Tuesday, September 25, 2012

Resume Studium Generale 1 - Wakapolri

REFORMASI DAN DEMOKRASI KEPOLISIAN
“MELIHAT DAN MEMAHAMI KEPOLISIAN RI LEBIH DEKAT“
Narasumber : Komjen Polisi Drs. Nanan Soekarna

Citra kepolisian di Indonesia masa kini dinilai negatif oleh masyarakat, pungli, kekerasan, atau korupsi. Padahal sejatinya tugas polisi adalah mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat. Seburuk itukah kepolisian di Indonesia? Tak tahukah bahwa penilaian berbagai  lembaga menunjukkan bahwa polri mempunyai hasil yang baik? Bahkan dinilai sebagai lembaga kepolisian yang sangat baik di luar negeri sana?

Pak Nanan memulai ceritanya dengan latar belakangnya dahulu. Dulu beliau sangat membenci polisi. Dibesarkan di lingkungan militer, ternyata Allah menunjukkan jalan berbeda, hingga sampai saat ini berada di kepolisian dan menjadi orang nomor 2 di polri. Beliau bertekad semoga tidak menjadi polisi yang banyak dibenci oleh masyarakat.

Wajah polisi Indonesia dicitrakan buruk. Para mahasiswa mengaku kesal dengan ulah polisi yang tampak di jalanan. Kalau lapar, adakan razia, tilang saja yang melanggar. Kalau tidak mampu bayar denda, kompromi jadi jalan keluar. Uang kompromi yang ditarik tak masuk kas negara, tidak tahu kemana.

Perlu kita ketahui bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota Kepolisian Republik Negara Indonesia berjumlah mencapai 400 ribu orang. Dari jumlah yang banyak tersebut terdapat 4 levelisasi kepemimpinan yang masing-masing memiliki jumlah dan wewenang yang berbeda: (1) Pati sekitar 237 orang, (2) Pamen sekitar 13ribu orang, (3) Pama sekitar 31 ribu orang, dan (4) Bintara sekitar 340 ribu orang.

Masing-masing level tentu berbeda. Oknum polisi yang sering kita lihat di jalanan, mungkin yang jumlah nya paling banyak, mencitrakan polisi, sebenarnya produk dari pembentukan masyarakat juga. Bila top management nya bagus namun pada tingkat bawahnya kurang bagus, mungkin citra yang terbentuk memang akan negatif, karena jumlahnya lebih banyak dan tersebar di grass root.

Ketidakseimbangan dalam pemberitaan media juga berimbas pada citra yang buruk. Padahal selain itu, polri juga memiliki banyak prestasi, namun sangat jarang dipublish oleh media. Penilaian kinerja polri dinilai sangat baik oleh menpan, BPK, KPK, UKP-4 dan JSI (2011). Namun mungkin bagi media, bad news is a good news. Jadi prestasi yang baik jarang di ekspos.

Perlu diketahui juga, anggaran total untuk kepolisian hampir 40 T. Sebuah angka yang besar. Namun alokasi dananya 71% untuk gaji (28 T), 19% operasional (7,349 T), dan 10% untuk sarana dan prasarana (0,39 T). Tak seberapa bila dibanding kasus yang terjadi di Indonesia. Namun mereka tak bekerja atas dasar uang, namun rasa pengabdian untuk negara.

REFORMASI POLRI
Reformasi polri dilakukan bersamaan dengan reformasi Negara Indonesia, pada tahun 1998, yang dikenal juga sebagai buku biru polisi. Sejak tahun 2005, sudah dibuat Grand Strategy Kapolri (2005-2025) oleh UI. Dari grand strategy tersebut dibagi menjadi 3 renstra yang harus terus dijalankan dan dievaluasi keberjalanannya. Sasaran reformasi birokrasi adalah : (1) polri bersih, bebas dari KKN; (2) meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; serta (3) meningkatnya kepasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Bekerja sebagai pelayan masyarakat sipil, bukan bekerja secara militer. Kini arah geraknya juga banyak menyertakan masyarakat, lebih terbuka, dan aktif di berbagai komunitas. Membangun kepercayaan sehingga dapat mencapai sinergi untuk lebih optimal. Di dada kanan polisi kini terdapat Pin Pelayan Prima Anti KKN dan Anti Kekerasan yang melambangkan tekad yang kuat dari polisi sebagai pelayan dan sahabat masyarakat.

POLISI DEMOKRATIS
Emotional quotient cukup sering disebut-sebut oleh Pak Nanan. Rupanya dalam membentuk seseorang menjadi polisi, rasa ketaqwaan menjadi faktor utama. Dalam setiap apel pagi dan siang terdapat do’a yang memang dimaksudkan untuk terus menyadarkan diri dan sebagai jalan hidayah. Karena godaan dari berbagai kepentingan akan terus datang, dan kalau tidak kuat menghadapinya, akan terjerumus.

Ada yang disebut Politic of Policing, mengenai berbagai kepentingan yang tak bisa lepas dari kepolisian, yaitu : Political, Public Pressure, Policy, Pendidik/Peserta, Pengacara, Publish/media, Politism. Hal-hal tersebut akan menjadi masalah bila polisi tidak mempunyai karakter kuat untuk terus menegakkan hukum.

Sebagai penegak hukum, menjadi sebuah dilema bila dihadapkan antara menegakkan hukum dengan adanya HAM. Karena ini, polisi sering di cap tidak manusiawi. Padahal sebetulnya mereka memegang asas tegas humanis. Dalam aturannya, terbukti bahwa sebenarnya kepolisian membutuhkan masyarakat untuk terus mengawasi dan mengingatkan polisi. Keamanan dapat terwujud bila semuanya bersedia berpartisipasi dalam mewujudkannya.

Pesan Terakhir Kepada Civitas Akademika
Semua civitas akademika ikut mengawasi, mendukung melaporkan dan mengingatkan. Karena kedepannya, mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa yang akan datang, yang akan menggantikan kepemimpinan saat ini.

 ______________________________
Dibuat sebagai tugas mata kuliah umum Studium Generale Rabu, 19 September 2012
selesai pada 21 September 2012 :)
membuka pandangan lebih luas tentang kepolisian RI 
 
dan ini sedikit oleh-oleh bisa berfoto bersama hehe :)
(Captured by : Anjaritha, 2012)

4 comments:

  1. thats great..
    thanks a lot :D

    ReplyDelete
  2. Saya ITB Astronomi.
    resume yang bagus, alhamdullilah bisa share ilmu sekalipun tidak harus ikut SGnya. :D

    ReplyDelete
  3. alhamduliilah
    mbak nya bukan mahasiswa yang ambil matakuliah SG dan nyari resume nya kan ya? hehe #ngaco

    itu mbak hebatnya kekuatan menulis, manfaatnya lebih lama.
    #tepokjidat saya suka nulis yang aneh2 -_- hehe

    ReplyDelete