Saturday, February 15, 2014

ketika manusia yang harus mencatat semuanya



Lintasan pikiran ini muncul ketika saya sedang dalam kondisi riweuh. Saat itu saya sedang bertugas menjadi panitia volunteer untuk menerima kunjungan exchange mahasiswa Korea, Kookmin University. Kondisi handphone saya saat itu senantiasa harus aktif, dengan internet yang terus menyala, dengan sinyal yang megap-megap, membuat baterai handphone lebih cepat habis. Ketika itu seluruh panitia sedang sibuk-sibuknya karena bertanggungjawab terhadap 53 mahasiswa Korea, dan beberapa professornya. 

Saya sendiri sangat mencintai tugas itu, dan bersyukur bisa terlibat disana, jadi selama 7 hari penuh saya full tinggal bersama mereka. Saya sendiri sebenarnya bertugas sebagai tim konsumsi yang kadang merangkap jadi LO. Kegiatan mereka padat sekali dari pagi sampai magrib. Sudah bawaan orok, saya senang berinteraksi dan berusaha membuat mereka nyaman. Saya ikut tidur larut seperti kebiasaan mereka, sehingga jam tidur saya cukup terganggu. Tapi tak ada masalah dengan itu, saya menikmatinya :)

Kondisi interaksi di dunia nyata ini yang sangat saya senangi, hingga tak terlalu fokus pada apa-apa yang terjadi di dunia whatsapp masa kini. Ya, ratusan perbincangan muncul setiap harinya, dan sangat sulit bagi saya bila harus membaca semuanya satu-persatu.

Maaf karena berputar-putar (hehe), teman-teman tau odoj kan? Grup WA One Day One Juz, sarana buat kita untuk komitmen tilawah Qur’an 1 juz perhari. Sederhananya, kita hanya perlu laporan saja ke grup WA kita kalau sudah selesai tilawahnya. Kalau jadi admin, kita tetap harus mantau grup kita, kemudian melaporkannya ke kordinator admin (grup lain).

Entah gangguan setan, entah males, entah kelupaan. Saya sering ga inget buat ngelapor kalo udah beres 1 juz. Saya juga sering lupa ga laporan ke grup adminnya. Selain karena rungsing kebanyakan grup watsap, juga karena terkadang (as a human being) saya nya males -_- Ga jarang juga ngerasa diteror sama penagih laporan, mungkin terlintas juga “kenapa manusia itu cerewet amat yak”.

Nah, saat itu saya ngebayangin, betapa Allah menciptakan untuk kita malaikat pencatat amalan yang ga pernah ngerasa males. Segala laporan pasti rapi tercatat dan akurat. Saya ngga kebayang kalo manusia harus melaporkan semua amalannya dengan mencatatnya sendiri. Buat ngelapor kalo “juz nya udah done” aja suka males minta ampun, ini baru satu amalan. Bayangin kalau kita harus nyatet semua amalan kita buat pelaporan nanti sama Allah. Jamin deh banyak bolong datanya -_-

Tulisan ini bukan untuk berandai-andai, hanya sebuah renungan tentang tugas dari suatu makhluk yang tak pernah bisa kita lihat, yang bila kita dilimpahkan tugas itu, sepertinya kita tak akan pernah bisa hidup tenang.
Ya, bayangkan ketika tak ada malaikat pencatat, dan kita yang harus mencatat, semuanya..

Dengan ini kusampaikan maaf sebuesar-buesarnya pada admin grup ku, segenap member 1 grup yang senantiasa harap-harap cemas, member grup yang kuadmin kan yang seperti anak kehilangan induknya, dan kormin yang senantiasa menyemangati.

Kebosanan terhadap rutinitas selalu ada, terimakasih untuk selalu bersabar dan terus mengingatkan. :")

Bandung, 15 Februari 2014

No comments:

Post a Comment