REFORMASI DAN DEMOKRASI KEPOLISIAN
“MELIHAT DAN MEMAHAMI KEPOLISIAN RI LEBIH DEKAT“
Narasumber : Komjen Polisi Drs. Nanan Soekarna
Citra
kepolisian di Indonesia masa kini dinilai negatif oleh masyarakat, pungli,
kekerasan, atau korupsi. Padahal sejatinya tugas polisi adalah mengayomi,
melindungi dan melayani masyarakat. Seburuk itukah kepolisian di Indonesia? Tak
tahukah bahwa penilaian berbagai lembaga
menunjukkan bahwa polri mempunyai hasil yang baik? Bahkan dinilai sebagai
lembaga kepolisian yang sangat baik di luar negeri sana?
Pak Nanan
memulai ceritanya dengan latar belakangnya dahulu. Dulu beliau sangat membenci
polisi. Dibesarkan di lingkungan militer, ternyata Allah menunjukkan jalan
berbeda, hingga sampai saat ini berada di kepolisian dan menjadi orang nomor 2
di polri. Beliau bertekad semoga tidak menjadi polisi yang banyak dibenci oleh
masyarakat.
Wajah polisi
Indonesia dicitrakan buruk. Para mahasiswa mengaku kesal dengan ulah polisi
yang tampak di jalanan. Kalau lapar, adakan razia, tilang saja yang melanggar.
Kalau tidak mampu bayar denda, kompromi jadi jalan keluar. Uang kompromi yang
ditarik tak masuk kas negara, tidak tahu kemana.
Perlu kita
ketahui bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota Kepolisian Republik Negara Indonesia
berjumlah mencapai 400 ribu orang. Dari jumlah yang banyak tersebut terdapat 4
levelisasi kepemimpinan yang masing-masing memiliki jumlah dan wewenang yang
berbeda: (1) Pati sekitar 237 orang, (2) Pamen sekitar 13ribu
orang, (3) Pama sekitar 31 ribu orang, dan (4) Bintara sekitar
340 ribu orang.
Masing-masing
level tentu berbeda. Oknum polisi yang sering kita lihat di jalanan, mungkin
yang jumlah nya paling banyak, mencitrakan polisi, sebenarnya produk dari
pembentukan masyarakat juga. Bila top management nya bagus namun pada tingkat
bawahnya kurang bagus, mungkin citra yang terbentuk memang akan negatif, karena
jumlahnya lebih banyak dan tersebar di grass root.
Ketidakseimbangan
dalam pemberitaan media juga berimbas pada citra yang buruk. Padahal selain
itu, polri juga memiliki banyak prestasi, namun sangat jarang dipublish oleh
media. Penilaian kinerja polri dinilai sangat baik oleh menpan, BPK, KPK, UKP-4
dan JSI (2011). Namun mungkin bagi media, bad news is a good news. Jadi
prestasi yang baik jarang di ekspos.
Perlu diketahui
juga, anggaran total untuk kepolisian hampir 40 T. Sebuah angka yang besar.
Namun alokasi dananya 71% untuk gaji (28 T), 19% operasional (7,349 T), dan 10%
untuk sarana dan prasarana (0,39 T). Tak seberapa bila dibanding kasus
yang terjadi di Indonesia. Namun mereka tak bekerja atas dasar uang, namun rasa
pengabdian untuk negara.
REFORMASI POLRI
Reformasi polri
dilakukan bersamaan dengan reformasi Negara Indonesia, pada tahun 1998, yang
dikenal juga sebagai buku biru polisi. Sejak tahun 2005, sudah dibuat Grand
Strategy Kapolri (2005-2025) oleh UI. Dari grand strategy tersebut dibagi
menjadi 3 renstra yang harus terus dijalankan dan dievaluasi keberjalanannya.
Sasaran reformasi birokrasi adalah : (1) polri bersih, bebas dari KKN; (2)
meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat; serta (3)
meningkatnya kepasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Bekerja sebagai
pelayan masyarakat sipil, bukan bekerja secara militer. Kini arah geraknya juga
banyak menyertakan masyarakat, lebih terbuka, dan aktif di berbagai komunitas.
Membangun kepercayaan sehingga dapat mencapai sinergi untuk lebih optimal. Di
dada kanan polisi kini terdapat Pin Pelayan Prima Anti KKN dan Anti Kekerasan
yang melambangkan tekad yang kuat dari polisi sebagai pelayan dan sahabat
masyarakat.
POLISI
DEMOKRATIS
Emotional
quotient cukup sering disebut-sebut oleh Pak Nanan. Rupanya dalam membentuk
seseorang menjadi polisi, rasa ketaqwaan menjadi faktor utama. Dalam setiap
apel pagi dan siang terdapat do’a yang memang dimaksudkan untuk terus
menyadarkan diri dan sebagai jalan hidayah. Karena godaan dari berbagai
kepentingan akan terus datang, dan kalau tidak kuat menghadapinya, akan
terjerumus.
Ada yang disebut
Politic of Policing, mengenai berbagai kepentingan yang tak bisa lepas
dari kepolisian, yaitu : Political, Public Pressure, Policy, Pendidik/Peserta,
Pengacara, Publish/media, Politism. Hal-hal tersebut akan menjadi masalah bila
polisi tidak mempunyai karakter kuat untuk terus menegakkan hukum.
Sebagai penegak
hukum, menjadi sebuah dilema bila dihadapkan antara menegakkan hukum dengan
adanya HAM. Karena ini, polisi sering di cap tidak manusiawi. Padahal
sebetulnya mereka memegang asas tegas humanis. Dalam aturannya, terbukti bahwa
sebenarnya kepolisian membutuhkan masyarakat untuk terus mengawasi dan
mengingatkan polisi. Keamanan dapat terwujud bila semuanya bersedia
berpartisipasi dalam mewujudkannya.
Pesan
Terakhir Kepada Civitas Akademika
Semua civitas
akademika ikut mengawasi, mendukung melaporkan dan mengingatkan. Karena
kedepannya, mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa yang akan datang, yang akan
menggantikan kepemimpinan saat ini.
______________________________
Dibuat sebagai tugas mata kuliah umum Studium Generale Rabu, 19 September 2012
selesai pada 21 September 2012 :)
membuka pandangan lebih luas tentang kepolisian RI
membuka pandangan lebih luas tentang kepolisian RI
dan ini sedikit oleh-oleh bisa berfoto bersama hehe :)
(Captured by : Anjaritha, 2012) |
thats great..
ReplyDeletethanks a lot :D
siapa disana? :)
ReplyDeletealhamdulillah :D
Saya ITB Astronomi.
ReplyDeleteresume yang bagus, alhamdullilah bisa share ilmu sekalipun tidak harus ikut SGnya. :D
alhamduliilah
ReplyDeletembak nya bukan mahasiswa yang ambil matakuliah SG dan nyari resume nya kan ya? hehe #ngaco
itu mbak hebatnya kekuatan menulis, manfaatnya lebih lama.
#tepokjidat saya suka nulis yang aneh2 -_- hehe