Ceritanya ble'e ble'e begini saya juga ingin jadi penghafal qur'an ._.
Semoga kita dilimpahkan Allah kekuatan untuk mengubah sekedar keinginan menjadi tekad yang kuat ya! Aamiin
Ini ada sebuah kisah yang mudah mudahan bisa menguatkan tekad. Ini pas buat dibaca bagi para calon ibu dan yang ingin punya kwluarga qurani.
Karena interaksi dengan quran bukan hanya untuk kita, tapi untuk amanah generasi-generasi yang suatu saat akan kita didik :)
* * * *
66x KHATAM QURAN SAAT HAMIL
(Satu Keluarga Satu Hafizh)
Istiana (40)
Ibu Rumah Tangga, Jakarta Selatan
Saya hafal Qur'an sejak umur 15 tahun, hasil menghafal secara intensif selama satu tahun dua bulan. Pada usia 19 tahun saya menikah dengan suami yang juga hafizh Qur'an. Kami menyusun rencana untuk melahirkan anak-anak generasi Qur'ani.
Langkah pertama kami, mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak mungkin saat saya hamil. Alhamdulillah, selama masa kehamilan anak pertama, Abdullah Wafiy (16), saya bisa menghatamkan Qur'an 66 kali.
Saat Wafiy berusia 11 bulan, saya harus menelan pil pahit, suami meninggal dunia setelah demam tinggi selama dua hari. Namun, tekad untuk menghasilkan putra-putri penghafal Qur'an tetap saya pegang.
Saya menikah lagi saat Wafiy berusia lima tahun. Bersama suami, Afdal Zikri Mawardi (48), saya berupaya menghidupkan Al-Qur'an di rumah. Tradisi memperbanyak khataman saat hamil juga saya teruskan. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, Wafiy bisa menyempurnakan hafalan 30 juz di usia 10 tahun saat masih duduk di kelas 4 SD. Kini, adik-adiknya juga giat menghafal. Abdullah Azzam Afdal (9) hafal 3 juz, Yahya Ayyasy Afdal (8) hafal 2 juz, Ahmad Yasin Afdal (6) baru rampung 1 juz, dan si bungsu Fatimah Afdal (3) yang masih acak hafalannya.
Di rumah, saya membuat program menghafal untuk anak-anak. Usai shalat Maghrib, saya wajibkan mereka mengaji. Saya ajari tilawah dan menghafal sesuai usianya. Muraja'ah juga saya jalankan dengan cara talaqqi, saya membacakan lalu mereka mengikuti. Masya Allah, anak-anak cepat sekali menyerap hafalan. Saya ulang lima kali, mereka sudah hafal. Mungkin ini karena pembiasaan saat hamil dulu. Memang butuh kesabaran, karena anak-anak kecil sulit untuk duduk manis. Jadi, mereka muraja'ah sambil main mobil-mobilan atau lainnya.
Waktu yang kedua, saat subuh. Anak-anak kami biasakan untuk bangun pukul 03:30. Sambil menunggu waktu shalat Subuh, mereka saya ajak muraja'ah secara bergantian sambil duduk melingkar. Dimulai dari adiknya, misal, yang membaca surat An-Nas. Lalu kakaknya melanjutkan surat Al-Falaq. Diteruskan lagi oleh kakaknya yang membaca surat Al-Ikhlas. Terus begitu sampai sempurna 1 juz.
Sebelum tidur, mereka juga saya perdengarkan setengah sampai 1 juz Qur'an hingga mereka terlelap. Bahkan setiap hari kelahiran anggota keluarga dan ulang tahun pernikahan kami, kami mengadakan khataman Qur'an. Semua itu adalah upaya kami untuk membudayakan Qur'an di rumah, bukan sekadar menghafal untuk mengejar target atau meraih gelar hafizh...
* * * * *
Masyaallah..
Sampai sekarang masih takjub dengan yang sudah hafizh, semacam 'tidak masuk akal tapi nyata'. Tiap orang punya kondisi berbeda, mungkin sang ibu memang sudah terkondisikan sejak usia belasan tahun untuk bisa menghafal. Kalo kita engga begitu terus gimana dong? Misal umur saya sekarang udah hampir 23, tapi jangankan 30 juz, juz 30 aja masih pontang-panting?
Bismillah.. asal tekad kuat dan konsisten insyaallah bisa. sudah banyak kok buktinya. Bukan cari gelar hafizh nya, semoga bisa menambah kedekatan sama Allah lewat Quran. Aamiin..
No comments:
Post a Comment