Hari ini berangkat
agak terlambat 30 menit, seharusnya pukul 6 sudah berangkat menumpang motor
mbak ovie. Sarapan singkat jadi semakin singkat karena harus diakhirkan dengan
mengembalikan kembali setumpuk nasi di piring ke dalam tempat nasi.
Sampai di jalanan
sekitar lembang tempat yang biasa saya lalui untuk berganti angkot terdapat
sekitar 6-7 penjual bubur ayam. Saya niatkan untuk mampir dan membeli semangkuk
bubur dahulu, antara kangen bubur ayam dan kelaparan :)
Dari sekian banyak
penjual bubur yang bisa saya pilih, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada
kakek-kakek tukang bubur yang lokasinya
tak jauh dari perempatan.
Tidak ada alasan
khusus, hanya memilih.
Bubur disajikan,
hmmmm.. Yummy!
Ada yang sedikit
berbeda dari bubur ayam biasanya. Kerupuknya bukan kerupuk yang biasa, warnanya
pink dan kuning dengan bentuk mie dan lembaran. Agak unik.
saya sempat berpikir apakah mungkin kerupuk ini lebih ekonomis? Saya tidak tahu, mungkin saja.
saya sempat berpikir apakah mungkin kerupuk ini lebih ekonomis? Saya tidak tahu, mungkin saja.
Kemudian sedikit
merenung lagi, dari sekian banyak tukang bubur, saya ditakdirkan untuk membeli disana. Padahal gerobak tukang bubur
yang lain lebih bagus dan lebih menarik.
Yah,
emang rejeki udah ada yang ngatur ya.
Saat menjadi pengusaha kelak, mungkin pembeli kita juga akan punya beragam alasan memilih produk kita, terlepas dari bagaimanapun produk kita. Bahkan swing fooders* macam saya tadi juga termasuk jalan rizki loh hehe :)
Saat menjadi pengusaha kelak, mungkin pembeli kita juga akan punya beragam alasan memilih produk kita, terlepas dari bagaimanapun produk kita. Bahkan swing fooders* macam saya tadi juga termasuk jalan rizki loh hehe :)
*Swing fooders adalah pembeli makanan yang tidak banyak ambil
pusing masalah apapun. Kemana kakinya melangkah ya itu makanan pilihannya. Singkatnya, mana aja hayu. Istilah yang muncul dari otak saya ini memang agak
maksa dan sepertinya dipengaruhi oleh ramainya suasana pilkada cawagub DKI
Jakarta
Hehe :D
No comments:
Post a Comment