ilustrasi nya :
 1. Bayi Dalam Rahim
Ini sama saja dengan ketika dulu kita masih dalam rahim ibu. Selama sembilan bulan itu kita juga tak pernah tahu bahwa ternyata akan ada kehidupan setelah lahir, ya kan? Dan selama masa penantian itu, yang bisa kita lakukan hanya terus tumbuh dan mengusahakan adanya kehidupan dengan terus menerus diberi asupan nutrisi oleh sang pemilik rahim, sampai akhirnya lahir di dunia.


2. Film Inception yang Belum  Saya Tonton
image source
Teringat sebuah cerita dari seorang kakak kelas dengan ilustrasinya mengenai Film Inception (2010). Saya belum nonton sih (wah katro -_-'), tapi konsep mengenai mimpi multi tingkatan (Multi-level Dream ) nya menarik juga. Jadi saat tidur, kita bermimpi. Mimpinya adalah sedang bermimpi. Dan di mimpi yang sedang bermimpi itu kita juga bermimpi (bingung kan? Sama) dan seterusnya.
Jadi ilustrasi beliau,
kalo ditembak dan mati di mimpi level 3, ntar bangun di mimpi level 2
Kalo ditembak dan mati di mimpi level 2, ntar bangun di mimpi level 1
Kalo ditembak dan mati dimimpi level 1, ntar bangun di alam nyata (dunia)
Kalo ditembak dan mati di dunia, ntar juga kita akan bangun (mati beneran sih hehe) di suatu level lain yang sekarang kita sebut akhirat.
Logis kan ya?
(yuk yang udah nonton ceritain ke sayah ato bagi-bagi ke saya film nya hehe)
 

3. Belanja di Mall
Ilustrasi ini juga dari kakak kelas saya. Jadi, bayangin misal kita dikasi kesempatan buat belanja persediaan Idup kita, anggep buat usia 1 bulan kita deh. Nah, kita dikasi keranjang dan waktu 1 jam buat belanja apa aja bebas. Dan setelah 1 jam, tentu ada banyak jenis orang dong, dengan pilihan belanjaan yang berbeda-beda?
  • Ada yang keluar tanpa beli apa apa. Dia bingung. Saking bingungnya kebanyakan mikir, takut salah beli, takut nanya, takut segalanya. Hasilnya? Keranjang kosong dan ngga bawa apa-apa.
  • Ada lagi yang lainnya, keranjangnya isinya Chiki semua karena dia suka (yaelaaah), snack angin doang, harganya biasa-biasa. Banyak, tapi ga kurus kering apa sebulan makan chiki?
  • Ada yang pinter, beli barang-barang mahal yang ukurannya kecil-kecil (cem cem elektronik). Keranjangnya jadi lebih berharga dibanding yang lain, dan kayanya bisa jadi bekal buat idup sebulan nanti. 
Ilustrasi nya ekstrim ya? Tapi kalo dipikir baik-baik, ada kok yang seperti itu di kehidupan ini. Dan harapannya kita termasuk orang cerdas yang bisa bener-bener efisien dalam memilih, hal apa aja yang sebenernya penting buat hidup kita (aamiin ya Rabb!)

Karena hidup di dunia hanya sekedar menunggu, saat menunggu itulah kita harus tahu jalan yang benar. Sejauh ini, yang saya tahu dan sangat berusaha saya yakini, jalan yang benar itu Islam. Dan walopun jatuh bangun mungkin, saya harus paham cara memahami agama ini. Perjalanan ini mungkin panjang dan saya juga ngga tahu sampai kapan saya bisa berada di jalan yang benar.

Satu hal lagi, saya belum yakin amal kebaikan saya lebih banyak dari amal kejahatan saya. Makanya, ngajak orang lain pada kebaikan akan jadi salah satu cara saya buat memperbanyak amal kebaikan.

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (Hadits Shahih, Riwayat Muslim no. 2674).
Ya, sederhana saja, karena kita tak pernah tahu kapan amal kebaikan kita akan cukup..
Wallahu 'alam
:)

No comments:

Post a Comment