Lintasan pikiran ini muncul
ketika saya sedang dalam kondisi riweuh. Saat
itu saya sedang bertugas menjadi panitia volunteer untuk menerima kunjungan
exchange mahasiswa Korea, Kookmin University. Kondisi handphone saya saat itu
senantiasa harus aktif, dengan internet yang terus menyala, dengan sinyal yang
megap-megap, membuat baterai handphone lebih cepat habis. Ketika itu seluruh
panitia sedang sibuk-sibuknya karena bertanggungjawab terhadap 53 mahasiswa
Korea, dan beberapa professornya.
Saya sendiri sangat mencintai
tugas itu, dan bersyukur bisa terlibat disana, jadi selama 7 hari penuh saya
full tinggal bersama mereka. Saya sendiri sebenarnya bertugas sebagai tim
konsumsi yang kadang merangkap jadi LO. Kegiatan mereka padat sekali dari pagi
sampai magrib. Sudah bawaan orok, saya
senang berinteraksi dan berusaha membuat mereka nyaman. Saya ikut tidur larut
seperti kebiasaan mereka, sehingga jam tidur saya cukup terganggu. Tapi tak ada
masalah dengan itu, saya menikmatinya :)
Kondisi interaksi di dunia nyata
ini yang sangat saya senangi, hingga tak terlalu fokus pada apa-apa yang
terjadi di dunia whatsapp masa kini. Ya, ratusan perbincangan muncul setiap
harinya, dan sangat sulit bagi saya bila harus membaca semuanya satu-persatu.
Maaf karena berputar-putar (hehe),
teman-teman tau odoj kan? Grup WA One Day One Juz, sarana buat kita untuk
komitmen tilawah Qur’an 1 juz perhari. Sederhananya, kita hanya perlu laporan
saja ke grup WA kita kalau sudah selesai tilawahnya. Kalau jadi admin, kita
tetap harus mantau grup kita, kemudian melaporkannya ke kordinator admin (grup
lain).
Entah gangguan setan, entah
males, entah kelupaan. Saya sering ga inget buat ngelapor kalo udah beres 1
juz. Saya juga sering lupa ga laporan ke grup adminnya. Selain karena rungsing kebanyakan grup watsap, juga
karena terkadang (as a human being) saya nya males -_- Ga jarang juga ngerasa
diteror sama penagih laporan, mungkin terlintas juga “kenapa manusia itu
cerewet amat yak”.
Nah, saat itu saya ngebayangin,
betapa Allah menciptakan untuk kita malaikat pencatat amalan yang ga pernah
ngerasa males. Segala laporan pasti rapi tercatat dan akurat. Saya ngga
kebayang kalo manusia harus melaporkan semua amalannya dengan mencatatnya
sendiri. Buat ngelapor kalo “juz nya udah done” aja suka males minta ampun, ini
baru satu amalan. Bayangin kalau kita harus nyatet semua amalan kita buat
pelaporan nanti sama Allah. Jamin deh banyak bolong datanya -_-
Tulisan ini bukan untuk
berandai-andai, hanya sebuah renungan tentang tugas dari suatu makhluk yang tak
pernah bisa kita lihat, yang bila kita dilimpahkan tugas itu, sepertinya kita
tak akan pernah bisa hidup tenang.
Ya, bayangkan ketika tak ada
malaikat pencatat, dan kita yang harus mencatat, semuanya..
Dengan ini kusampaikan maaf sebuesar-buesarnya
pada admin grup ku, segenap member 1 grup yang senantiasa harap-harap cemas, member
grup yang kuadmin kan yang seperti anak kehilangan induknya, dan kormin yang
senantiasa menyemangati.
Kebosanan terhadap rutinitas
selalu ada, terimakasih untuk selalu bersabar dan terus mengingatkan. :")
Bandung, 15 Februari 2014
No comments:
Post a Comment