|
image source : http://www.indranoveldy.com/menikah-untuk-bahagia |
Aku langsung
tercerahkan pertama kali membaca kalimat pengantar dari tulisan mas Mas Indra
Noveldy dan mbak Nunik Hermawati dalam bukunya yang berjudul Menikah Untuk Bahagia : Formula Cinta Membangun Surga
di Rumah.
"Mama,
Papa, Ibu, Bapak..
Buku
ini kami persembahkan untukmu
Maafkan
kami yang terlalu lama berproses.
Maafkan kami yang telah melukai hatimu.
Maafkan
kami yang belum bisa membahagiakanmu
Kami
tidak akan pernah bisa membalas kebaikanmu
Kami
tidak akan pernah mampu
Ridhoi
kami..
Ridhoi
proses yang telah kami jalani
Kami
ingin sekali engkau tersenyum
Melihat
kami, anak-anakmu yang sekarang bisa memberi manfaat.."
Sebenarnya itu hanya
sebuah rangkaian kalimat persembahan dari sepasang anak kepada orangtuanya,
permohonan maaf dan permohonan keridhoan atas segala yang mereka hadapi. Hanya
saja, entah bagiku itu juga sangat cocok bila dibaca oleh kedua orangtuaku, makanya
aku jadi terpikir untuk 'menghadiahi' mereka buku ini.
Buku ini dibagi
menjadi 5 bagian : (1) Tujuan, (2) Mindset, (3) Knowledge and skill, (4)
Komitmen, dan (5) berserah. Sekilas aku melihat bahwa subbab-subbab yang ada
dapat dibaca secara acak --begitu pula kata penulisnya-- karena tiap subbabnya
mengandung gagasan-gagasan tidak runut namun bermakna.
* * * * *
Baru kusadar, aku
bahkan belum masuk pada bagian ke-1 dari buku ini, tapi rangkaian kisah yang
diberikan @bundanoveldy (mbak nunik) menjawab semua kekhawatiran dan
ekspektasiku terhadap buku ini. Tulisannya dimulai dengan beberapa kutipan yang
powerfull bagi sebuah pernikahan.
"Kebahagiaan
pernikahan tidak diantar malaikat di atas nampan emas ke hadapan anda. You have to fight for it!!"
"The best thing a parent can do for a child is to love
his/her spouse."
* * * * *
PERNIKAHAN
IMPIAN, NIKMATI PROSESNYA
Aku langsung
tertarik ketika beliau menceritakan bahwa adanya turbulensi hebat pada
awal-awal pernikahan mereka dan bahkan dikatakan sering terjun bebas menuju
jurang perpisahan. Maksudku, kini mereka adalah pasangan yang memberikan relationship coaching, dan tak pernah
kubayangkan bahwa mereka mengalami hal itu juga --sebuah pernikahan, tentu saja
mengalami banyak permasalahan . Aku jadi bisa menangkap bahwa buku yang kini
hadir ini di tanganku merupakan saripati berharga yang diinduksi dari
permasalahan-permasalahan mereka, dan punya misi untuk berbagi --agar sepasang
suami-istri mampu melalui masa-masa sulitnya.
Ditulis dengan gaya
penulisan diary --sangat personal, dari sudut pandang seorang perempuan. Mereka
saling mencintai, namun tanpa disadari ternyata saling menyakiti.
Kekhawatiranku disebutkan, maka aku semakin merasa cocok dengan buku ini,
hehehe..
Kau tahu, bagaimana
rasanya bila kita punya suami yang too good to
be true, yang impiannya adalah kita? Yang impiannya mewujudkan sebuah
keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang? Maka istri adalah impiannya,
maka istri sebagai komponen yang berperan besar untuk mewujudkannya.
Dari sudut pandang
sang istri, banyak hal yang membuatnya kemudian merasa membunuh impian
suaminya! Beberapa penyesalan dan
penyalahan atas kekurangan diri dimunculkan dengan sangat jujur, dan betapa ia
berusaha memperbaikinya. Bayangkaaan!
Tapi, a man with a dream will not be denied; and if the
dream is big enough, the facts don't count!Begitulah sang istri
menggambarkan suaminya, seorang manusia yang menjaga dan bertahan dengan
impiannya apapun yang terjadi. What a
though guy!
Aku kemudian mencoba
merenung, membayangkan akan seperti apa bahtera pernikahanku nanti. Dua orang
yang sangat berbeda dengan isi otak dan mimpi yang berbeda, harus hidup bersama
dan berupaya mewujudkan mimpi bersama. Ya, mimpi bersama itu harus ada, bukan
sebuah kewajiban melainkan sebuah konsekuensi logis dari sebuah pernikahan,
bukan? Mereka memasuki pernikahan dengan impiannya masing-masing, namun bentuk
kasih sayang Allah adalah dengan memberinya ujian luar biasa untuk
mewujudkannya.
Aku mendapat
pelajaran yang luar biasa,bahwa perubahan begitu 'enak' terdengar, namun sering
kali kulupakan jatuh bangun proses mempraktekannya. "Tidak ada yang enak dan nyaman dalam proses untuk berubah, tetapi
sangat berharga untuk dinikmati..", begitu katanya. Dan bagian yang
paling kusuka adalah ini "Dia memberi
banyak pelajaran berharga dan membuatku bisa berpikir benar. Seorang suami yang tidak mau
memanjakan istri dengan melindungi dari rasa sakit untuk tumbuh."
Dari 10 pelajaran
yang beliau tuliskan, 9 nya kurasa terjadi padaku juga. Haha! Kau baca saja ya
bukunya hihi
Kemudian aku
terkejut karena turbulensi dalam pernikahan mereka membuat sang istri semakin
mengenal diri. Turbulensi yang membuatnya terus belajar mendalami karakter
diri. Mungkin ini salah satu kekhawatiranku yang lain, tapi kemudian menjadi
lecutan untuk segera selesai dengan diri sendiri.
Sebuah upaya
pengikatan makna dari pengantar buku MUB
Baru nulis tentang pengantaaar :)
16 Oktober 2013