Wednesday, December 19, 2012

fenomena lidah mertua di ITB

Nama latinnya Sansevieria sp. Bisa dilihat di dekat koridor ketika masuk gerbang depan kampus ITB, dekat pos satpam.
Kasus ini saya jadikan bahan pembahasan dalam UTS mata kuliah Metoda Berpikir Kreatif.

 
Foto pertama (22 Mei) diambil jauh hari sebelum UAS diberikan. Di gambar itu bisa dilihat area kosong yang tidak lagi ditumbuhi Sansevieria. Sansevieria dikenal sebagai tanaman penyerap polutan, saya kurang tau alasan pastinya kenapa itu tanaman yang ditanam disana, mungkin juga karena dia termasuk tanaman yang kuat (?). Keberadaan sanse (disingkat ya, biar lebih akrab hehe) di situ sebenernya udah lama jadi perhatian saya. Kenapa? Karena saya termasuk orang yang suka motong lewat jalur itu! Awalnya cuma ikut-ikutan, supaya perjalanan lebih efisien (egois). Juga pada awalnya saya berpikir "ah ga akan kenapa-kenapa ini, toh jalannya juga ati-ati". Asalnya area kosong nya cuma sedikit, lama kelamaan orang-orang banyak yang lewat situ juga, jadi tanamannya lama kelamaan mati karena gangguan mekanis (langkah kaki).

Foto kedua (18 Oktober) nampaknya ITB sudah melakukan penanaman kembali. Kali ini, untuk melindungi si sanse, dipasanglah itu pita hitem-kuning! Bisa dilihat dengan jelas, sanse-sanse aman dari langkah-langkah kaki orang. Ckckck..

Nah, buat UTS ku cuma sampe sini ngebahasnya. Untuk menegakkan hak hidup si sanse, ternyata musti  pake pita kuning-item yang nyata keliatan kayanya. Tapi, indah gitu?

Lama kelamaan, mungkin ITB sudah merasa aman, markipot (mari kita copot) pitanya!
Eeeh, beberapa saat lalu (14 Desember) saya ambil gambarnya lagi, kondisinya udah ompong lagi..



malangnya nasibmu, sansee..

* * * * 
Pemilihan fenomena  sederhana ini bukan sekedar menyoroti kondisi tanaman saja, melainkan apakah dapat berkorelasi dengan sifat manusia dalam masalah kepedulian lingkungan serta menaati peraturan.
Diawali oleh rasa bersalah dan penasaran. hehe

Pada awalnya, mungkin orang pertama yang lewat situ sedang terburu-buru, berpikir "ah sekali-kali ga akan apa-apa". Tapi mungkin ada yang melihat dan terinspirasi, kemudian meniru. Atau mungkin tanpa pernah melihat pelakunya, langsung lewat situ karena liat kondisinya memang sudah hancur.

* * * *
Kalau dikorelasikan dengan bagaimana perilaku kita sehari hari, kita ga bisa dengan egois berpikir "ini hidup gue, terserah gue, urus aja diri lo sendiri". Karena bagaimanapun juga, yang kamu lakuin itu pasti punya dampaknya ke lingkungan. Ya, mungkin ga secara langsung sih, tapi setelah belajar ekologi saya percaya banget kita ini hidup itu saling memengaruhi satu sama lain.

Sebuah efek multiplikasi yang jelas. Efek multiplikasi buruk lebih tepatnya. berkali lipat juga mungkin dosanya.

Jadi, kalo mau bikin efek multiplikasi, bikinlah efek multiplikasi yang baik! :D
Yuk jah, lebih peduli sekitar!
Semoga bisa, aamiin..
         

1 comment:

  1. Tanaman sansivera yang memiliki bentuk identik dengan pagar sebenarnya cocok untuk ditanam di tempat tersebut, analisa meliha gambar posting, yaitu tanaman sansiviera sebagai tanaman pagar, tetapi pagar hidup, walaupun di injak injak terlihat masih ada kehidupan

    ReplyDelete