Monday, September 10, 2012

Refleksi Kebakaran Sunter

Sesampainya di rumah, aku langsung makan dan ikut menonton tayangan berita di televisi. Beritanya tentang kebakaran di Sunter. Entah dulu kalau ada berita musibah, saya sedih-sedih-datar, maksudnya berusaha berempati tapi tetap belum berasa sampai ke hati.

Kebakaran Sunter terjadi di pemukiman padat ketika siang hari saat penghuni kebanyakan beraktivitas. Hampir 490 orang mengalami kerugian. Sekolah anak-anak agak terhambat. Hampir tak ada barang yang bisa diselamatkan dari sisa puing-puing kebakaran. Kini mereka berada di pengungsian, tak tahu akan sampai kapan dan tak tahu punya rencana apa setelah ini. Sangat sedikit barang yang tersisa untuk melanjutkan hidup. Rasanya segala kebutuhan penunjang hidup dunia hilang tak ada, dan kini tak punya apa-apa.

Sambil ditemani bapak, tiba-tiba beliau mengatakan sesuatu, dan saat itu perasaanku seakan menolak untuk mendengarnya, seolah tahu kemana arah pembicaraan, karena tak mau tangisanku tumpah:
"Kalau lihat musibah begini jadi ingat kemarin. Bapak belakangan benerin rumah, renovasi rumah kos sampai uangnya habis pisan, bener-bener ngga bisa bilang apa-apa karena ngga punya uang. Padahal uangnya larinya tetep ke sendiri. Sekarang juga masih bisa pulang ke rumah, masih bisa makan. Nah mereka, rumahnya kebakaran, sekarang benar-benar kehilangan semuanya. Bener-bener ngga tau musti bilang apa."

Maafkan kami yang jarang bersyukur ini.
Mudahkan kami untuk dapat mensyukuri segala nikmat yang kau beri..
Semoga diberi kelapangan dalam menerima kasih sayang Allah dalam bentuk apapun
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam..

Bandung, 10 September 2012


________
nonton berita metrotv, versi online bisa klik disini

No comments:

Post a Comment