Monday, September 10, 2012

5 yang harus kompak

Suatu sore di kampung bapakku, di Wonosobo. Hari itu kami bersiap pulang untuk kembali menuju Bandung. Mudik kali ini selalu dibumbui oleh agenda pergi ke Dieng untuk mengantar saudara kesana, serta ke Jogjakarta sembari mengantar adik yang tak lama lagi sudah mulai masuk kuliah lagi, di UGM sana.

Perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang harus diterima dan diambil hikmahnya. Tahun ini keluargaku dan keluarga om-tante masih tetap ke Jawa, tak tahu bagaimana tahun depan. Kini tak ada lagi yang benar-benar dikunjungi bila mudik ke Jawa, mbahku baru saja 100 harian.

Aku ingat waktu dulu, kami selalu pulang dengan mobil yang semakin penuh isinya, oleh-oleh dari pasar, opak, manisan carica, keripik jamur, kacang dieng, bakiak, bakpia, dll. Tapi untuk oleh-oleh tahun ini, masakan homemade saja. Kali ini bapak masak ikan dan berniat membagikannya pada tetangga. Ya, Ikan ! Di sana ikan sangat melimpah sampai-sampai kami terlalu bosan dan tak pernah ingat untuk mensyukurinya.

* * * * *
Bapak tiba-tiba memanggilku, minta diambilkan daun binahong yang merambati pohon pisang di dekat WC Umum sekitar sungai (Sungai Parang Mentos kami menyebutnya). Ternyata Jempol jari bapak berdarah-darah akibat gigitan ikan "bawal" yang sudah mati. Badan ikannya sudah dipotong, namun mungkin nyawa belum sepenuhnya mati, dan berusaha menikmati gigitan terakhir.

* * * * *
Malamnya,  dalam perjalanan pulang bapak kemudian bilang:
"Dengan jari yang sakit ini, makan ikan juga jadi ngga nikmat. Padahal Cuma satu ini teh yang sakit. Fungsi masing-masingnya beda, tapi punya tujuan yang sama. Ini nih, 5 yang harus kompak."

Bandung, 10 September 2012

image source : http://www.guitar-hands.com/science.htm

No comments:

Post a Comment