Halo, assalamualaikum :)
saya seorang anak perempuan yang 2 bulan lagi akan berusia 23 tahun, sekarang usiamu berapa?
Akhir akhir ini saya lebih siaga untuk menyiapkan hati dan telinga diantara pukul 10.00-11.30 supaya dapat kajian rumahku syurgaku-nya ummu yusuf di mq fm.
Setelah mendengar kajian ini, saya merasa kaget sekaligus takjub karena baru saja menyadari hal ini. Ditulis dengan campuran ikatan makna pribadi. Semoga bermanfaat ya. Bismillah..
* * * * *
Keutamaan Bersabar Mendidik Anak Perempuan
Banyak dari kita tak begitu menyadari apa hakikat perbedaan memiliki anak laki-laki maupun perempuan. Kita semua tahu, anak adalah anugerah dari Allah, dan apapun jenis kelaminnya, tak jadi persoalan, kita harus tetap bersyukur.
Saya memosisikan diri sebagai seorang anak perempuan yang sebut saja sedang mempersiapkan diri menjadi seorang calon istri (kamu juga, kan? :)). Maka saat mendengar kajian ini saya membayangkan kedua orang tua saya, calon mertua (nantinya), serta saya saat menjadi seorang ibu di masa depan.
Kajiannya singkat, ada 2 hadits yang dibahas, satu persatu dulu ya
HADITS PERTAMA
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)
Menghidupi, menafkahi, mendidik, bersabar dengan segala urusan anak perempuan minimal sampai baligh.
Kita tahu bersama bahwa urusan "anak cewek" lebih rumit dibanding "anak cowok" yang simpel. Dari mulai model baju yang beragam sampai segala aksesoris pelengkapnya.
Tapi tahukah?
Yang lebih berhak atas seorang perempuan adalah suaminya. Dan yang lebih berhak atas anak laki-laki adalah Ibunya.
Maka ketaatan seorang perempuan pada suami lebih tinggi dibanding pada orangtua, padahal orangtua perempuan itu yang harus berrepot repot membesarkan dan mendidiknya.
Sedangkan bagi orangtua yang memiliki anak laki-laki, sang anak sepenuhnya masih bertanggung jawab pada kehidupan ibunya.
Bingung ga?
Perempuan tak bisa bebas mengunjungi orangtuanya sendiri bila tak diijinkan suaminya, maka pesannya : berdoalah Allah karuniakan suami yang shaleh, yang memahami hubungan kita dengan orangtua kita. Kita boleh kok meminta pada suami untuk juga memerhatikan orangtua kita. Tapi ingat, JADIKAN JALAN SURGA, BUKAN JALAN NERAKA. (Maksudnya tdk memaksakan, dan komunikasi dengan baik)
HADITS KEDUA
“Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R Muslim 2629)
Segala usaha atau amalan yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan anak tidak akan hilang, tapi akan jadi tabungan di akhirat, bahkan penghalang dari siksa neraka.
Diuji dengan anak perempuan?
Jadi kita ini ujian?!
Melengkapi pertanyaan itu, saya cari dari sebuah situs : Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Anak perempuan disebut sebgai ibtilaa’(ujian) karena umumnya manusia tidak menyukai mereka”. Lihat juga an-nahl 58 untuk tahu penyikapan terhadap anak perempuan pada jaman terdahulu.
Singkatnya : punya anak perempuan itu, kebaikannya tidak panjang di dunia, tapi jadi tabungan di akhirat. (Kalau diurus sebaik-baiknya ya..)
* * *
Pesan buat perempuan yang belum menikah : sadar sadar sadarr! Manfaatkan waktu kebersamaan dengan orangtua sebaik baiknya. Karena serius, tak lama waktu kita bisa berbakti sepenuhnya ._.
Pesan buat saya di masa depan kalau punya anak perempuan : bersabar dalam pemeliharaannya, dan relakan bila tiba saatnya segala kewajiban harus berpindah pada pendamping hidupnya.
Jumat, 14 November 2014
Silakan baca baca lagi, bisa dari sini muslim.or.id :)
No comments:
Post a Comment