"Krisis lingkungan muncul dari kesalahan yang fundamental, yaitu pada sistem produksi--dalam industri, pertanian, energi dan transportasi."
--Barry Commoner, politisi yang pernah menjadi Calon Presiden Amerika Serikat pada 1980
Sebagai
penikmat angkot di Kota Bandung yang sering tersesat ini, sekali-kali lah ya
ngomongin angkutan dengan rada "berisi " dikit, ada sumber bacaannya
hehe.
Bandung adalah bumi
tempat 21 tahun kehidupan saya di dunia. Menghirup udara, mengambil airnya,
menapaki tanahnya, meraih ilmu, dan
lahan ibadah sebagai makhluk bertuhan.
Kalau melihat
fenomena macet, kayaknya macet Jakarta udah sejak lama mulai nular ya ke
mana-mana. Hehe. Pengalaman saya kalau pergi kemana-mana di bandung seringnya
naik angkot dan nyiapin minimal 1 buku buat dibaca selama perjalanan (atau
tidur :9) karena kalau kena macet kerasa banget waktu terbuang.
Dikutip dari majalah
energy, ada 4 faktor yang memengaruhi
laju transportasi: (1) waktu, (2) rute, (3)
moda, (4) tujuan atau arah. Kemacetan terjadi umumnya karena orang
bergerak pada rute, waktu dan tujuan yang sama, namun menggunakan moda yang tidak efisien.
Makanya angkutan
yang bisa efisien ngangkut penumpang banyak itu jadi solusi paling oke.
"Jalan bukan untuk memindahkan kendaraan, namun untuk memindahkan orang."
--Muhammad Akbar, kepala Unit Pengelola Transjakarta Busway, dikutip dari majalah Energy (2011)
Angkutan massal
paling tenar di bandung ya angkot itu, udah kojo
pisan lah istilahnya kalo kata saya mah.
Data total trayek angkot di Bandung ada 38 (Bandung dalam Angka, 2010).
Angkutan massal lainnya bus, elf, becak(?), ojeg (?) dan yang terbaru TMB
(Trans Metro Bandung).
TMB ini semacam
transjakarta dan transjogja kali ya. Seinget saya juga ga baru banget sih, udah
dari lama, udah ada halte dan udah mulai beroperasi, tapi saya belum pernah
naik (kasihan ya). Belum pernah dapet sosialisasi tentang itu, kejelasan
trayek, harga, dan ketersediaan unit. Entah ya mungkin saya aja yang ga gaul,
tapi emang jarang liat. Kalau pun lihat juga ga eye-catching
kayanya, jadi ga berkesan. Saya juga masih belum paham, sebetulnya apa
keuntungannya naik TMB dibanding naik angkot. Jalurnya juga kayanya pake jalur
biasa sih.
Kata Pak Akbar, angkutan umum harus dibuat menarik, punya keunggulan
komparatif, misalnya cepat, murah, dan relatif nyaman. Mungkin itu juga
yang bikin saya seneng main ke Jogja dulu, naik transjogja itu nyaman banget
(ngadem, murah, nyaman).
Mimpi saya sih di
kota kreatif ini, angkutan umum itu menarik dilihat dan nyaman dinaiki, pasti
bisa deh. Sekarang kendaraan pribadi udah bejibun
banyaknya, apalagi motor. Abang becak aja kalah saing sama ojeg sekarang (sedih
liatnya).
Suatu saat nanti mungkin akan ada ungkapan, "ga gaul kalo ngga kemana-mana naik angkot!" hehe.Atau mungkin nanti Anak Layangan "alay" akan termajinalkan dan berganti dengan Anak angkot "Aang"atau "Akot" (?) *maksa
FYI: Ternyata Angkot
Margahayu Raya - Ledeng punya 125 unit dan menempuh jarak paling jauh (23 km) !
Yeeay! (padahal ga punya kepentingan apa-apa tapi seneng dong hehe)
(Data Bandung dalam
Angka, 2010)
Yak, sekian
mengocehnya! :D
___________
Terimakasih
pada adek dimas pelajar kelas 2 SMP,
penjual majalah energy edisi Desember 2011 seharga 5000 rupiah di jalanan
menuju Salman.
Yang
pertama, karena raut mukanya yang gembira sambil bilang "bagus teh, tentang
kemacetan, kemacetaan!"
Yang kedua, walaupun edisi lama, mimpi saya terwujud untuk bisa punya majalah
energy, dengan harga miring pula hehe
*terharu* makasih ya diims! hehe
Lope you bandung
lah! :3
No comments:
Post a Comment