Sesampainya di
rumah, aku langsung makan dan ikut menonton tayangan berita di televisi.
Beritanya tentang kebakaran di Sunter. Entah dulu kalau ada berita musibah,
saya sedih-sedih-datar, maksudnya berusaha berempati tapi tetap belum berasa
sampai ke hati.
Kebakaran Sunter
terjadi di pemukiman padat ketika siang hari saat penghuni kebanyakan
beraktivitas. Hampir 490 orang mengalami kerugian. Sekolah anak-anak agak
terhambat. Hampir tak ada barang yang bisa diselamatkan dari sisa puing-puing
kebakaran. Kini mereka berada di pengungsian, tak tahu akan sampai kapan dan
tak tahu punya rencana apa setelah ini. Sangat sedikit barang yang tersisa untuk melanjutkan hidup. Rasanya
segala kebutuhan penunjang hidup dunia hilang tak ada, dan kini tak punya
apa-apa.
Sambil ditemani
bapak, tiba-tiba beliau mengatakan sesuatu, dan saat itu perasaanku seakan
menolak untuk mendengarnya, seolah tahu kemana arah pembicaraan, karena tak mau
tangisanku tumpah:
"Kalau lihat musibah begini jadi ingat kemarin. Bapak belakangan benerin rumah, renovasi rumah kos sampai uangnya habis pisan, bener-bener ngga bisa bilang apa-apa karena ngga punya uang. Padahal uangnya larinya tetep ke sendiri. Sekarang juga masih bisa pulang ke rumah, masih bisa makan. Nah mereka, rumahnya kebakaran, sekarang benar-benar kehilangan semuanya. Bener-bener ngga tau musti bilang apa."
Maafkan kami yang
jarang bersyukur ini.
Mudahkan kami untuk
dapat mensyukuri segala nikmat yang kau beri..
Semoga diberi kelapangan dalam menerima kasih sayang Allah dalam bentuk apapun
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam..
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam..
Bandung, 10
September 2012
No comments:
Post a Comment