Tuesday, April 23, 2013

ocehan transportasi bandung


"Krisis lingkungan muncul dari kesalahan yang fundamental, yaitu pada sistem produksi--dalam industri, pertanian, energi dan transportasi."
   
--Barry Commoner, politisi yang pernah menjadi Calon Presiden Amerika Serikat pada 1980

Sebagai penikmat angkot di Kota Bandung yang sering tersesat ini, sekali-kali lah ya ngomongin angkutan dengan rada "berisi " dikit, ada sumber bacaannya hehe.

Bandung adalah bumi tempat 21 tahun kehidupan saya di dunia. Menghirup udara, mengambil airnya, menapaki tanahnya, meraih ilmu, dan  lahan ibadah sebagai makhluk bertuhan.

Kalau melihat fenomena macet, kayaknya macet Jakarta udah sejak lama mulai nular ya ke mana-mana. Hehe. Pengalaman saya kalau pergi kemana-mana di bandung seringnya naik angkot dan nyiapin minimal 1 buku buat dibaca selama perjalanan (atau tidur :9) karena kalau kena macet kerasa banget waktu terbuang.

Dikutip dari majalah energy, ada 4 faktor yang memengaruhi laju transportasi: (1) waktu, (2) rute, (3) moda, (4) tujuan atau arah. Kemacetan terjadi umumnya karena orang bergerak pada rute, waktu dan tujuan yang sama, namun menggunakan moda yang tidak efisien.
Makanya angkutan yang bisa efisien ngangkut penumpang banyak itu jadi solusi paling oke.


"Jalan bukan untuk memindahkan kendaraan, namun untuk memindahkan orang."  
--Muhammad Akbar, kepala Unit Pengelola Transjakarta Busway, dikutip dari majalah Energy (2011) 

Angkutan massal paling tenar di bandung ya angkot itu, udah kojo pisan lah istilahnya kalo kata saya mah. Data total trayek angkot di Bandung ada 38 (Bandung dalam Angka, 2010). Angkutan massal lainnya bus, elf, becak(?), ojeg (?) dan yang terbaru TMB (Trans Metro Bandung).

TMB ini semacam transjakarta dan transjogja kali ya. Seinget saya juga ga baru banget sih, udah dari lama, udah ada halte dan udah mulai beroperasi, tapi saya belum pernah naik (kasihan ya). Belum pernah dapet sosialisasi tentang itu, kejelasan trayek, harga, dan ketersediaan unit. Entah ya mungkin saya aja yang ga gaul, tapi emang jarang liat. Kalau pun lihat juga ga eye-catching kayanya, jadi ga berkesan. Saya juga masih belum paham, sebetulnya apa keuntungannya naik TMB dibanding naik angkot. Jalurnya juga kayanya pake jalur biasa sih.

Kata Pak Akbar, angkutan umum harus dibuat menarik, punya keunggulan komparatif, misalnya cepat, murah, dan relatif nyaman. Mungkin itu juga yang bikin saya seneng main ke Jogja dulu, naik transjogja itu nyaman banget (ngadem, murah, nyaman).

Mimpi saya sih di kota kreatif ini, angkutan umum itu menarik dilihat dan nyaman dinaiki, pasti bisa deh. Sekarang kendaraan pribadi udah bejibun banyaknya, apalagi motor. Abang becak aja kalah saing sama ojeg sekarang (sedih liatnya).

Suatu saat nanti mungkin akan ada ungkapan, "ga gaul kalo ngga kemana-mana naik angkot!" hehe.
Atau mungkin nanti Anak Layangan "alay" akan termajinalkan dan berganti dengan Anak angkot "Aang"atau "Akot" (?) *maksa

FYI: Ternyata Angkot Margahayu Raya - Ledeng punya 125 unit dan menempuh jarak paling jauh (23 km) ! Yeeay! (padahal ga punya kepentingan apa-apa tapi seneng dong hehe)
(Data Bandung dalam Angka, 2010)


Yak, sekian mengocehnya! :D


___________
Terimakasih pada adek dimas  pelajar kelas 2 SMP, penjual majalah energy edisi Desember 2011 seharga 5000 rupiah di jalanan menuju Salman.
Yang pertama, karena raut mukanya yang gembira sambil bilang "bagus teh, tentang kemacetan, kemacetaan!"
Yang kedua, walaupun edisi lama, mimpi saya terwujud untuk bisa punya majalah energy, dengan harga miring pula hehe  *terharu* makasih ya diims! hehe

Lope you bandung lah! :3

No comments:

Post a Comment