Tuesday, June 16, 2015

[Our Marriage Story] Lamaran Resmi Keluarga Besar


1 September 2014
Serangan Negara Api dan Kerja Rodi

Akang tahu, belakangan ini rumah kami habis diserang “Pasukan Negara Api” yang membuat kami harus membereskan seluruh jengkal demi jengkal yang ada di rumah. Dari mulai perbaiki plavon, menambal yang bocor, mengecat genteng, mengecat seluruh dinding rumah. Tak perlu kaget karena kini rumah kami dominan berwarna pink! Ya, pink kang! Sebagai penyuka warna pink, aku GR (hihi, karena yang lamaran fya, jadi cat nya warna pink heu). Tapi toh katanya rencana cat ulang ini sudah dari lama, jadi bukan karena ada keluarga akang yang mau datang ke rumah. Hihi, tak tahu juga, yang penting insyallah membuat yang hadir lebih nyaman.


7 September 2014
Dan maksud baik itupun disampaikan.

Ini sudah 2 bulan 3 pekan sejak kali pertama kau mengutarakan maksud baikmu. Alhamdulillah, akhirnya kita dapat melaksanakan langkah selanjutnya, khitbah formal yang mempertemukan dua keluarga besar. Allahu Akbar!

Aku bingung harus pakai baju apa. Kebaya rapi terencana seperti yang terlihat di berbagai blog? Ah tidak, aku tak menyiapkan ini. Agak konslet mungkin otakku yang ingin tampil sederhana saja. Akang tahu, untuk ini pun akhirnya aku menurut untuk pakai baju saran kakak (si mbov). Adik (ifa) dan kakak perempuanku yang menambahkan kesemarakkan make-up pada wajahku, di tambah dua keponakan yang tak hentinya bilang “ciyee, tante fya mau dilamarr!!”. -_-“

Bagiku hari ini bukan hari biasa, dan tiada maksud membuatnya menjadi terlalu biasa. Sehari-hariku juga bukan tak pernah sepiawai adikku bermake-up. Hanya saja, aku tak ingin terlalu sering menampilkan wajah make-up ku, dibanding wajah asliku, kepadamu. Toh nantinya kau kan harus bersabar dengan wajahku yang itu-itu saja kan setiap harinya?  Kalaupun harus berias cantik, pasti ada lah masanya, kalau sudah halal ya? 

Kau dan keluargamu datang tepat waktu, ya begitulah perbedaan kau dan aku. Hehe
Kupinta kau jalan perlahan saja agar tak perlu sampai pada waktunya. Ya, kami masih mempersiapkan banyak hal! hehe. Perdebatan waktu menggoreng ayam, kue yang belum dibeli, dan terutama bertabuhnya genderang di jantungku. AAAAAAAAA! Hehe

Tak hentinya seluruh anggota badanku bergerak, aku hanya bingung harus melakukan apa. Mereka bilang : “Udah, tenang aja, ngga usah keluar dulu.” Kalau kau mau tahu, untuk hal ini saja aku harus menanyakannya pada sahabatku. Kupasang kedua daun telingaku, serta sebuah alat perekam untuk mengabadikan apa yang terjadi, hanya dari balik gorden di kamar sebelah.

Akang tahu, aku bingung setengah mati harus menjawab apa! Aku bahkan lupa menyiapkan jawabanku. Entah keywords apa yang kucari dari mbah google. Ya, aku bingung nanti harus menjawab apa! Aku hanya bisa bilang :
Bismillah, insyaallah iya.”

Tak berani mataku menatap akang. Aku hanya ingat kaus kaki hitam yang kau pakai dan jambul pada rambutmu yang sekilas saja kuperhatikan.

Bersyukur sekali bahwa banyak sanak saudara yang turut datang membantu. Apalah jadinya kami tanpa mereka. Ungkapan terimakasih yang tak hingga juga tentu harus terhaturkan pada keluarga yang mendukung dengan segala caranya, yang berucap dalam doa yang sampai tak tidur untuk terus membuat rumah ini lebih terasa seperti rumah yang nyaman.

Suasana "Lamaran" Keluarga Besar (captured by my lil sister, burem yak hihi)
utfit lamaranku yang nge-rental dari si bov (kakak) -_- hehe (captured by : my lil sister)


9 September 2014
Cincin yang sudah bermerek.

Sudah lewat 2 hari, aku cukup tersanjung mengetahui akhirnya kau juga sudah mengenakan cincin. Maaf karena kau harus membelinya sendiri, serta memakainya sendiri.
Kupandangi setiap detail cincin yang ada di jari manisku, dan tebaklah apa yang baru saja kulihat!
Namamu sudah terukir disana!

Hehe, maaf ya baru sadar :’)


Rabu, 24 September 2014
Penentuan Tanggal Pernikahan

Kang, sejujurnya fya ngga terlalu tahu persis bagaimana cara menentukan tanggal pernikahan. Setelah lamaran, kedua keluarga kita memang belum membicarakan tanggal. Lalu siapa yang harus memutuskan? Harusnya pas lamaran kemarin ya, pas seluruh keluarga kumpul, jadi bisa dipastikan tanggal terbaik yang seluruh keluarga bisa hadir. Tapi kan waktu itu belum dirumuskan.. ckckck hadeuuh T_T
 


* * * *
sedikit 'bonus' lintasan pikiran mengenai lamaran, saat itu.


Tentang Lamaran

Sungguh, ingin kunasehatkan padamu untuk mengalami berbagai pengalaman dengan penuh kesadaran. I’m totally blank about it. Hehe

Saya sempat bingung antara khitbah, pinangan, lamaran. Apa bedanya? Ketika seorang laki-laki sudah menyampaikan maksud untuk serius menikahi kita, sebetulnya sudah jatuh khitbah. Ketika seorang laki-laki datang ke rumah, bertemu dan menyampaikan maksud kepada orang tua kita, itu juga sudah khitbah. Dalam islam, laki-laki tak perlu bersama walinya untuk meminang seorang perempuan. Hanya entah kenapa di Indonesia ini, ada semacam formalitas, yang kita sebut Lamaran.

Dulu sekali waktu pernikahan belum saya pahami, saya pernah ikut lamaran saudara sepupu. Kami datang sebagai keluarga pihak laki-laki, mengiringi untuk melamar seorang perempuan. Tahu kah apa yang ada di  benak saya saat itu?

“Ngelamar kaya gini teh harus janjian dulu atau boleh surprise ujug ujug sih?
Bukannya kalau pakai janjian dulu mah udah bakal pasti diterima? Terus kenapa pakai basa-basi ‘sok sok nanyain pinangannya diterima ato enggak?’? Terus perempuannya dandan cantik pake baju bagus, rumah dirapiin, makanan disediain.”

*minta dilempar sepatu banget ga tuh?
Dasar ya, masih pikiran bocah banget..

Secara islam memang tak perlu seperti itu, karena Allah memang begitu memudahkan umatnya. Islam itu memudahkan kok. Lantas apa harus ‘berpesta’ dengan sebuah prosesi lamaran? Pakai tenda di depan rumah , sedia makanan melimpah, mengundang seluruh keluarga, kerabat dan tetangga? (saya enggak gitu sih hehe) Kalau milyuner sih ngga usah pusing-pusing ya, da uangnya pabalatak hihi. Yang harus dipertimbangkan adalah, setelah ini akan ada fase-fase lainnya yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Yang terdekat ya walimah, namun yang terpenting adalah kehidupan paska walimah, alias real life sebagai keluarga muda yang belum banyak punya apa-apa hehe.

Hanya sekarang saya coba memahami bahwa hal-hal semacam itu punya maksud baik. Sebelum lamaran (formalitas itu),  tentu sudah ada pembicaraan sebelumnya, dan secara implisit maupun eksplisit, pasti lamaran diterima. Segala persiapan itu semacam warming up bagi kedua keluarga untuk menuju tahap selanjutnya. Bukan maksud memamerkan atau sekedar publikasi awal, tapi dari silaturahim itu akan muncul nasihat-nasihat, dan seluruh keluarga besar akan mulai memposisikan diri kita sebagai keluarga muda. Sekali lagi ingat, Karena pernikahan bukan hanya tentang dua orang saja, tapi seluruh keluarga besar. Hakikatnya memang hanya akan berdua menjalani hidup, tapi seiring berjalannya waktu, peran sanak saudara pasti akan terasa juga.

Soalnya saya sempat ngga paham, sempat hanya memikirkan bahwa cukuplah keluarga inti saja yang menghadiri lamaran. Gonjreng~ (dasar boloho -_-). Inti lamaran justru sebagai salah satu sarana untuk saling bersilaturahim kedua keluarga, jah! hehe

Jadi tak perlu ‘kesal’ dengan proses lamaran yang terkesan ribet ya? Insyaallah kalau kita bisa mengambil hikmah, manfaat dan pelajarannya, kita akan sangat bersyukur.
Betul? Ada masukan lain?


***** Tulisan ini semacam diary pranikah, dibuat beberapa saat setelah kejadian berlangsung :) *****


previous post
1. Siapkanlah (Juli 2013).
2. Pertanyaan Yang Mengawali Segalanya (Juni 2014).
3. Gonjang-Ganjing Masa Penantian, Sebelum Pinangan  (Juli-Agustus 2014)

next post
5. PIkiran-pikiran yang Belum Terselesaikan (Okt-November 2014)

1 comment:

  1. Note :
    1. Karena ada yang penasaran pas lamaran itu lelaki membawa apa, untuk refrensi saja ya, saat itu akang membawa
    - sekeranjang parcel buah
    - sekotak kue
    - cincin.

    Cincinnya dipilih yang berbahan emas karena saya mata duitan.. eh ya enggak lah -__- supaya lbh bermanfaat kedepannya.
    Beli cincinnya juga waktu itu bareng2. Saya naik motor sendiri. Akang naik motor bonceng ibu. Ke toko emas ya, bukan toko embak #naon sih
    Jadi cincinnya juga perempuannya dipersilakan milih sesuai seleranya, ukurannya pun bisa dipaskan.
    Ttg ukuran, skrg sy udah gabisa pke cincin itu, krn stlh nikah langsung hamil, jadi jari jari juga ikut mengembang, walhasil cincin nya jadi ngga muat lagi *sedih*
    Yah mungkin bisa jadi bahan pertimbangan ya :))

    Sekali lagi cincin ga wajib, gada keharusan. Ini sbnrnya ibu mertua ku yang pengen :)
    Ditanya juga, berliannya mau yang mana? (Ada yang standar, ada yang rada mahalan) aku sih cuma jawab "yah, asal ngga copot aja bu berliannya dari cincin." Haha
    Entah bumer ekeu mikir apa waktu itu xp

    ReplyDelete