Wednesday, January 6, 2016

Evaluasi Manajemen Menu 2015

Banyak hal yang harus saya syukuri setelah melewati tahun 2015, begitu banyak hal terjadi. 2015 adalah tahun pertama saya sebagai seorang istri, sekaligus dikaruniai seorang putra.

2015 sebuah tahun yang membuat saya sadar bahwa saya itu ngga ada apa-apanya. Bukan bermaksud merendahkan diri seperti tagline ngetren "da akumah apa atuh", senyatanya dari 23 tahun jatah hidup yang Allah berikan, memang sangat banyak sekali yang belum saya bisa.

Urusan masak memasak, sebelum nikah selalu dimasakin mamah. Saya bilang selalu, karena walaupun kadang suka masak, tetep aja ngga sebanding dengan yang mamah masakin hehe. Jaman ngekos kadang masak yang simple. Di asrama belajar belanja ke pasar dan masakin buat 20 orangan. Lumayan. Walaupun ada jadwal piket sih, jadi ga setiap hari hihi.

Saya bisa bilang : setiap orang bisa masak (enak ga enak), masalahnya adalah terbiasa masak atau tidak.

Menjadi seorang istri, harus "tahan" buat masak (atau menyiapkan makanan) setiap hari. Terdengar mudah, tapi bagi saya setelah dijalani ya kaget juga hihi. Bayangkan saja, dari yang sebelumnya apa-apa selalu disiapkan, sekarang harus menyiapkan buat orang lain. Pesen buat yang masih gadis, yang penting itu kebiasaan, enak atau tidak masakan kita lambat laun insyaallah enak kok.

* * *

Semakin terasa "tekanan"nya setelah benar2 pisah dari mertua dan hidup sendiri. Kalau di rumah mertua masih suka gantian sama eneng atau sama ibu. Setelah pisah, blas, udah full tanggung jawab saya. Makanya suka pusing mau masak apa. Hahaha.

Sebagai ahli gizi keluarga, level saya masih ecek ecek hihi. Selama ini hanya mengusahakan selalu ada sayur (kadang belang betong juga), lauknya sama buah.
Alhamdulillah disini dekat pasar jadi sebetulnya setiap hari bisa ke pasar dan beli sayuran segar. Tapi namanya manusia penuh khilaf dan rasa malas (wkwk), Saya coba belajar mengaturnya dengan membuat rencana menu selama beberapa hari. Itu lebih efektif dibanding tiap mo belanja ato masak mesti mikir dulu. Takes time.

3 Bulan
Kurang lebih 3 bulan saya mulai mengatur menu. Masih banyak yang skip juga, tapi alhamdulillah segitu mah hehe.  Sekitar minimal 60 jenis masakan tercatat sejak saya menikah november 2014 lalu. Kombinasi antara makanan praktis, sayur, lauk pauk, dan cemilan.
Mungkin terdengar lebay, tapi bagi saya ini prestasi. Hihi. Kalau mau lihat beberapa contoh masakan, saya upload di facebook saya hehe.

TANTANGANNYA
Selama ini yang jadi tantangannya adalah :
1. Sebelum nikah belum terbiasa menyiapkan masakan buat keluarga setiap harinya >> sekarang lumayan
2. Pasar dekat, belanja mudah. Sering belanja kadang belanja berlebihan dan ga sesuai budget hehe.
3. Bahan makanan masi numpang titip ke kulkas rumah nenek, kadang males keluar ngambilnya hihi.
4. Butuh variasi menu baru. Bosen masak itu itu aja. Ngga kebayang kalo berpuluh-puluh taun begitu terus hihi
5. Sembari punya bayi. Yap, start punya bayi, start harus masak sendiri. 2 adaptasi yang berbeda.

* * *

Dalam foto di bawah ini, kalian bisa liat template menu yang kubuat selama ini. Menurutku kurang efektif karena ternyata siang jarang masak. Yang makan cuma berdua dan suami pulang malem jadi sebenernya mah masak besar cukup sekali (pas sore aja). Pagi makan yang semalem atau bikin yang simpel. Siang? Karena buat makan sendiri, paling ngabisin yang belum abis atau goreng telor hehehe.

2016 ini insyallah pake format baru hehe, try and error aja mana yang lebih efektif. Mau coba nerapin menejemen menu, 10 hari nya bu Septi, masih belum pas kondisinya, ambil per 3 hari aja dulu deh hihi. Sambil terus cari referensi dari yang udah berpengalaman dan yang cocok sama kondisi pribadi. Kan tiap keluarga beda ya.

Sekian dulu ya cerita emak rempongnya hihi. Semoga 2016 kita semakin baik dalam manajemen rumah tangga nya.

Tenang saja, semua itu berproses. Yang terlihat sempurna pasti sebelumnya melalui berbagai lika liku. Namun justru itulah yang membuat kesempurnaan menjadi indah :)

Khidmatnya Fathimah binti Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah suaminya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, sampai-sampai kedua tangannya lecet karena menggiling gandum. Ketika Fathimah datang ke tempat ayahnya untuk meminta seorang pembantu, sang ayah yang mulia memberikan bimbingan kepada yang lebih baik: “Maukah aku tunjukkan kepada kalian berdua apa yang lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu? Apabila kalian mendatangi tempat tidur kalian atau ingin berbaring, bacalah Allahu Akbar 34 kali, Subhanallah 33 kali, dan Alhamdulillah 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu.” (HR. Al-Bukhari no. 6318 dan Muslim no. 2727)

Kalo cerita rempong kamu gimana? Sama ga? Hehe

#OneDayOnePost

#ODOPfor99days
#day2

1 comment:

  1. luar biasa banget menunya hajaaah,, lain kali posting resep atau sumber resep doong (request) haha.. semangat ya mudah2an lancaar

    ReplyDelete