Mencintai adalah sebuah keputusan besar. Begitu kita memutuskan untuk mencintai seseorang atau sebuah cita-cita, maka segera kita akan menumpahkan perhatian pikiran, waktu dan tenaga kepada objek yang kita cinta itu, sekaligus menanggung semua risiko dari keputusan itu. Risiko adalah kata yang melekat pada semua keputusan. Termasuk keputusan untuk mencintai. Tidak ada cinta yang akan menjadi legenda keagungan kalau ia tidak datang dari nyali besar.”--Anis Matta, Karena Cinta Perlu Nyali dalam Serial Cinta
Aku baru tersadar bahwa aku memang tak pernah memutuskan untuk mencintai mereka, maka hakikat cinta
yang saling memberi tidak terjadi.
Mungkin selama ini aku tak jujur, mengaku mencintai namun tidak
melakukan kerja-kerja cinta. Cinta adalah sebuah kata kerja yang tidak bisa
dilihat namun bisa dirasakan. Bila yang kita cinta tak merasakan cinta kita,
lihat pada dirimu, mungkin memang tidak banyak yang kau kerjakan untuk sang
tercinta. Cinta itu butuh bukti. Bukan menuntut hak untuk dicinta, tapi
mengabaikan kemuliaan kewajiban yang menyertai.
Mungkin selama ini aku memang
tak bernyali untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan cinta untuk yang dicintai.
Takut pada resiko dari balasan kebaikan cinta mereka yang tak bisa kutanggapi
atau kubalas kembali. Padahal, apa sih yang sebenarnya harus ditakuti? Bukankah
itu wajar dan memang sudah seharusnya terjadi? Aku kan tak pernah tahu kapan
habis waktuku, kapan habis waktu mereka. Buat kebahagiaan bersama sebelum
datang penyesalan.
“Kini aku sadar, tanpa mengambil keputusan besar itu, tak ada keajaiban
yang terjadi. Maka kumpulkanlah segala nyalimu dan putuskanlah untuk mencintai.”
Kamar, 26 Mei 2014
Hajah Sofyamarwa R.
No comments:
Post a Comment