Suatu siang yang
cerah berawan di balik jendela di lantai 8 Gedung PAU. Di ketinggian ini, kita
dapat melihat burung walet dari jarak terdekat, sepantaran mata. Bentuk
bentangan sayapnya lebih jelas, dan arah geraknya pun bebas, tidak beraturan.
Seketika saya
berpikir betapa bahagianya menjadi seekor burung yang dapat terbang bebas
semaunya tanpa menghawatirkan apapun, akan jadi burung seperti apa, akan sukses
jadi burung apa, atau hal lainnya.
Kelihatannya mereka
hanya terbang, ya, bebas sebebasnya tanpa rasa khawatir akan hal apapun.
Tapi jelas, memang
yang membedakan manusia dengan burung adalah kemerdekaan manusia untuk
berpikir, untuk merencanakan kehidupannya.
Mungkin manusia
harus sedikit belajar 'rileks' dari burung yang terbang bebas itu.
Bahwa manusia hanya
bisa berencana, toh ada Allah yang menjadi penentunya.
"justru kita akan bertambah semangat bukan, ketika kita tidak tahu hal menarik apa saja yang kita temui seminggu, sebulan atau setahun setelah ini?"
Jangan terlalu keras
pada diri sendiri!
Rileks! :D
ah ya, satu hal lagi, ternyata dari ketinggian ini aja, manusia keliatan kecil. ngga gitu jelas apa yang dilakuin kalo diliat dari atas. jadi kalo ada orang lagi jumud sama masalah pribadinya terus, sungguh dia ngga ada apa apa nya ya.. gimana mau negara maju kalo yang dipikirin cuma masalah diri pribadi.
wallahu 'alam.
16 januari 2012
18:53
404
Ditulis sehabis perwalian menuju smester 6 sama pak wardono,.
Perwalian yang selalu mengharukan hehe
dan ngga semua yang kutulis tercantum disini
:)*diedit ulang pada 17 januari
16 januari 2010...
ReplyDeleteya ampun, maaf mbak, hehe maksi udah ngoreksi, udah di edit da hehe :D
ReplyDelete