"Tiada seorangpun yang saya
tawari Islam, kecuali ia menanggapinya secara ragu-ragu, kecuali Abu Bakar...
Ia langsung menerimanya tanpa ragu-ragu."
(Sabda
Rasulullah SAW)
Kita tahu bahwa Abu
Bakar adalah orang yang menggantikan rasul setelah wafat. Abu bakar ini
termasuk salah satu dari 10 orang yang dijamin masuk surga (al-hadits).
Kalau dibandingkan
dengan Umar Bin Khattab yang terkadang banyak berpendapat pada rasul
(mempertanyakan), Abu bakar ini justru selalu menerima apa yang dikatakan rasul
tanpa mempertanyakannya lagi.
Abu bakar sering
berkata, "Jika demikian, maka benarlah ia (Muhammad)!"
Maknanya, Abu bakar
sangat meyakini bahwa apa-apa yang
dibawa Muhammad pasti datang dari Allah. Sudah yakin tanpa ragu
sedikitpun.
Sekilas Kondisi Jazirah Arab Saat itu
Bayangkan pada masa
Rasulullah dulu, agama Islam masih datang dalam keadaan asing di tengah
masyarakat Mekkah yang menyembah berhala. Sampai Muhammad dikatakan gila,
penyihir, penyair, dengan ajaran yang Ia bawa. Kalau orang mau cari aman aja,
ngga bakal nerima Islam begitu aja. Karena itu tadi, akibatnya bisa dimusuhin
satu Mekkah, dan itu pasti ga aman banget, karena penguasa Mekkah saat itu juga
mati-matian cari cara supaya Muhammad ga bisa menyebarkan agama
"baru" dan menentang ajaran
nenek moyang. Kalo baca lebih lanjut di sumber lain, Walaupun dibilang
jahiliyah, masyarakat Jazirah Arab saat itu bukan bodoh, primitif, purba atau
terbelakang loh. Perekonomian mereka cukup kuat, budaya tulis-menulis dan
bersyair juga sudah ada. Fitrah kemanusiaan mereka masih cenderung bagus,
(dibanding negara digdaya saat itu: Persia dan Romawi, Serta India dan Yunani)
hanya saja mereka hidup dalam kegelapan dan kebodohan. Mereka belum mendapat
pengetahuan yang benar.
Dengan kondisi
seperti itu, Abu Bakar malah mudah banget percaya sama Rasulullah. Aneh kan?
Kenapa bisa begitu ya?
Ternyata memang
tidak ada yang instan.
Abu bakar Hanya
menyembah Tuhan yang disembah Ibrahim. Abu Bakar meyakini dan menantikan kedatangan seseorang yang
diutus Allah, yang akan mengembalikan panji-panji Allah ke tempat semula serta
menghancurkan berhala-berhala. Abu Bakar sering berkunjung ke 3 tokoh yang
terus menjaga keyakinan pada ajaran Ibrahim : (1) Qus bin Sa'idah al Iyyadi,
(2) Zaid bin 'Amr bin Nufeil dan (3) Waraqah bin Naufal.
Waraqah ini mendapat
petunjuk karena ia rajin menekuni Injil. Dengan cara itu ia meyakini bahwa
kitab itu akan membimbingnya kepada agama Ibrahim. Tentang Zaid, ia mendapat
petunjuk semata-mata dari kata hatinya dan kerinduannya pada agama Ibrahim.
"Ya Allah, sekiranya aku mengetahui cara yang
lebih Engkau sukai dalam beribadah kepada-Mu, tentulah aku akan
mempergunakannya.. Tetapi bagaimana? Aku tidak mengetahuinya.."
Ucapan Zaid bin Amr
Nufeil yang sering diulang-ulang Abu Bakar
"Manakah yang benar, apakah Tuhan yang satu,
atau tuhan yang beribu-ribu?
Apakah dapat dikatakan agama, bila urusan terpecah
semena-mena?"
Ucapan Umaiyah bin Abish Shalt yang sering
diulang-ulang Abu Bakar
"Wahai, tak adakah kiranya seorang Nabi buat
kita dari golongan kita yang akan memberikan kepada kita apa tujuan hidup kita
yang sebenarnya. Sungguh aku berlindung kepada Tuhan yang menjadi tujuan dari
peziarah-peziarah ke Tanah Suci ini. Dan Tuhan yang menjadi tumpuan harapan
dari penegak-penegak agama Ilahi.."
Takjub. Benar-benar
mencari dan merindukan kedatangannya.
PASTI TERJADI PADA SAATNYA.
Beriringan dengan
semua itu, Abu Bakar sudah bersahabat dengan Muhammad. Muhammad bin Abdullah
sudah dikenal baik akan pribadinya yang santun, dan paling terpercaya. Hakim
terbaik dalam berbagai permasalahan. Sama-sama berdagang, tidak menyembah
berhala, selalu memelihara kehormatan dirinya, berakhlak mulia.
Setelah Abu Bakar
berdagang di Syiria dan menempuh perjalanan pulang, di daerah perbatasan
Mekkah, ternyata tampak gempar.
"Tidakkah tuan tuan tahu?
Semenjak tuan-tuan tinggalkan, orang-orang quraisy tak dapat memejamkan mata di
waktu malam!"
"Muhammad telah menaruh bara api di atas hidung
mereka!
Katanya, Allah telah mengutusnya agar kita hanya
menyembah-Nya dan meninggalkan Tuhan-tuhan kita!"
Terjadi dialog
antara kafilah dagang dengan Abu Jahal (Amr bin Hisyam):
"Apakah mereka telah menceritakan kepadamu
mengenai sahabatmu, hai Atiq? (Nama panggilan Abu bakar sebelum masuk Islam)
"Apakah yang engkau maksudkan itu Muhammad
Al-amin?"
"Memang, yang saya maksudkan ialah anak yatim
dari Bani Hasyim itu."
"Kamu dengar sendiri apa yang dikatakannya, hai
Amr Bin Hisyam?"
"Ya, saya dengar dan semua orang pun
mendengarnya."
"Apa katanya?"
"Katanya di langit itu ada Allah. Ia mengutusnya
kepada kita supaya kita hanya beribadah kepada-Nya dan meninggalkan tuhan-tuhan
yang disembah oleh nenek moyang kita."
"Apakah yang dikatakannya bahwa Allah telah menyampaikan wahyu kepadanya?"
"Benar."
"Tidakkah diceritakannya bagaimana Allah telah
menyampaikan wahyu kepadanya?"
"Katanya Jibril mendatanginya di gua Hira."
Wajah abu bakar
tampak bersinar, tak dapat menahan air mata kebahagiaan yang meluap-luap.
Kemudian berkata:
"Jika demikian, benarlah ia!"
Kemudian abu bakar
segera mendatangi rumah rasulullah, dibacakannya firman Allah yang pertama
turun, dan bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah..
Bacaan lanjutnya :
Khalid Muh. Khalid.
1985. Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari
Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah. CV Diponegoro. Bandung
Abdullatif Ahmad
'Aasyur. 1991. 10 Orang Dijamin Ke Surga. Gema Insani. Jakarta.
* * * * *
Terjawab sudah
rahasia ketaatan Abu Bakar. Mendapatkan keimanan sekuat-kuatnya dalam proses
yang tidak sebentar.
Jadi ketaatannya
ngga ujug-ujug atau tanpa dasar yang
kuat, tapi dengan pencarian dan keyakinan.
Kisahnya masih
panjang deh, masa masa setelah Abu bakar masuk Islam dan menjadi khalifah.
Mangstabb! Dilanjut
nanti ya! :D