“Saya kecanduan games
sampai 2 tahun lamanya baru bisa nyelesain skripsi. Ngga kemana-mana, di rumah
aja, main The Sims.”
-Ujar salah satu dari 10 pengguna
pertama aplikasi parental control Kakatu.
Glek!
Terkejutlah saya mendengar salah satu permainan favorit saya
disebut. Apaa? Main The Sims berlama-lama itu disebut kecanduan games juga??
Itu kan “cuma” mainan biasa, bikin keluarga, ngurus kesehariannya, desain rumah
yang unyu-unyu. Dulu saya “cuma” main seharian, pake istirahat makan,
begadangan main giliran, kalo libur tambah males mandi, dan komputer jadi nyala
terus. Terus kalo lagi libur panjang, siap-siap main Nintendo dan sega yang
kalo mau berhenti cuma pause bentar terus lanjut main lagi. Eh, yang kaya gitu
termasuk kecanduan games gitu?? *panik *jadicurcol
Begitulah pengakuan bunda Dai, salah satu dari 10 user pertama aplikasi Kakatu. Bunda Dai
baru benar-benar sadar untuk berhenti bermain games setelah menikah dan
memiliki anak, “Entar anak saya siapa
yang ngurusin, kan ngga bisa gede sendiri kaya di The Sims. Hehe.” Bunda Dai merasa sangat terbantu
dengan adanya aplikasi Kakatu. Bunda Dai pernah menemukan anaknya menangis saat
pegang HP, ternyata sang anak tak sengaja meluncur ke YouTube dan terpasang
film hantu. Ya, Kini bahkan anaknya akan menangis kalau aplikasi kakatu pada smartphone ibunya tidak aktif.
* * *
Apa sih Aplikasi Kakatu
itu?
Kakatu -seperti disebutkan dalam aplikasinya-, adalah sebuah
aplikasi parental control yang berfungsi untuk membatasi dan mengedukasi
penggunaan gadget anak agar mereka tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan
bijak dalam menggunakan gadget di era digital saat ini. Aplikasi yang awalnya bernama Kockatoo ini memiliki
berbagai fitur, seperti : (1) pembatasan aplikasi apa saja yang boleh
diakses anak dengan bebas; (2)
Pembatasan Waktu, agar anak tak berlama-lama bermain sampai melalaikan
dirinya, (3) Pengecekan Aktivitas Anak, apps
apa saja yang dibuka, (4) Lihat Lokasi
Anak, dan (5) Pembatasan Kontak.
|
Tampilan Kakatu Apps. Pembatasan Aplikasi, pembatasan waktu dan yang menarik ada pesan yang bisa dimunculkan sebagai alarm dalam bentuk teks, suara atau video |
Saat masuk aplikasi ini kita diharuskan registrasi diri dan
anak. Kakatu sudah mempersiapkan banyak hal dengan baik. Missal ketika saya mau
mendaftarkan usia anak saya yang baru 4 bulan, kakatu bilang “Anak anda masih berusia di bawah 3 tahun,
sehingga tidak diizinkan untuk menggunakan gadget.” Hihi.
|
Tampilan Pemilihan mode pada kakatu apps, pin, dan penggunaan aplikasi |
Ada 2 mode saat kakatu aktif : Mode Orangtua atau Mode Anak.
Saat mode anak aktif, anak tak bisa mengganti pengaturan karena harus
memasukkan nomor pin.
Sederhana, menghemat waktu dan tenaga serta membantu para
orangtua agar anak tak berlebihan dalam bermain gadget.
Siapa Di Balik Kakatu
|
8 orang muda kreatif dalam tim Kakatu |
Muhamad Nur Awaludin adalah salah satu founder Kakatu, yang
berbagi kisah tentang masa lalunya sebagai seorang pecandu games. Mendapat
banyak masukan dan pencerahan setelah mendengarkan petuah dari sosok Ibu Elly
Risman Sosok berbadan imut-imut yang lebih akrab disapa mumu itu mengaku sudah
mengenal game sejak kelas 4 SD. Adiksinya pada game terus berlanjut hingga SMA
dan mengantarkannya pada berbagai perilaku tak baik. Mulai mencuri, berbohong,
terpapar konten pornografi, bahkan “berjudi” untuk sekedar mendapat tambahan
uang untuk beli voucher. Semua
terjadi setahap demi setahap, padahal waktu kelas 2 SD sempat jadi Juara MTQ Se
Kecamatan! Kebayang ga? Nah, tahun 2016
ini, mulai usia berapa hayo anak-anak terpapar game dan gadget? Terus kadang
kita suka ngasih pinjem aja ngga pake mikir?
Kesepian. Ya, ia dihadapkan pada kondisi kedua
orangtua sibuk bekerja. Merasa lebih dihargai, dibutuhan dan diterima di dunia
games daripada di kehidupan nyata. Dan ketika Mumu pindah ke kota dan tinggal
dengan saudaranya, mumu merasa BEBAS, ya, BEBAS!
Level candunya bahkan membuat mumu tak khawatir bila
tertabrak bus, “toh masih ada 1 nyawa
lagi”, kenangnya. Untung supir bus ngga mikir yang sama “tabrak aja da
masih bisa idup lagi.’ Hihi
Masa SMA, pernah semakin tak peduli ibadah, semakin tertutup,
kesehatan menurun dan berhenti sekolah setelah lulus. Ingin berubah, Mumu
mencoba kuliah di kampus swasta yang katanya ngga ada Test (padahal ada juga!
hehe). Bekerja sampingan juga menjadi salah satu pengalihnya dari dunia games. Perjalanan
panjang Mumu jadi pelajaran yang sangat berharga. Bagaimana tidak, Mumu baru
benar-benar sadar setelah ibunya meninggal.
* * *
MITOS SEPUTAR PEMBERIAN
GAMES PADA ANAK
Waspada kalau kalian masih punya pemikiran seperti ini :
1.
Daripada anak mabok, stress gajelas,
mending maen game aja dirumah. Bener sih. Game apa dulu, trus mainnya didampingin atau
dibiarin?
2. Cuma maen game doang ini kok. Ingat anak-anak lebih mudah merekam dan meniru. Dan, mainnya
udah berapa lama?
3.
Di rumah ini kok, jadi bisa diawasi
setiap saat. Emang kita standby terus? Itu
kerjaan rumah emang ga numpuk? Terus itu konten gamenya emang kita pantau terus
seluk beluknya?
4. Mana bisa anak lepas dari gadget? Emang susah ya, ortunya juga gabisa lepas dari gadget *jleb
5.
Bener kan anteng kalau dikasi game. Yaiyalah anteng! Enak kan kita jadi
ga pusing?
PENGETAHUAN TENTANG
GAMES
A. Media games secara general :
1.
Console games (biasa dihubungkan ke TV) : Nintendo, Nintendo Wifi, PC, Sega, Playstation, Xbox
2.
PC Games : PC, Laptop
3.
Mobile Games : Handphone, tablet, ipad
4.
Handheld Games (di console portable) : PSP, Nintendo, N-Gage
B. Genre game dan level adiksinya:
Kategori SANGAT
RPG (Role Playing Games) : Dota2, World Of
Warcraft, Ragnarok, League Of Legends, Final Fantasy
RTS (Real Time Strategy) : COC (Clash of Clans),
Warcraft, Command and Conquer
Game Shooter : Point Blank, Counter Strike, Call Of
Duty, Conflict Vietnam
Kategori SEDANG
Game Adventure : Devil My Cry, Assasins Creed, Tomb
Raider, God Of War, Resident Evil
Game Racing : Need For Speed, Burnout, Sirt 2,
Asphalt
Fighting Game : Smack Down, Mortal Kombat,
Arcade : Tetris dan Zuma, Temple Run, Angry Birds,
Flappy Bird
Kategori KURANG
Sport Game : Sepak Bola, Winning Eleven, PES,
FIFA, Tenis, Basket
Edugames : Duolingo (bahasa), Toddler Kids
Puzzle, game belajar mewarnai, mengenal binatang dsb
(The Sims di genre mana ya? Hihi.
Kategori manapun, kalau melalaikan berlebihan berarti adiksi juga sih ya. Tapi
kan the sims bagus mengasah jiwa interior desain kita wkwkw *tetep)
C. Rating Game ESRB – Entertainment
Software Rating Board (di USA)
Sebenernya ya semua games ada
peruntukkannya. Mana game yang kontennya cocok dengan usia pemain. Nah kadang
kita kurang aware sama rating itu. Contoh kecil aja, jaman SMP SMA dulu saya
main GTA (Grand Theft Auto) karena liat kakak main itu. Biasa aja mainnya juga,
ngerampok mobil orang, nembakin, ngambil uangnya, *biasa dari manaaa* Pas saya
ngajar di sekolah kelas 2 SD, denger cerita pagi katanya pas libur ada seorang
anak main itu seharian. Kaget dong, padahal GTA ini termasuk game “keras” dan
masuk kategori rating M alias Mature 17+. More info cek www.esrb.org (fyi, ini ada esrb rating search app nya juga loh yang bisa di download
gratis).
Ciri Games yang Menimbulkan Adiksi
1. Dapat bermain secara berkelompok
2. Terdapat level challenge, quest, reward, dan experience point
3. ada ajang tournament mengenai game tersebut
4. banyak orang mengetahui game tersebut
5. bersifat dinamis secara gameplay dan umumnya game online
6. memiliki storyline/ cerita yang menarik
* * *
“Kakatu hanya bisa sedikit membantu para orangtua, tapi tetap tidak bisa
menggantikan kehangatan kasih sayang kita sebagai orangtua.”
Bahaya yang paling besar bukan anak akses pornografi atau main game seharian. Tapi bahaya yang tidak pernah orangtua sadari bahwa itu adalah bahaya
-Bu Elly Risman
Teknologi adalah penunjang masa depan dan dibuat untuk membantu memecahkan masalah setiap orang. Tetapi pengasuhan orangtua tetap tidak dapat dipindah tangankan terhadap canggihnya teknologi
-mumu
Materi diresume (dan sedikit ditambahkan) dari acara
Peluncuran GGS (Gerakan Gadget Sehat) dan Seminar Parenting “Kiat-kiat Memahami
dan melindungi anak dari Bahaya dibalik Kecanduan Games” yang diselenggarakan
oleh Kakatu dan YKBH (Kamis, 14 Januari 2016) di Auditorium Ged. FK UNPAD Jl.
Eyckman 38 Bandung