Perjuangan
Siti Hajar pantas menjadi inspirasi bagi perempuan dan laki-laki muslim. Siti
Hajar telah memanifestasikan semangat perjuangan, ketegaran, dan keteguhan hati
perempuan dalam menghadapi cobaan Tuhan.
Saparinah Sadli, Pendiri Komnas Perempuan
Siti
Hajar tidak pernah putus asa untuk terus berharap
akan
datangnya pertolongan Allah. Upaya tak kenal lelah inilah yang
akhirnya
mengundang barakah Allah.
Ir H Adiwarman A Karim, MBA, MAEP
Kekuatan
akidah, kesabaran jiwa, ketawakalan hati, kekuatan mental, dan segala keutamaan
yang tersemat pada sosok Siti Hajar adalah teladan bagi kita.
REPUBLIKA
Perpaduan
iman-ilmu-amal yang terpatri kuat mengantarkannya sebagai wanita bermanajerial
tinggi dalam menghadapi problem kehidupan.
KOMPAS
Tulisan ini
merupakan upaya pengikatan makna yang dilakukan setelah membaca buku Ibunda
Hajar: Kisah kekuatan Cinta, Iman dan Pengorbanan. Saat membelinya (dengan
harga diskon tentu saja) beberapa hari lalu langsung saya ikhtiarkan untuk
membacanya habis. Salah satu hal yang melatarbelakangi saya adalah sebetulnya
saya ingin menggali filosofi dari nama saya! Hehe. Mungkin ide tulisan ini akan
terbagi menjadi beberapa bagian: (1) resume : konten buku, opini mengenai buku,
dan (2) filosofi nama ;)
Mari memulainya!
Bismillah..
Buku Ibunda Hajar ini ditulis oleh Dedi Ahimsa.
Saya suka cover bukunya karena nampak menarik dan misterius. Hehe. Buku setebal
kurang lebih 177 halaman ini ditulis dengan gaya menceritakan kisah sejarah
namun kita pembaca dapat menikmatinya sebagai untaian cerita. Isi bukunya
terdiri dari 8 chapter bisa dibilang, dan tiap chapternya memfokuskan pada
suatu kisah yang berbeda. Sebetulnya, pada awalnya saya pikir, buku ini
benar-benar mengupas tentang Siti Hajar selengkap-lengkapnya, ternyata dalam
penceritaannya memang mungkin tak bisa lepas dari Putri Sarah dan Nabi Ibrahim. Alur ceritanya agak flashback, bahasanya cukup enak, membuat kita mudah berimajinasi
dengan gaya bahasa yang 'romantik', namun terkadang memang terasa agak kurang
to the point (mungkin karena saya nya yang ngga sabaran hehe). Cerita yang
ditulisnya berdasar, diberikan catatan kaki yang dapat dibaca oleh pembaca di
halaman akhir sebagai rujukan. Sip!
Saya sangat tertarik
sejak membaca di awal chapter:
1. Benih Untuk Tanah yang Mati. Di awal
bacaan langsung disuguhkan kisah saat Siti Hajar ditinggalkan Nabi Ibrahim
di Padang pasir Mekkah yang sedang musim kering, tanpa sumber makanan dan minuman
tersisa, tanpa adanya kafilah yang lewat,
suhu hingga 47 derajat, membawa ismail dalam dekapannya, dengan
kondisi yang nyaris tanpa alas kaki. Diceritakan
bagaimana perasaannya saat ditinggal Nabi Ibrahim, yang nyaris tak pernah
menoleh ketika dipanggil. Menjauh.. Semakin menjauh.. Hingga terlihat hanya
bayangan hitam saja yang semakin menjauh.
Wajahnya yang tampan tampak lelah lusuh bermandi keringat.. Tetes peluh jatuh satu-satu melewati ujung janggutnya yang memutih. Di tengah sahara yang memanggang, pandangan matanya itu menyejukkan. Bibirnya yang kering rapat terkatup. Tak terdengar sepatah kata pun. Ia hanya memandang wanita di hadapannya yang berdiri limbung dengan tatapan yang lembut.Wanita itu mematung tak bersuara.. Ia hanya dapat berbisik dalam hati, sejatinya, aku takkan memintamu berkata-kata. Pandangan matamu cukup menyatakan apa yang tersimpan dalam hatimu. Aku dapat merasakan cinta dan kelembutan kasihmu. Aku tahu, dan aku yakin, cintamu tak pernah berubah sedikit juga. Luasnya padang pasir ini takkan kuasa menampung seluruh cintamu kepadaku, juga kepada putra terkasihmu..
Saya
semakin penasaran, bukankah Siti Hajar adalah istrinya? Lantas mengapa tega
meninggalkannya sendirian? Pertanyaannya akan terjawab di chapter-chapter
berikutnya.
Disini
dapat tergambar bahwa nabi ibrahim sangat mencintai istrinya, Siti Hajar,
karena Allah tentunya. Tapi ingatkah dengan Sarah?
- Terdampar di Mata Air Cinta
Chapter
ini menceritakan Siti Hajar. Dalam
catatan kakinya dari Qishash al-Anbiya'
dikisahkan Hajar adalah putri seorang raja Maroko, keturunan nabi Shaleh
a.s. Ayahnya terbunuh oleh Fir'aun Dzu Al-Arsy. Sementara riwayat lain
menyebutkan Hajar adalah putri seorang raja Mesir. Pada intinya, saat Fir'aun
di zamannya berkuasa, masyarakat dijadikan budak istana. Hajar yang
latarbelakangnya bisa manajerial ditempatkan sebagai pemimpin budak budak
wanita di istana.
Disini
dikisahkan ketika Ibrahim datang bersama Sarah yang cantik jelita. Diakui
ibrahim sarah adalah adiknya. Fir'aun yang menyukai wanita mencoba mendekati
sarah, namun tidak tahu apa yang terjadi, Fir'aun terlihat ketakutan dan
mengusir mereka berdua, kemudian menghadiahkan mereka seorang budak. Hajar lah
orang nya, dan dia merasa menjadi orang
paling beruntung sedunia.
- Abu Rahim, Mata Air Cinta
Chapter
ini mengisahkan sosok ibrahim yang
meyakini keesaan Tuhan, Allah. Lahir di Ur, menentang adat dan kepercayaan kaum
sekitarnya, bahkan ayahnya sendiri, Azar, Sang pembuat patung sembahan.
Kecerdasan dan keyakinannya membuat raja Namrudz murka. Raja itu sebetulnya
meyakini Tuhan Ibrahim, namun ketakutan akan hilangnya kekuasaan membuatnya
gelap mata. Itulah yang membuat Ibrahim dibakar hidup-hidup di tengah lapangan
besar dan disaksikan masyarakat luas. Sudah tahukan, mu'jizat api yang menjadi
dingin? Allah yang memerintahkan api itu menjadi dingin dan melindunginya.
Ibrahim kemudian pergi dan hijrah menuju Palestina untuk menyeru yang lainnya.
Di persinggahan di daerah Haran, Ibrahim menikahi Sarah, Putri raja Haran.
Punya keyakinan yang sama, menentang kepercayaan kaumnya yang menyembah berhala
dan bintang-bintang.
- Cinta Tanpa Jeda
Di
chapter ini Sarah dikenalkan sebagai
putri raja Haran yang sepaham dengan Ibrahim mengenai kesalahan penyembahan
berhala. Setelah menikah, berjuang bersama-sama menyebarkan ketauhidan kepada
Allah. Di kan'an (Palestina) Ibrahim membangun sistem kemasyarakatan yang baik
dengan mengenalkan berbagai teknik bercocok tanam dan pengolahan hasil bercocok
tanamnya pada para penduduk. Keahlian menggembala dan kepiawaiannya dalam
berdagang juga membuat Ibrahim dan Sarah mudah diterima masyarakat dan membuat
daerah itu berkecukupan secara materi. Ibrahim yang disegani lama-lama timbul
kedengkian dari sekitar, yang kemudian membawa-bawa ajaran yang dibawanya, dan
mengatakan mereka adalah tukang sihir. Akhirnya mereka memutuskan untuk hijrah
ke Qibthi (mesir). Di mesir sudah lebih maju, dikenal juga sebagai negeri yang
kaya raya. Sistem pertanian dan olahannya baik, sistem irigasi dan bendungan
dari sungai Nil baik, Tanahnya subur dan sitem budidaya perikanan juga baik. Ke
negeri itulah ibrahim dan Sarah memutuskan berhijrah dan mengembangkan fikrah
keislaman.
Ternyata
mereka mendapati Mesir juga masih menganut kepercayaannya menyembah matahari,
bintang, dewa dan aspek alam lainnya. Ternyata penduduknya lebih sulit menerima
ajaran Ibrahim, ditambah lagi kuatnya pengaruh fir'aun di jaman itu (lihat lagi
chapter 2 dimana Ibrahim mengakui sarah sebagai adiknya). Hal tersebut
dilakukan ternyata semata-mata untuk pengambangan dakwah islam. Bila Ibrahim
mengakui sarah sebagai istrinya, Ibrahim akan dibunuh, dan pengikutnya belum
cukup kuat, sedangkan mereka belum juga memiliki keturunan. Awalnya sarah
menolak, namun dengan kuatnya kecintaan pada Allah, mereka siap dengan segala
resikonya.
- Suamimu Bukanlah matahari
Disinilah
fase yang paling berat bagi seorang istri -menurut saya. Ketika akhirnya mereka
hijrah ke Palestina, Sarah didera kehampaan. Sudah bertahun-tahun lamanya tidak
juga dikaruniai keturunan. Hubungan Ibrahim-Sarah-Hajar sangat baik, layaknya
keluarga yang saling mengasihi. Kondisinya hajar memang budak hadiah, namun
sejatinya dia putri raja yang merdeka dan punya keyakinan bahwa Allah Tuhan
Ibrahim lah yang patut disembah. Sampai pada suatu ketika, Sarah memnita
Ibrahim menikahi Hajar agar didapatkan keturunan, Anak yang lahir menjadi anak
Sarah dan Ibrahim. Berbagai penolakan dilakukan krn cintanya pada Sarah.
Berbagai kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi telah Ibrahim sampaikan,
namun Sarah berkeras. Sebagai wanita ia merasa gagal, ditambah dorongan dari
omongan masyarakat sekitar yang terus menghantuin pikirannya. Singkat cerita
Ibrahim dan Hajar menikah dan memiliki anak, Ismail. Kelahirannya disambut
sukacita. Namun ternyata Sarah tetap merasa hampa. Tentu saja membayangkan
Suaminya harus bersama yang lain dalam satu atap. Sarah cemburu sebagai wanita,
namun kecintaan nya pada Allah, Ibrahim dan Hajar yang membuatnya lebih
bersabar.
Suamimu Bukanlah matahari, jangan pernah membagi cahayanya dengan siapapun. Ia adalah jantungmu sendiri. Kau akan mati jika membagi nya dengan orang lain.. Suamimu adalah jantung yang mengalirkan darahmu. Kau tak pernah bisa membagi jantungmu dengan orang lain..
Sarah
menggantikan tugas hajar dalam membereskan rumah dan mencuci ketika hajar tidak
bisa. Dalam persalinanpun Sarah yang mengerjakan semua, membantu hajar dengan
sukacita. Hingga tiba pada suatu masa, Sarah menginginkan hajar untuk pergi
menjauh dari hadapannya. Sarah meminta Ibrahim membawanya ke tempat yang paling
jauh hingga hilang dari pandangannya, kemanapun, ke negeri manapun. Sangat
berat bagi Ibrahim. Kini Hajar telah menjadi ibu dari anaknya, mereka sudah tak
terpisahkan, di satu sisi, sarah juga merupakan istri pertamanya yang setia ,
dan senantiasa berjuang bersamanya sejak dulu.
Ya,
dengan memohon petunjuk Allah, Ibrahim membawa Hajar dan Ismail kecil melintasi
perjalanan berbulan-bulan agar jaraknya jauh dari Sarah.
Semoga Allah melindungi kalian, bisik Sarah
dengan suara yang lirih.
- Ismail, Tuhan Mendengar Pintaku
Arti
nama Ismail adalah "Tuhan Mendengar". Pada chapter ini kita akan
melihat perjuangan Siti Hajar bertahan dalam padang pasir yang panas tanpa sisa
perbekalan lagi. Seperti pada chapter 1, dengan kondisi seperti itu, Siti Hajar
tetap menggantungkan dirinya pada keyakinannya akan dibantu Allah. Bahwa
harapan bahwa pertolongan Allah akan segera datang lewat manapun.
Ya Allah aku yakin Engkau tidak akan membiarkan kami menderita dan mati di lembah ini. Tapi apa yang harus kulakukan, sedangkan putraku semakin lemah dan kering.
Ilustrasi: Gurun Sahara (http://konnoyuki.blogspot.com/2010_11_01_archive.html) |
Perjuangan
yang dilakukan Hajar dapat kita lihat hingga kini terabadikan pada salah satu
rangkaian ibadah haji, Sa'i, yaitu berlarian kecil antara bukit shafa dan
Marwa. Keberaniannya meninggalkan ismail di pasir dan berikhtiar mendaki bukit
shafa dan Marwa sebanyak 7 kali hingga kembali lagi ke anaknya merupakan hal
yang luar biasa. Ismail yang semakin kehausan sudah tak memiliki air liur
bahkan untuk membasahi mulutnya, hingga Hajar harus memeras keringatnya untuk
menjadi sumber air bagi Ismail.
Maafkan bundamu Ismail, jika Allah menghendaki kematian kita disini, biarlah. Sia pasti akan mengambil kita ke sisi-Nya, dan melimpahi kita dengan kasih-Nya. Tapi bunda tak kan berputus asa. Tunggulah disini, bunda akan mendaki bukit itu lagi..
Hingga
di akhir perjuangannya mencari kafilah dan sumber mata air, dari kaki Ismail
terpancar sebuah sumber mata air.
Zami, zami, berkumpullah, berkumpullah..
- Makkah, Lembah yang Diberkahi
Peradaban
baru segera lahir. Sumur air zamzam itu berada di bawah manajemen Hajar.
Kafilah yang singgah diperbolehkan mengambil manfaatnya namun sebagai gantinya
menukarkannya dengan hewan ternaknya. Bani Jurhum kemudian memutuskan menetap
di sana dan bermasyarakat. Secara otomatis hajar mendapat keluarga baru,
komunitas baru, yang menyayanginya dan menyayangi ismail. Kebijaksanaan,
keberkahan, dan karakter hajar yang begitu tabah, kuat dan sabar membuatnya
menjadi pemimpin. Latar belakangnya sebagai putri dari seorang raja membuatnya
lebih mudah dalam mengelola masyarakat.
Pengalamannya bersama ibrahim juga semakin memperkayanya. Pondasi sosial
dan ekonomi berhasil terbentuk, semakin hari makkah menjadi pusat aktivitas
perdagangan. Dakwah islampun semakin mudah dilakukannya. Dan terjawab sudah
alasan Hajar ditempatkan Allah di tempat itu.
Terimakasih ya Allah, Engkau tak Pernah menyalahi janjiMu..
- Ujian Terakhir
Hajar
kini sangat bahagia, namun tampaknya ujian Allah belum juga usai. Ketika dulu
kebahagiaan meliputinya kala bersama keluarga Ibrahim, hingga harus menerima kepahitan berpisah,
hingga berbahagia lagi di Makkah ini, kini ujian kembali menerpa keimanannya.
Dikisahkan
ada seorang laki-laki datang ke hadapan Hajar dan memberitahukan bahwa Ibrahim
datang untuk menyembelih Putranya. Hajar tidak percaya begitu saja, namun
laki-laki itu terus mengatakan hal yang negatif. Hajar lalu melemparinya dengan
batu. Dia percaya bahwa apapun yang dilakukan Ibrahim adalah kehendak Allah.
Dia hanya sedikit menyesal mengapa tak sempat berlama-lama dengan ismail.
Kemudian
Ibrahim datang bersama ismail. Ternyata Ibrahim memang mendapat perintah dari
Allah untuk menyembelih Ibrahim, namun karena keimanan dan keikhlasannya,
Malaikat diperintah allah untuk mengganti Ismail menjadi seekor hewan. Ismail
tidak takut, dia percaya dan pasrah bahwa kalau itu perintah Allah, maka harus
dilaksanakan. Laki-laki yang tadi mendatangi hajar juga mendatangi Ibrahim, itu
iblis yang ingin mengganggu. Ibrahim pun melemparinya dengan batu. Hal yang
sama dilakukan Ismail juga.
Ya,
Ismail tumbuh dibawah naungan kasih sayang Hajar, hingga besar memiliki
kecintaan yang besar kepada Allah.
Ibrahim
harus kembali ke Palestina, cintaya pada hajar berlandas cintanya yang sangat
besar kepada Allah.
Laki-laki itu masih seperti dulu, seperti saat kami pertama bertemu. Hanya warna rambut, warna kulit, dan bentuk tubuh yang berubah. Selain itu, semuanya abadi, seabadi cintaku padanya..
TAMAT
:D
nampaknya bukan untuk dijadikan sumber sejarah, tapi ini buku yang bagus untuk merasakan dan menyelami langsung perjuangan kisah hidup seorang Siti Hajar .
Mohon maaf atas segala kesalahan. Mudah-mudahan
bermanfaat atau bisa diambil ibrahnya :)
Ahad,
1 Januari 2012
18:53
kamar
Identitas
buku:
Ahimsa,
Dedi. 2009. Ibunda Hajar: kisah kekuatan cinta, iman, dan pengorbanan. Jakarta:
Penerbit Zaman.
wah, hajah.. jadi pengen pinjem :D
ReplyDelete*sekalian menyelami arti nama juga hehe
hehe, mangga aja kalo mau sar hoho
ReplyDeleteiya, selaman arti namanya belum sih sar, hehe, baru prolog :)
https://youtu.be/2y23z8QVb0k
ReplyDelete